الواحد
كلمة (الواحد) في اللغة لها معنيان، أحدهما: أول العدد، والثاني:...
Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, “Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hendak melakukan perjalanan beliau mengundi antara para istrinya. Siapa saja yang keluar undiannya, maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- akan pergi bersamanya. Beliau pernah mengundi di antara kami pada suatu peperangan yang beliau ikuti, lalu keluarlah undianku, dan aku pun keluar bersama Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- setelah turun perintah berhijab.”
Dalam hadis ini Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- memberitahukan bahwa di antara bentuk kesempurnaan keadilan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam memperlakukan para istrinya adalah apabila beliau hendak pergi melakukan suatu perjalanan, beliau akan mengundi di antara mereka untuk menenangkan hati-hati mereka. Jika keluar nama salah satu dari mereka, maka beliau akan mengikutsertakannya. Beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah mengundi pada suatu pertempuran yang diikutinya, yaitu perang Bani Muṣṭaliq, lalu keluarlah undian Aisyah dan ia pun ikut menyertai beliau. Kemudian Aisyah menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi setelah Allah -Ta'ālā- menurunkan perintah untuk berhijab. Telah dimaklumi tentunya bahwa pada perjalanan beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berikutnya, beliau akan mengundi di antara para istrinya yang lain; karena istri yang bagiannya telah keluar pada pengundian sebelumnya itu telah mendapatkan haknya. Hingga apabila tidak tersisa lagi kecuali hanya bagian untuk seorang dari mereka, maka sudah jelas dia akan menyertai beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam perjalanan terakhir tanpa melalui pengundian.