النّور

تفسير سورة النّور

الترجمة الإندونيسية للمختصر في تفسير القرآن الكريم

Bahasa Indonesia

الترجمة الإندونيسية للمختصر في تفسير القرآن الكريم

الترجمة الإندونيسية للمختصر في تفسير القرآن الكريم، صادر عن مركز تفسير للدراسات القرآنية.

﴿بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ سُورَةٌ أَنْزَلْنَاهَا وَفَرَضْنَاهَا وَأَنْزَلْنَا فِيهَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾

1.
Surah ini Kami turunkan dan Kami wajibkan (manusia) untuk beramal dengan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, serta Kami turunkan padanya ayat-ayat yang jelas lagi nyata, dengan harapan agar kalian mengambil pelajaran darinya berupa perkara hukum-hukum, sehingga kalian pun bisa mengamalkannya.

﴿الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ﴾

2.
Pezina wanita yang masih gadis dan pezina laki-laki yang masih bujang, maka cambuklah setiap mereka seratus kali, dan janganlah kalian merasa belas kasihan kepada keduanya yang membuat kalian enggan menjalankan hukuman had atau meringankan had tersebut kepada keduanya bila kalian memang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Dan hendaknya pelaksanaan hukuman had keduanya dihadiri oleh sekumpulan orang-orang mukmin agar mereka mengenal keduanya, serta untuk memberikan efek jera bagi keduanya dan selain keduanya (yang ingin melakukan zina).

﴿الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ ۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ﴾

3.
Lantaran kejinya perbuatan zina ini, Allah menyebutkan bahwa laki-laki pezina yang terbiasa melakukannya tidak ingin menikah kecuali dengan seorang wanita pezina seperti dirinya, atau dengan seorang wanita musyrik yang tidak menjaga diri dari zina, padahal ia tidak boleh untuk dinikahi. Demikian pula wanita pezina yang terbiasa melakukannya tidak ingin menikah kecuali dengan seorang laki-laki pezina seperti dirinya atau laki-laki musyrik yang tidak menjaga diri dari zina, padahal ia tidak boleh untuk dinikahi. Menikah dengan wanita pezina atau menikahkan laki-laki pezina; diharamkan atas orang-orang mukmin.

﴿وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾

4.
Dan orang-orang yang menuduh para wanita baik-baik berzina, dan para lelaki baik-baik berzina, lalu mereka tidak mendatangkan empat orang saksi atas tuduhan tersebut, maka deralah para penuduh itu -wahai para penguasa- dengan delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka yang menuduh orang-orang yang baik-baik itulah orang-orang yang fasik lagi keluar dari ketaatan pada Allah.

﴿إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾

5. Kecuali orang-orang yang bertobat kepada Allah sesudah melemparkan tuduhan tersebut dan memperbaiki amalan mereka, karena Allah akan menerima tobat dan kesaksian mereka lagi. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun atas hamba yang bertobat kepada-Nya, lagi Maha Penyayang terhadap mereka.

﴿وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلَّا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ ۙ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ﴾

6.
Dan laki-laki yang menuduh isteri-istri mereka berzina, padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi yang bersaksi tentang kebenaran tuduhan tersebut selain diri mereka sendiri, maka hendaklah laki-laki tersebut bersumpah dengan nama Allah sebanyak empat kali Allah bahwa "dia benar-benar jujur dalam tuduhannya terhadap perzinaan istrinya."

﴿وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ﴾

7. Kemudian dalam sumpahnya yang kelima dia menambahkan lafal doa laknat untuk dirinya jika dia menuduh istrinya tersebut secara dusta.

﴿وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ ۙ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ﴾

8. Dengan demikian maka istrinya tersebut layak untuk diberi hukuman had zina. Sang istri bisa menghindari hukuman had dengan cara bersumpah empat kali dengan nama Allah bahwa suaminya itu benar-benar berdusta dalam menuduhkan zina kepada dirinya.

﴿وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ﴾

9. Lalu pada sumpah yang kelima, ia menambahkan lafal doa untuk kebinasaan dirinya, agar dimurkai Allah jika suaminya itu benar-benar jujur dalam tuduhannya.

﴿وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ﴾

10.
Dan kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian -wahai sekalian manusia- dan andaikata Allah bukan Penerima tobat orang-orang yang bertobat lagi Maha Bijaksana dalam pengaturan dan syariat-Nya, niscaya Dia akan menyegerakan azabnya lantaran dosa-dosa kalian, dan mempermalukan kalian dengannya.

