البحث

عبارات مقترحة:

المهيمن

كلمة (المهيمن) في اللغة اسم فاعل، واختلف في الفعل الذي اشتقَّ...

الأعلى

كلمة (الأعلى) اسمُ تفضيل من العُلُوِّ، وهو الارتفاع، وهو اسمٌ من...

الأول

(الأوَّل) كلمةٌ تدل على الترتيب، وهو اسمٌ من أسماء الله الحسنى،...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dalam salah satu riwayat (secara marfū'), (Nabi) bersabda, “Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, tidaklah seseorang menghafalnya melainkan ia akan masuk surga. Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil.”

شرح الحديث :

Sesunguhnya Allah -Ta'ālā- memiliki sembilan puluh sembilan nama, tidaklah seseorang menghafalnya melainkan dia akan masuk surga. Yang dimaksud dengan menghafal disini adalah melafalkannya di luar kepala. Disebutkan juga bahwa maksudnya adalah keimanan terhadap nama-nama tersebut, pengamalan, mentaati kandungan makna setiap nama tersebut, dan berdoa kepada Allah -Ta'ālā- dengan nama-nama tersebut. Dalam hadis ini dijelaskan tentang ketetapan nama-nama tersebut, serta tidak menunjukkan penafian terhadap nama-nama lain selain dari nama-nama tersebut. Adapun pengkhususan nama-nama tersebut adalah karena nama-nama itu adalah nama-nama yang sangat masyhur dan jelas maknanya. Hal ini senada dengan perkataanmu, "Sesungguhnya Zaid memiliki seratus dirham yang ia sediakan untuk bersedekah." Ucapan ini tidak menunjukkan bahwa dia tidak memiliki jumlah dirham yang lebih banyak dari yang disebutkan tersebut, akan tetapi menunjukkan bahwa yang disediakannya untuk bersedekah adalah dengan jumlah tersebut saja. Di antara dalil yang menunjukkan makna penafsiran seperti ini adalah hadis Ibnu Masud, “Aku mohon kepada-Mu dengan perantaraan semua nama milik-Mu yang Engkau namakan sendiri, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu gaib disisi-Mu”. Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki nama-nama yang tidak Dia turunkan dalam kitab-Nya, dan Dia rahasiakan dari seluruh makhluk-Nya. “Wa huwa witrun” maksudnya adalah Allah itu Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. “Yuḥibbul-witra”, yakni Dia mengutamakan bilangan ganjil dalam berbagai amalan dan ketaatan. Oleh karena itu Allah mewajibkan salat sebanyak lima waktu, tawaf sebanyak tujuh putaran, dan menganjurkan pelaksanaan berbagai amalan lainnya sebanyak tiga kali, serta Dia juga menciptakan langit dan bumi sebanyak tujuh lapisan dan lain sebagainya.


ترجمة هذا الحديث متوفرة باللغات التالية