﴿إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾

11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu (yaitu menuduh Ummul mukminin Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- melakukan zina), adalah kelompok yang berafiliasi pada kalian juga -wahai orang-orang mukmin-.
Janganlah kalian mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian, bahkan itu adalah sesuatu yang baik bagi kalian karena di dalamnya terdapat pahala dan penyeleksian terhadap kaum mukminin (dari orang-orang munafik), juga mendatangkan penegasan kesucian Ummul mukminin Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- dari perbuatan keji tersebut.
Tiap-tiap orang dari mereka yang ikut serta dalam menuduh Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- akan mendapat dosa yang dilakukannya karena menyebarkan kedustaan, dan siapa di antara mereka yang memulai dan mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar, orang tersebut adalah pemimpin kaum munafik yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul.

﴿لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ﴾

12. Alangkah baiknya bila kaum mukminin dan mukminat mendengar berita bohong yang besar itu, mereka berprasangka baik terhadap kesucian mukmin yang dituduh tersebut, serta berkata, "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".

﴿لَوْلَا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ ۚ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَٰئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ﴾

13.
Mengapa mereka yang menuduh Ummul mukminin Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- tidak mendatangkan empat orang saksi atas tuduhan dusta yang besar itu, agar mereka bersaksi tentang kebenaran tuduhan tersebut?! Jika mereka tidak mendatangkan empat saksi -dan mereka pasti tidak akan bisa mendatangkannya- maka bagi Allah mereka itulah orang-orang yang dusta.

﴿وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾

14.
Sekiranya kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian semua -wahai orang-orang mukmin- yang mana Dia tidak menyegerakan azab atas kalian, serta menerima tobat orang-orang yang bertobat di antara kalian, niscaya kalian akan ditimpa azab yang besar lantaran pembicaraan kalian tentang berita bohong dan kedustaan tersebut atas Ummul mukminin.

﴿إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ﴾

15.
Ingatlah di waktu berita bohong itu kalian terima dan kalian sebarkan dari mulut ke mulut meski sesuatu yang batil; padahal kalian tidak mengetahui kebenarannya sedikitpun, dan menganggapnya hal yang ringan saja, padahal ia di sisi Allah adalah besar karena di dalamnya terdapat kedustaan dan tuduhan palsu terhadap orang yang tidak bersalah.

﴿وَلَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبْحَانَكَ هَٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ﴾

16. Dan mengapa kalian tidak berkata di waktu mendengar berita bohong itu, "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita membicarakan perkara yang keji ini, demi mensucikan-Mu wahai Tuhan kami, dan tuduhan keji terhadap Ummul mukminin ini adalah dusta yang besar".

﴿يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾

17. Allah memperingatkan dan menasihati kalian agar jangan kembali membuat tuduhan dusta selama-lamanya yang membuat kalian menuduh orang yang tak bersalah melakukan perbuatan keji, jika kamu orang-orang yang beriman kepada Allah.

﴿وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾

18. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya yang mengandung berbagai hukum dan nasihat kepada kalian. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya, dan Dia pasti akan memberikan kalian balasan atasnya, juga Maha Bijaksana dalam pengaturan dan syariat-Nya.

﴿إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ﴾

19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin kemunkaran tersebut -termasuk tuduhan berzina- tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dengan diberikan hukuman had atas mereka, dan juga di Akhirat kelak mereka mendapatkan azab Neraka. Sungguh Allah mengetahui kebohongan mereka dan segala perkara hamba-hamba-Nya beserta maslahat mereka, sedang kamu tidak mengetahui hal tersebut.

﴿وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾

20. Dan kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian -wahai orang-orang yang menyebarkan berita dusta-, dan sekiranya juga Allah itu tidak Maha Penyantun dan Maha Penyayang kepada kalian, niscaya Dia akan menyegerakan azab kepada kalian.

﴿۞ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ﴾

21. Hai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengamalkan syariat-Nya, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan setan dalam menghiasi kebatilan. Barangsiapa yang mengikuti jalan-jalan setan, maka sesungguhnya ia menyuruh mengerjakan perbuatan dan perkataan jelek dan yang mungkar menurut syariat.
Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian –wahai orang-orang beriman-, niscaya tidak seorangpun dari kalian bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya bila ia bertobat, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dengan menerima tobat jika ia bertobat. Dan Allah Maha Mendengar segala ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui amal perbuatan kalian, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya, dan Dia pasti akan memberikan balasan bagi kalian atas amal perbuatan tersebut.

﴿وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾

22.
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai keutamaan dalam agama, dan kelapangan harta di antara kalian bersumpah untuk tidak akan memberi bantuan lagi kepada kaum kerabatnya yang membutuhkan -karena miskin lagi berhijrah di jalan Allah- hanya lantaran dosa yang mereka lakukan, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka. Apakah kalian tidak ingin agar Allah mengampuni dosa-dosa kalian bila kalian memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka?! Sungguh Allah adalah Żat Maha Pengampun atas hamba yang bertobat kepada-Nya, lagi Maha Penyayang terhadap mereka. Oleh karena itu hendaknya para hamba meneladani Allah. Ayat ini turun berkaitan dengan Abu Bakar Aṣ-Ṣiddiq -raḍiyallāhu 'anhu- saat bersumpah untuk menyetop nafkah kepada Misṭah karena keterlibatannya dalam peristiwa ifik.

﴿إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ﴾

23. Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita baik-baik lagi beriman yang hati mereka tidak terbesit sedikitpun untuk berzina, mereka itu terkena laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah di dunia dan di Akhirat, dan bagi mereka azab yang besar di Akhirat kelak.

﴿يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾

24. Azab tersebut akan ditimpakan kepada mereka di hari Kiamat kelak, yaitu pada hari ketika lidah mereka bersaksi tentang perkataan batil yang mereka ucapkan, serta tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

﴿يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ﴾

25.
Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal secara adil, dan (pada hari itu) menjadi tahu bahwa Allah-lah yang Maha Benar; segala sesuatu yang berasal dari-Nya berupa kabar berita, janji, atau ancaman memang benar-benar jelas dan betul, tanpa adanya keraguan terhadapnya.

﴿الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ﴾

26. Setiap yang keji dari kalangan laki-laki, wanita, perbuatan dan perkataan akan cocok dan sesuai dengan kekejian yang semisalnya, sebaliknya setiap yang baik itu cocok dan sesuai dengan yang baik juga. Mereka yang baik-baik lagi bersih itu terjauhkan dari apa yang dituduhkan oleh laki-laki keji dan wanita-wanita keji. Bagi mereka yang baik-baik dan bersih-bersih itu ampunan dari Tuhan mereka yang menghapus segala dosa mereka, dan bagi mereka juga rezeki yang mulia yaitu Surga.

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾

27.
"Hai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengamalkan syariat-Nya, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dari penghuninya untuk memasukinya dan memberi salam kepada penghuninya dengan menyatakan, Assalāmu'alaikum, bolehkah aku masuk? Adab minta izin yang diperintahkan kepada kalian ini lebih baik bagi kalian daripada memasuki rumah secara tiba-tiba, agar kalian selalu mengingat apa yang diperintahkan dan mengamalkannya.

﴿فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّىٰ يُؤْذَنَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا ۖ هُوَ أَزْكَىٰ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ﴾

28. Jika dalam rumah itu kalian tidak mendapati seorangpun, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya sebelum kalian mendapat izin dari orang yang berhak memberikannya.
Dan jika pemiliknya berkata kepada kalian, "Kembali sajalah", maka hendaklah kalian kembali, dan jangan masuk ke dalamnya, karena hal itu lebih bersih bagimu di sisi Allah, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, tidak ada sesuatupun darinya yang tersembunyi bagi-Nya, dan Dia akan memberikan balasan pada kalian atas hal tersebut.

﴿لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ مَسْكُونَةٍ فِيهَا مَتَاعٌ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ﴾

29. Tidak ada dosa atas kalian bila memasuki rumah umum -yang tidak dimiliki oleh seorangpun dan disediakan untuk umum- tanpa meminta izin, seperti perpustakaan, dan toko-toko di pasar. Allah mengetahui apa yang kalian tampakkan dan sembunyikan berupa amal perbuatan dan kondisi kalian, tidak ada sesuatupun dari itu yang tersembunyi bagi-Nya, dan Dia akan memberikan balasan pada kalian atas hal tersebut.

﴿قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ﴾

30.
"Katakanlah -wahai Rasul- kepada kaum laki-laki yang beriman agar mereka menahan pandanganya dari melihat hal-hal yang tidak halal bagi mereka seperti wanita dan aurat, dan hendaknya memelihara kemaluan mereka agar tidak terjatuh dalam perkara yang haram dan (tidak) menyingkapnya. Menahan pandangan dari perkara haram itu adalah lebih suci bagi mereka di sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat, tidak ada sesuatupun dari hal itu yang tersembunyi bagi-Nya, dan Dia akan memberikan balasan pada kalian atas hal tersebut.

﴿وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾

31.
Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman agar mereka menahan pandangannya dari melihat hal-hal yang tidak halal bagi mereka berupa aurat, dan agar mereka menjaga kemaluan mereka dengan menjauhi perbuatan keji dan dengan menutup aurat mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kepada laki-laki asing (yang bukan mahramnya) kecuali yang biasa nampak darinya yang tidak mungkin untuk disembunyikan seperti pakaian. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka agar menutup rambut, kepala, wajah dan leher mereka.
Dan janganlah menampakkan perhiasan mereka yang tersembunyi kecuali kepada suami, ayah mereka, ayah suami, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara lelaki mereka, putra-putra saudari mereka, wanita-wanita yang amanah dan terpercaya –baik muslimah atau kafir-, budak-budak yang mereka miliki –baik laki-laki atau wanita-, pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan syahwat terhadap wanita, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita lantaran masih kecil. Dan janganlah kaum wanita menghentakkan kakinya dengan tujuan agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan seperti gelang kaki dan semisalnya. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman dari pandangan kalian terhadap yang tidak halal dan maksiat lainnya, supaya kalian beruntung dengan meraih apa yang kalian citakan, dan selamat dari apa yang kalian takuti.

﴿وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ﴾

32. "Dan nikahkanlah -wahai kaum beriman- orang-orang yang belum memiliki istri (bujangan) dan wanita-wanita merdeka yang belum memiliki suami di antara kalian, dan nikahkanlah orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya yang sangat luas. Allah Mahaluas rezeki-Nya. Rezekinya-Nya sama sekali tidak berkurang karena diberikan kepada seorang manusia. Dia Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya."

﴿وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ الْكِتَابَ مِمَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْرًا ۖ وَآتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ ۚ وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَمَنْ يُكْرِهْهُنَّ فَإِنَّ اللَّهَ مِنْ بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾

33. "Orang-orang yang tidak mampu menikah karena miskin hendaknya menjaga kesucian dirinya dari perbuatan zina, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya yang sangat luas.
Dan para hamba sahaya yang menginginkan perjanjian merdeka dari tuan-tuan mereka dengan membayar sejumlah uang tertentu, hendaklah tuan-tuan mereka menerima hal tersebut jika diketahui bahwa para hamba sahaya tersebut sanggup untuk melakukan pembayaran dan memiliki kesalehan dari segi agama. Juga hendaknya tuan-tuan mereka memberikan kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepada mereka dengan mengurangi jumlah uang tebusan yang mereka bayar agar merdeka.
Dan janganlah kalian paksa hamba-hamba wanita kalian untuk melakukan pelacuran dengan tujuan meraih harta duniawi dengan pelacuran tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubay dengan dua hamba sahaya wanitanya padahal keduanya telah memohon agar disucikan dan dijauhkan dari zina.
Dan barangsiapa diantara kalian memaksa mereka untuk melakukan hal tersebut, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun kepada mereka sesudah mereka dipaksa, juga Maha Pengasih terhadap mereka; karena terpaksa melakukannya, dan dosa hanya didapatkan oleh orang yang memaksa mereka."

﴿وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَمَثَلًا مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ﴾

34.
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian -wahai manusia- ayat-ayat yang memberi penerangan, yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan juga menurunkan kepada kalian contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kalian baik orang-orang mukmin maupun kafir, serta Kami menurunkan pelajaran yang hanya bisa dipetik oleh orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

﴿۞ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾

35. Allah adalah cahaya langit dan bumi, pemberi petunjuk kepada semua makhluk yang tinggal pada keduanya. Perumpamaan cahaya Allah dalam hati seorang mukmin adalah seperti satu lubang yang tak tembus di suatu dinding,yang di dalamnya ada pelita.
Pelita itu ditempatkan dalam kaca bening seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak yang berasal dari pohon yang berkah, yaitu pohon zaitun yang tumbuh di tempat yang tidak dihalangi oleh sesuatupun dari sinar matahari, baik di pagi atau sore hari. Lantaran kemurnian minyaknya, maka ia hampir saja bercahaya dan menerangi walaupun tidak disentuh api, lalu bagaimana bila disentuh oleh api?! Cahaya lampu berada dalam cahaya kaca (cahaya yang berlapis-lapis). Beginilah perumpamaan hati seorang mukmin bila di dalamnya bersinar cahaya petunjuk. Allah membimbing kepada cahaya-Nya, yaitu Al-Qur`ān, siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dan Allah menjelaskan banyak perkara dengan membuat perumpamaan-perumpamaan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari-Nya.

﴿فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ﴾

36.
Lampu penerang tersebut dinyalakan dalam masjid-masjid yang Allah perintahkan untuk diagungkan kemuliaan dan bangunannya, dan disebut nama-Nya di dalamnya dengan azan, zikir dan salat, serta (laki-laki yang tidak lalai) mendirikan salat di dalamnya demi meraih rida Allah pada waktu pagi dan petang hari.

﴿رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ﴾

37. (Mereka yang mendirikan salat di masjid itu adalah) laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dari mengingat Allah, mendirikan salat secara sempurna, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut akan hari Kiamat, hari saat hati menjadi goncang antara mengharapkan keselamatan dari azab, dan rasa takut terhadap azab tersebut; serta penglihatan juga menjadi goncang, senantiasa memandang ke arah mereka digiring.

﴿لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾

38. Mereka mengerjakan yang demikian itu supaya Allah memberikan balasan kepada mereka dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka sebagai ganjaran amal saleh mereka tersebut. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa batas sesuai kadar amal baik mereka, bahkan Dia memberikan kepada mereka karunia yang berlipat-lipat dari kadar amal saleh tersebut.

﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ﴾

39.
Dan orang-orang yang kafir kapada Allah, amal-amal yang mereka kerjakan tidaklah diberikan pahala sama sekali, ia laksana fatamorgana di tanah yang rendah lagi datar, yang dilihat dan disangka air oleh orang-orang yang sangat dahaga, lalu ia pun mendatanginya, tetapi ketika mendatanginya dia tidak mendapati apapun.
Demikianlah kondisi orang kafir, ia menyangka bahwa amalnya akan memberikan manfaat bagi dirinya, namun ketika ia mati dan dibangkitkan kembali, ia tidak akan mendapati pahala tersebut, dan ia hanya mendapati ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup lagi sempurna dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.

﴿أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ﴾

40. Atau amalan mereka seperti kegelapan di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, di atas ombak itu ada ombak lagi, di atasnya lagi ada awan yang menghalangi dari petunjuk bintang-bintang; kegelapan yang berlapis-lapis. Apabila ia mengeluarkan tangannya dalam kondisi gelap ini, ia tidak dapat melihatnya lantaran gelapnya. Demikianlah perumpamaan orang kafir yang berada dalam kegelapan; kejahilan, kebingungan, dan hatinya terkunci. Siapa yang tiada diberi petunjuk dan ilmu tentang kitab-Nya oleh Allah maka ia tidak akan mempunyai petunjuk yang bisa menunjukinya, dan tidak pula mempunyai kitab yang menerangi jalannya.

﴿أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ﴾

41. Tidaklah kamu tahu -wahai Rasulullah- bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih semua makhluk yang di langit dan di bumi dan juga burung dengan mengembangkan sayapnya di udara. Masing-masing makhluk tersebut, Allah mengetahui siapa yang salat di antara mereka seperti manusia, dan Allah juga mengetahui tasbih makhluk yang bertasbih di antara mereka seperti tasbih burung. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan, tidak ada sesuatupun pekerjaan mereka yang tersembunyi dari-Nya.

﴿وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ﴾

42. Dan kepunyaan Allah sajalah kerajaan langit dan bumi, dan kepada-Nya semua makhluk akan kembali pada hari Kiamat kelak untuk dihisab dan diberi balasan.

﴿أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ﴾

43. Tidaklah kamu mengetahui -wahai Rasulullah- bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan bagian-bagiannya yang terpisah-pisah, kemudian menjadikannya bertumpuk-tumpuk, maka tampaklah olehmu hujan yang keluar dari celah-celahnya. Dan Allah menurunkan dari arah langit, yaitu dari awan yang tebal laksana gunung karena kebesarannya, butiran-butiran es sebesar kerikil. Dia timpakan butiran-butiran es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia hindarkan dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilat awan itu hampir saja menghilangkan penglihatan lantaran kuatnya.

﴿يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ﴾

44. Allah mempergantikan antara malam dan siang dari segi panjang pendek waktu keduanya, serta datang dan perginya. Sesungguhnya pada ayat-ayat yang disebutkan itu terdapat bagian dari tanda-tanda rububiyah (ketuhanan) Allah sebagai pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan terhadap kekuasaan dan keesaan Allah.

﴿وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ﴾

45.
Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk yang berjalan di muka bumi ini berasal dari mani, maka sebagian dari makhluk itu ada yang berjalan di atas perutnya, merayap seperti ular, dan sebagian berjalan dengan dua kaki seperti manusia dan burung, sedang sebagian yang lain berjalan dengan empat kaki seperti binatang ternak. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, baik yang telah disebutkan itu ataupun belum disebutkan, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tiada sesuatupun yang membuat-Nya lemah.

﴿لَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ ۚ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ﴾

46. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ayat-ayat yang jelas, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Dan Allah menuntun siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus, jalan yang tidak menyimpang, sehingga mengantarkannya ke Surga.

﴿وَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا أُولَٰئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ﴾

47. Dan mereka orang-orang munafik itu berkata, "Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami mentaati Allah dan Rasul-Nya". Kemudian sekelompok dari mereka berpaling sesudah itu, mereka sama sekali tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam perintah jihad di jalan Allah atau selainnya, padahal sebelumnya mereka mengklaim bahwa diri mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta taat kepada keduanya. Dan sungguh sekali-kali orang-orang yang berpaling itu bukanlah orang-orang yang beriman meskipun mereka mengaku bahwa mereka beriman.

﴿وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ﴾

48. Dan apabila orang-orang munafik itu dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menetapkan hukuman dan mengadili perkara yang mereka saling berselisih di dalamnya, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak dan berpaling darinya lantaran sifat kemunafikan mereka.

﴿وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ﴾

49. Tetapi jika mereka yakin bahwa kebenaran akan berpihak pada mereka, dan bahwa keputusan itu akan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka, mereka akan datang kepada Rasul dengan patuh dan tunduk.

﴿أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾

50.
Apakah dalam hati mereka ada penyakit yang terus-menerus menjangkitinya, ataukah karena mereka ragu-ragu bahwa dia itu Rasulullah, ataukah karena mereka takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zalim dalam menetapkan hukuman kepada mereka? Sungguh semua yang disebutkan ini bukanlah sebab berpalingnya mereka, namun sebabnya adalah penyakit yang ada dalam diri mereka yang disebabkan oleh sikap berpaling dan pembangkangan mereka dari hukum Allah dan Rasul-Nya.

﴿إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾

51. "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan, 'Kami mendengar perkataannya, dan kami patuh terhadap perintahnya.' Dan orang-orang yang memiliki sifat seperti ini adalah orang-orang yang beruntung di dunia dan di Akhirat."

﴿وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ﴾

52.
Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berserah diri kepada hukum Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap akibat maksiat, dan bertaqwa kepada Allah dengan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, mereka itulah orang-orang yang meraih kemenangan dengan mendapatkan kebaikan dunia dan Akhirat.

﴿۞ وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ أَمَرْتَهُمْ لَيَخْرُجُنَّ ۖ قُلْ لَا تُقْسِمُوا ۖ طَاعَةٌ مَعْرُوفَةٌ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ﴾

53. Dan orang-orang munafik itu bersumpah dengan nama Allah seberat-berat sumpah yang bisa mereka sanggupi untuk bersumpah dengannya, jika engkau suruh mereka keluar untuk berjihad, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah kepada mereka wahai Rasul, "Janganlah kalian bersumpah, karena kedustaan sumpah kalian sudah diketahui, dan dustanya ketaatan yang kalian katakan juga sudah diketahui." Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan, tiada suatu amalan kalian pun yang tersembunyi bagi-Nya meskipun kalian menyembunyikannya.

﴿قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا ۚ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ﴾

54.
Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang munafik itu, "Taatlah kalian kepada Allah dan kepada Rasul, baik dalam perkara lahir ataupun batin; dan jika kalian berpaling dari perkara yang diperintahkan pada kalian berupa ketaatan kepada keduanya, maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya berupa penyampaian wahyu, adapun kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu berupa sikap taat, dan beramal sesuai perintah yang disampaikannya. Dan jika kalian taat kepadanya dengan mengerjakan amalan yang diperintahkannya, dan menjauhi larangan yang dia peringatkan, niscaya kalian akan mendapat petunjuk ke jalan yang benar. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan amanat Allah dengan terang, dan dia tidak ditugaskan menganugerahkan kepada kalian petunjuk maupun memaksa kalian untuk itu".

﴿وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾

55.
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman terhadap Allah dan mengerjakan amal-amal yang saleh di antara kalian bahwa Dia sungguh akan menolong mereka untuk mengalahkan musuh-musuh mereka, dan akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka dari kalangan kaum mukminin untuk berkuasa, dan sungguh Dia berjanji akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka yaitu Islam, serta berjanji benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku semata, dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah adanya nikmat dan karunia itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik lagi keluar dari ketaatan kepada Allah.

﴿وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾

56. Dan dirikanlah salat secara sempurna, tunaikanlah zakat harta kalian, dan taatlah kepada Rasul dengan mengerjakan perintah dan meninggalkan larangannya, supaya kalian mendapatkan rahmat Allah.

﴿لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۖ وَلَبِئْسَ الْمَصِيرُ﴾

57. Janganlah engkau menyangka -wahai Rasul- bahwa orang-orang yang kafir kepada Allah itu dapat melemahkan-Ku ketika Aku hendak menurunkan kepada mereka azab di bumi ini, sedang tempat tinggal mereka pada hari Kiamat kelak adalah neraka Jahanam. Dan sungguh amat jeleklah tempat kembali orang-orang yang dikembalikan ke Neraka Jahanam.

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ۚ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ۚ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ ۚ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ ۚ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾

58.
"Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan beramal dengan syariat-Nya, hendaknya hamba sahaya lelaki dan wanita yang kalian miliki, serta anak-anak merdeka yang belum mencapai usia dewasa atau balig di antara kalian meminta izin kepada kalian dalam tiga waktu (dalam sehari) yaitu: sebelum salat subuh yang merupakan waktu pergantian pakaian tidur dengan pakaian biasa; ketika waktu tengah hari yang merupakan waktu menanggalkan pakaian luarmu untuk beristirahat siang; dan sesudah salat isya yang merupakan waktu tidur dan waktu mengganti pakaian biasa dengan pakaian tidur. Tiga waktu ini merupakan tiga aurat bagi kalian, mereka tidak boleh ada yang boleh masuk kamar kalian kecuali atas izin kalian. Tidak ada dosa atas kalian dan tidak pula atas mereka bila mereka memasuki ruangan kalian selain dari tiga waktu itu tanpa izin. Mereka banyak melayani kalian, sebagian kalian punya keperluan kepada sebagian yang lain sehingga sangat susah bila mereka dilarang untuk menemui kalian di setiap waktu dengan izin dahulu. Sebagaimana Allah menjelaskan kepada kalian hukum-hukum perizinan ini bagi kalian, maka Dia juga menjelaskan ayat-ayat yang menunjukkan hukum-hukum syariat-Nya kepada kalian. Dan Allah Maha Mengetahui maslahat hamba-hamba-Nya, lagi Maha Bijaksana dalam menetapkan hukum-hukum syariat bagi mereka.

﴿وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ﴾

59. Dan apabila anak-anak kalian telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin ketika masuk rumah dalam setiap waktu seperti adab izin orang-orang dewasa yang disebutkan sebelumnya. Sebagaimana Allah menjelaskan hukum-hukum perizinan bagi kalian, maka demikian pula Dia menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui maslahat hamba-hamba-Nya, lagi Maha Bijaksana dalam syariat yang ditetapkan bagi mereka.

﴿وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ ۖ وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ﴾

60.
Dan wanita-wanita tua yang telah mengalami menopause dan tidak hamil lagi karena sudah tua, yang tidak ingin menikah lagi, mereka tiadaklah berdosa jika menanggalkan sebagian pakaian mereka seperti selendang dan cadar dengan tidak bermaksud menampakkan perhiasan tersembunyi yang diperintahkan untuk disembunyikan. Dan apabila mereka tidak menanggalkan sebagian pakaian tersebut maka itu lebih baik bagi mereka sebagai bentuk kesungguhan dan kehati-hatian yang lebih dalam menutup diri dan menjaga kesucian. Dan Allah Maha Mendengar apa yang kalian ucapkan, lagi Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan, tiada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya, dan Dia pasti akan memberi kalian ganjaran atasnya.

﴿لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَىٰ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَنْ تَأْكُلُوا مِنْ بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوَانِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوَاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَعْمَامِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمَّاتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوَالِكُمْ أَوْ بُيُوتِ خَالَاتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُمْ مَفَاتِحَهُ أَوْ صَدِيقِكُمْ ۚ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا ۚ فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴾

61. Tidak ada dosa bagi orang buta yang kehilangan penglihatannya, tidak pula ada dosa bagi orang pincang, dan tidak pula bagi orang sakit; bila meninggalkan kewajiban yang mereka tidak sanggup laksanakan seperti jihad di jalan Allah.
Dan tidak ada dosa bagi diri kalian -wahai orang-orang beriman- makan di rumah kalian sendiri, termasuk juga rumah anak laki-laki kalian, atau makan di rumah bapak-bapak kalian, di rumah ibu-ibu kalian, di rumah saudara laki-laki kalian, di rumah saudari kalian, di rumah saudara laki-laki bapak kalian, di rumah saudari bapak kalian, di rumah saudara laki-laki ibu kalian, di rumah saudari ibu kalian, di rumah yang kalian miliki kuncinya seperti penjaga kebun. Tidak ada dosa untuk kalian makan di rumah kawan-kawan kalian karena biasanya hal itu terjadi lantaran kerelaannya untuk itu, tidak ada pula dosa bagi kalian makan bersama-sama atau sendirian.
Maka apabila kalian memasuki suatu rumah seperti rumah-rumah yang di sebutkan di atas, atau rumah selainnya; hendaklah kalian memberi salam kepada penghuninya dengan mengucapkan, Assalāmu 'alaikum", dan apabila di dalamnya tidak terdapat seorang pun penghuninya, maka ucapkanlah salam kepada dirimu sendiri dengan mengucapkan, "Assalāmu'alainā wa 'alā 'ibādillāhiṣ ṣālihīn" sebagai ucapan salam dari sisi Allah yang disyariatkan-Nya untuk kalian, yang diberi berkah; karena ia menebarkan sikap saling mencintai, dan persatuan di antara kalian, juga baik karena bisa menenangkan hati pendengarnya. Dengan penjelasan-penjelasan seperti ini yang juga disebutkan sebelumnya dalam surah ini, Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya agar kalian memahaminya, dan mengamalkan kandungannya.

﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَىٰ أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّىٰ يَسْتَأْذِنُوهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ۚ فَإِذَا اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لِمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾

62. "Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar mukmin lagi jujur dalam keimanan mereka ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila mereka berada bersama-sama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam suatu urusan yang merupakan maslahat umat Islam, mereka tidak meninggalkan Rasulullah sebelum meminta izin kepadanya untuk pergi. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu -wahai Rasul- tatkala meninggalkanmu, mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya secara jujur. Apabila mereka meminta izin kepadamu karena suatu keperluan yang penting bagi mereka, maka izinkanlah bagi siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa hamba yang bertobat kepada-Nya, lagi Maha Penyayang terhadap mereka.

﴿لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾

63. Wahai orang-orang mukmin! Muliakanlah Rasulullah bila kalian memanggilnya. Janganlah kalian memanggilnya seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian yang lain yaitu dengan menyebut namanya, seperti, ‘Wahai Muhammad’, atau dengan menyebut nama ayahnya, seperti, Wahai putra Abdullah. Akan tetapi katakanlah, Wahai Rasulullah, Wahai Nabi Allah. Dan apabila dia menyeru kalian untuk perkara umum, maka janganlah kalian menjadikan seruannya seperti seruan sebagian kalian kepada sebagian yang lain yang biasanya terjadi dalam perkara-perkara yang kurang penting, akan tetapi bersegeralah untuk memenuhi seruannya.
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kalian secara sembunyi-sembunyi tanpa izin, maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- takut akan ditimpa cobaan dan bencana, atau ditimpa azab yang pedih, yang mereka tidak sanggup menahannya.

﴿أَلَا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قَدْ يَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ وَيَوْمَ يُرْجَعُونَ إِلَيْهِ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾

64. Ketahuilah! Sesungguhnya kepunyaan Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dia lah yang menciptakan, menguasai dan mengatur semuanya. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang sedang kalian alami -wahai sekalian manusia-, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya sedikitpun. Dan pada hari Kiamat kelak, mereka semua akan dikembalikan kepada-Nya dengan dibangkitkan setelah mati, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan di dunia. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya baik di langit maupun di bumi.

الترجمات والتفاسير لهذه السورة: