Buku yang sangat bagus menjelaskan tentang beberapa petunjuk Rasulullah saw, dalam ibadah, mu’amalah dan akhlaq beliau yang mulia yang dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari .
التفاصيل
PETUNJUK RASULULLAH ﷺ Dalam Ibadah, Muamalah dan Akhlaknya 1. Petunjuk rasul ﷺ dalam thaharah dan buang hajat a. Petunjuk rasul ﷺ dalam hal buang hajat. b. Petunjuk rasul ﷺ dalam hal wudu’ c. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal mengusap khuf[5] d. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam bertayamum[6]: 2. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal shalat.[7] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam doa istiftah dan bacaan. b. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal tata cara shalat:[8] c. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam pekerjaan-pekerjaan dalam shalatnya.[13] d. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal pekerjaan-pekerjaan beliau setelah shalat.[14] e. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal shalat sunnah dan qiyamulail.[15] 4. Petunjuk Rasulullah ﷺ tentang dua hari raya.[17] 6. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait istisqo[19](meminta hujan) 7. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait shalat khauf[25] 8. Petunjuk beliau ﷺ dalam masalah mengurus janazah[26] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ seputar menshalatkan mayat[27] b. Petunjuk beliau ﷺ dalam hal mengubur dan yang terkait denganya[28] c. Petunjuk Rasul ﷺ terkait kuburan dan ta’ziyah[29] Petunjuk rasul ﷺ terkait zakat dan shadaqah[30] Petunjuk rasul ﷺ dalam masalah zakat: Petunjuk rasul ﷺ terkait zakat fitrah.[32] c. Petunjuk rasul ﷺ terkait sodaqoh sunnah[33] 10. Petunjuk rasul ﷺ tentang puasa [34] a. Petunjuk rasul ﷺ tentang puasa ramadhan. b. Petunjuk rasul ﷺ seputar apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan dalam puasa: c. Petunjuk rasul ﷺ terkait puasa sunnah: c. Petunjuk rasul ﷺ terkait i’tikaf[35] 11. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam masalah haji dan umrah[36] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam umrah Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam haji 12. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait hadyu (kurban/dam dalam haji dan umrah), korban (idul adha) dan aqiqah[37] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ seputar hadyu. b. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait kurban (idul adha)[40] c. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait aqiqoh[41] 13. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam jual beli dan muamalat[42] 14. Petunjuk Rasulullah ﷺ seputar nikah dan menggauli istri[43] 15. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam makan dan minum[45] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam makan b. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam minum[46] 16. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam dalam dakwah[47] PETUNJUK RASULULLAH ﷺ Dalam Ibadah, Muamalah dan AkhlaknyaBismillahirrahmaanirahimSegala puji bagi Allah I, salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarga beserta sahabatnya.Sesungguhnya nikmat yang terbesar yang diberikan Allah I kepada kita adalah nikmat Islam, ia adalah agama fitrah dan moderat, agama yang lengkap dan menyeluruh, agama keilmuan dan akhlak, agama yang senantisa cocok untuk setiap zaman dan tempat, agama kemudahan dan kasih sayang, agama yang memuat solusi atas segala permasalahan. Di zaman sekarang ini, kita sangat tertuntut untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik dan keistimewaan-keistimewaan agama ini kepada dunia seluruhnya, agar nampak jelas dihadapan mereka gambaran yang sebenarnya dari agama ini.Sesungguhnya petunjuk Muhammad ﷺ adalah bentuk aplikasi kongkrit dari agama ini, dalam petunjuknya terkumpul seluruh karakteristik yang menjadikan agama Islam mudah dianut dan diaplikasikan, hal itu dikarenakan islam mencangkup seluruh dimensi kehidupan baik yang bersifat taabudiyah, amaliyah dan akhlak, dari sisi materi maupun ruhi.Dalam kitab ini[1], saya banyak menukil dari kitab (zaadul ma’aad fi hadyi khoirir 'ibaad, karya Ibnu Qayyim)[2] yang termasuk kitab utama dalam memuat petunjuk Rasulullah ﷺ- , kitab ini mendekatkan kepada petunjuk Rasulullah ﷺ dalam seluruh sisi kehidupan beliau, agar kita berqudwah kepadanya dan berjalan diatas petunjuknya ﷺ.Kami memohon kepada Allah I keikhlasan dan penerimaan amal ini, serta memberkati kitab ini... 1. Petunjuk rasul ﷺ dalam thaharah dan buang hajat a. Petunjuk rasul ﷺ dalam hal buang hajat.1. Rasulullah ﷺ ketika hendak masuk WC mengucapkan:اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ والخَبَائِثِ “ Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan laki-laki dan perempuan.” HR: Q. Dan apabila keluar beliau mengucapkan”غُفْرَانَكَ (Aku memohon) ampunan-Mu (ya Allah)” (HR: D, T, Jh).2. Yang sering beliau lakukan adalah kencing dengan duduk.3. Beliau istinjak dengan air, dan terkadang dengan batu, dan terkadang menggabungkan keduanya.4. Beliau beristinjak dengan tangan kirinya.5. Dan ketika selesai beristinjak dengan air, beliau pukulkan tangannya ke tanah. 6. Dan tatkalah bepergian dan hendak buang hajat, beliau menjauh ke suatu tempat hingga tidak terlihat para sahabat.7. Dan terkadang beliau bersembunyi dibalik orang besar, dan terkadang dibalik dahan kurma, dan terkadang dengan pohon di lembah.8. Dan beliau ketika kencing memilih tempat yang tanahnya lunak.[3]9. Dan ketika duduk untuk buang hajat, beliau tidak mengangkat pakaiannya kecuali jika dekat dengan tanah.10. Dan jika ada orang yang mengucapkan salam kepadanya di saat beliau kencing, beliau tidak menjawabnya. b. Petunjuk rasul ﷺ dalam hal wudu’1. Yang sering beliau lakukan adalah beliau berwudu’ untuk setiap kali hendak shalat, dan terkadang beliau shalat beberapa shalat dengan satu wudu‘.2. Beliau pernah berwudu’ dengan satu mud (air) [4], dan pernah dengan dua pertiga mud, dan pernah juga dengan lebih dari itu.3. Beliau adalah manusia yang terhemat dalam menggunakan air wudu‘, beliau memperingatkan umatnya agar menjauhi pemborosan.4. Beliau terkadang membasuh setiap anggota wudu‘ sekali-sekali, dan terkadang dua kali-dua kali, dan terkadang tiga kali-tiga kali, dan terkadang dua kali-dua kali pada sebagian anggota dan tiga kali-tiga kali pada anggota yang lain, dan beliau tidak pernah lebih dari tiga kali.5. Dan terkadang baliau berkumur-kumur dan memasukan air ke hidung (al-isytinsyaq) dengan satu cidukan, dan terkadang dengan dua cidukan, dan terkadang tiga cidukan, dan beliau menggandengkan berkumur dengan istinsyaq.6. Dan beliau istinsyaq dengan tangan kanan dan mengeluarkan dengan tangan kiri.7. Dan beliau selalu berkumur dan istinsyaq dalam wudunya.8. Beliau mengusap kepala semuanya, dan terkadang mengusapnya dengan dua tanganya dari depan kebelakang (pangkal) dan balik ke depan lagi.9. Dan tatkala mengusap ubun-ubunya beliau usap pula surbanya.10. Beliau mengusap dua telinganya (bagian luar dan dalamnya) bersamaan dengan mengusap kepalanya.11. Beliau membasuh kedua kakinya jika tidak sedang bersepatu atau berkaus kaki.12. Dan wudu‘ beliau selalu tertib (berurutan diantara anggota wudu‘) dan muwalah (berkesinambungan, tidak terputus) dan tidak pernah melanggarnya.13. Beliau memulai wudu’nya dengan bismillah, dan di akhirnya mengucapkan:«أَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إلَّا اللهُ وحده لا شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التوَّابِينَ واجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ» [ت].„Aku bersaksi tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusanya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang senantiasa bertaubat, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu mensucikan diri.“ (HR: Tirmizi). Dan beliau mengucapkan:«سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إِلَّا أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وأَتُوبُ إلَيْكَ».„ Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu“14. Beliau tidak mengucapkan di awal wudu’nya: نَوَيْتُ رفعَ الحَدثِ ولا استباحةَ الصَّلاةِ, لا هوَ ولا أحدٌ من أصحابِه الْبَتَّةَ.(Maksudnya; beliau tidak melafalkan niat wudu’ seperti lafadl di atas, begitu pula sahabatnya tidak seorangpun dari mereka melafadlkan niat).15. Beliau tidak pernah melebihi kedua sikunya dan kedua mata kakinya dalam membasuh.16. Beliau juga tidak biasa mengusap anggota wudu’nya dengan handuk selepas wudu’17. Beliau terkadang menyelah-nyelah jenggotnya, dan tidak selalu seperti itu.18. Beliau juga menyelah-nyelah diantara jari-jarinya, dan tidak selalu melakukan itu.19. Dan tidak masuk dalam petunjuk beliau bahwa beliau dituangkan air untuknya setiap kali berwudu’, akan tetapi terkadang beliau menuangkan sendiri untuknya, dan mungkin terkadang ada yang membantu menuangkan untuknya dalam suatu keubuRabb. c. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal mengusap khuf[5]1. Dalam riwayat yang shahih dikatakan bahwa beliau mengusap khuf baik di saat bepergian maupun muqim, dan beliau menetapkan masa (mengusap) bagi muqim sehari semalam, dan bagi musafir tiga hari tiga malam.2. Beliau mengusap bagian luar khuf, dan mengusap dua kaos kaki, dan mengusap surban (tutup kepala) saja bersama ubun-ubun.3. Dan beliau tidak pernah memaksakan diri melawan kondisi kedua kakinya, akan tetapi jika sedang memakai khuf beliau mengusap saja, dan jika tidak maka beliau membasuh kakinya. d. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam bertayamum[6]:1. Rasulullah ﷺ bertayamum dengan tanah yang beliau shalat diatasnya, baik berbentuk debu, atau tanah lembab atau pasir, beliau bersabda:«حَيْثُمَا أَدْرَكَتْ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي الصَّلاةُ فَعِنْدَهُ مَسْجِدُهُ وَطَهُورُهُ»[حم].“ Di mana saja seseorang dari umatku menjumpai waktu shalat, maka disitulah tempat shalat dan bersucinya” (HR: Ahmad dalam Musnad).2. Beliau ﷺ tidak pernah membawa debu dalam perjalanan panjang, dan tidak pula pernah memerintahkan hal itu.3. Dan tidak ada riwayat yang menerangkan bahwa beliau tayamum untuk setiap kali shalat, dan tidak pula memerintahkan hal itu, beliau hanya menyebutkan tayamum dan menjadikanya sebagai pengganti wudhu’.4. Beliau bertayamum dengan satu kali pukulan (ke tanah) untuk wajah dan dua telapak tangan. 2. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal shalat.[7] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam doa istiftah dan bacaan.1. Rasulullah ﷺ ketika berdiri hendak shalat mengucapkan: «اللهُ أكْبَرُ», dan beliau tidak mengucapkan apapun sebelumnya, dan tidak pula melafazkan niat sekali pun.2. Beliau mengangkat kedua tanganya bersama takbir menghadap kiblat dengan menjulurkan jari-jarinya ke kedua telinganya – dan ke kedua pundaknya-, kemudian meletakan tangan kananya di atas tangan kirinya.3. Dan terkadang beliau membaca doa istiftah dengan membaca:«اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ والـمَغْرِبِ, اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بالماءِ والثَّلْجِ والْبَردِ, اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الذُّنُوبِ والخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ» [ق].“ Ya Allah jauhkanlah antar diriku dan dosa-dosaku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat, Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosa dengan air, es dan embun, ya Allah bersihkanlah diriku dari dosa dan kesalahan sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda” (HR: Bukhari dan Muslim).Dan terkadang membaca:«وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاواتِ والأرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ المُشْرِكِينَ, إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ العَالَمِينَ, لَا شَرِيكَ لَهُ, وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ, وَأَنَا أَوَّلُ المُسْلِمِيْنَ» [م].“ Aku arahkan wajahku bagi Zat Yang Menciptakan langit dan bumi dalam lurus muslim (menyerahkan diri total) dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah I).” (HR: Muslim).4. Beliau setelah membaca istiftah mengucapkan:«أَعُوذُ باللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ»“ Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”Kemudian membaca al-fatihah.5. Dan beliau memiliki dua kali diam: diam (pertama) antara takbir dan bacaan, dan diam yang kedua ada perbedaan pendapat, ada riwayat yang mengatakan setelah membaca fatihah dan ada pula riwayat yang mengatakan sebelum rukuk.6. Dan setelah membaca al-fatihah beliau membaca surat yang lainya, terkadang beliau memanjangkanya, dan terkadang meringankanya karena sesuatu hal seperti dalam perjalanan atau yang lainya, dan kebiasaan beliau adalah membaca sedang.7. Beliau dalam shalat fajar membaca antara enam puluh (60) hingga seratus (100) ayat, dan beliau shalat fajar dengan membaca surat ((Qaaf)), dan pernah juga dengan surat ((ar-Rum)), pernah pula dengan surah at-Takwiir dan dengan surah az-Zalzalah di kedua rekaat tersebut. Dan pernah shalat fajar dengan membaca al-muawwazatain (surat al-Falaq dan surat an-Nas), saat itu beliau dalam perjalanan, dan beliau pernah shalat fajar memulainya dengan surat ((al-Mukminun)) hingga ketika sampai pada ayat yang menyebutkan Musa dan Harun dalam rakaat pertama beliau batuk maka beliau ﷺ ruku‘.8. Dan beliau shalat fajar pada hari Jum’at dengan membaca alif laam miim surat as-Sajdah, dan surah al-Insaan (dinamakan pula surah ad-Dahr).9. Sedangkan shalat dzuhur, maka terkadang beliau memanjangkan bacaanya, adapun shalat asar, maka bacaanya adalah separuh dari shalat dzuhur yang dipanjangkan, atau sama dengan dzuhur yang dipendekan.10. Adapun maghrib, maka beliau shalat sekali-kali dengan membaca surat ((at-Thuur)), dan sekali-kali membaca surat (( al-Mursalaat)).11. Adapun isya’, maka beliau membaca surat at-Tiin, dan menentukan untuk Mu'adz t dengan membaca surah asy-Syam, al-A'la, al-Lail dan semisalnya, dan melarangnya membaca surah al-Baqarah dalam shalat isya'.12. Dan diantara petunjuk beliau adalah membaca surat seluruhnya, dan mungkin membacanya pada dua rakaat, dan mungkin membaca awal surat, adapun membaca akhir-akhir surat dan pertengahan-pertengahan surat, maka tidak ada penjelasan darinya.Adapun membaca dua surat dalam rakaat pertama pernah beliau lakukan dalam shalat sunat, sedangkan membaca satu surat dalam dua rakaat bersamaan jarang dilakukan beliau, dan beliau tidak pernah menetapkan satu surat tertentu untuk dibaca dalam shalat tertentu dengan tidak membaca kecuali denganya, selain dalam shalat jumat dan dua hari raya.13. Dan beliau qunut dalam shalat fajar setelah rukuk selama sebulan kemudian meninggalkanya, dan qunutnya Rasulullah ﷺ ketika itu karena suatu sebab (yang muncul), dan ketika hilang beliau meninggalkanya, dan petunjuk beliau adalah melakukan qunut di saat terjadinya musibah atau malapetaka saja, dan beliau tidak mengkhususkanya hanya pada shalat fajar. b. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal tata cara shalat:[8]1. Beliau menjadikan rakaat pertama lebih panjang dari rakaat kedua dalam setiap shalat.2. Dan ketika beliau selesai dari membaca bacaan, beliau diam sejenak sepanjang kembalinya nafas, kemudian mengangkat kedua tanganya dan bertakbir seraya rukuk, dan meletakan kedua telapak tanganya di atas kedua lututnya seakan-akan menangkap keduanya, dan menegakan kedua tanganya serta memisahkan keduanya, masing-masing menempati sisi badanya, dan membentangkan punggungnya serta menjulurkanya, dan lurus tidak menegakan kepalanya dan tidak pula merendahkanya, melainkan sejajar dengan punggungnya.3. Dan beliau membaca: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ Maha suci Rabb-ku, Yang Maha Agung. (HR: Muslim), dan terkadang membaca: «سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي»'Maha suci Engkau, Ya Allah, Rabb kami, dan pujian kepada-Mu, ya Allah, Ampunilah aku.' HR: Bukhari Muslim), dan pernah juga membaca: «سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ المَلائِكَةِ والرُّوحِ» '(Allah I) Yang Maha Suci, Rabb para malaikat dan Ruh.(HR: bukhari Muslim).4. Dan rukuk beliau biasanya sepanjang membaca sepuluh kali bacaan tasbih, begitu pula sujudnya, dan terkadang menjadikan rukuk dan sujud sepanjang saat berdiri, tetapi hal itu hanya beliau lakukan kadang-kadang pada shalat tahajud saja, dan petunjuk beliau ﷺ secara umum dalam masalah shalat adalah pertengahan dan kesesuaian.5. Dan beliau mengangkat kepalanya seraya mengucapkan: «سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ» 'Allah I mendengar bagi orang yang memujinya. '(HR: Bukhari Muslim), dan mengangkat kedua tanganya menegakan tulang rusuknya, begitu pula saat mengangkat kepalanya dari sujud, dan bersabda:«لَا تُجْزِئُ صَلَاةٌ لَا يُقِيمُ فِيهَا الرَّجُلُ صُلْبَهُ في الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ» [د، ت, ن, جه]“ Tidak sah shalat seseorang yang tidak menegakan tulang rusuknya (punggung) dalam rukuk dan sujud.” (HR: Abu dawud, Tirmizi, nasa’i dan Ibnu Majah), dan jika telah tegak mengucapkan: رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ 'Wahai Rabb kami, dan hanya untuk-Mu lah segala pujian'dan terkadang mengucapkan: «رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ», 'Wahai Rabb kami, hanya untuk-Mu lah segala pujian, 'dan terkadang : «اللَّهُمَّ رَبَّنَا لك الحَمْدُ»..'Ya Allah, Rabb kami, hanya untuk-Mu segala pujian.'6. Dan beliau memanjangkan rukun ini sepanjang rukuk, dan mengucapkan: «اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الأَرْضِ, وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا, وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيءٍ بَعْدُ, أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالمجدِ, أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ, وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ, لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجدُّ» [م].'Ya Allah Rabb kami bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh keduanya, dan sepenuh segala yang Engkau kehendaki, Engkau Yang berhak atas pujian dan sanjungan, yang paling layak untuk dikatakan hamba dan kami semua adalah hamba bagi-Mu, tidak ada yang dapat menahan bagi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberikan sesuatu yang Engkau menahanya, dan kekayaan tidak dapat memberi manfaat kepada yang punya kekayaan dari (siksa) Mu.” (HR: Muslim)7. Kemudian beliau bertakbir dan merunduk sujud, dan tidak mengangkat kedua tanganya, dan beliau meletakan kedua lututnya kemudian kedua tanganya setelah itu, kemudian dahi dan hidungnya, dan beliau sujud diatas dahi dan hidungnya dibawah lingkaran surban, dan beliau biasanya sujud di atas tanah, dan di atas air dan tanah liat, dan di atas tikar[9] yang terbuat dari daun pohon kurma, dan di atas kulit yang telah disamak.8. Dan ketika sujud beliau ﷺ tempatkan dahi dan hidungya pada tanah, dan memisahkan kedua tanganya, masing-masing menempati samping atau sisi badan, dan merenggangkan keduanya hingga terlihat putih ketiaknya.9. Dan beliau meletakan tanganya sejajar dengan pundak dan kedua telinganya, serta lurus dalam sujudnya, dan menghadap kiblat dengan ujung-ujung jari-jari kakinya, dan membentangkan kedua telapak tanganya dan jari-jarinya, dan tidak merenggangkan antara keduanya dan tidak pula menyempitkan.10. Dan beliau membaca: «سُبْحَانَكَ اللهُمَّ رَبَّنَا وبِحَمْدِكَ, اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي» ('Maha suci Engkau, Ya Allah, Rabb kami, dan pujian kepada-Mu, ya Allah, Ampunilah aku.' HR: Bukhari Muslim), dan membaca: «سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ المَلَائكةِ والرُّوحِ» (Allah I) Yang Maha Suci, Rabb para malaikat dan Ruh (HR: Muslim).11. Kemudian mengangkat kepalanya seraya bertakbir tanpa mengangkat kedua tanganya, kemudian duduk iftirasy, menghamparkan kaki kirinya dan duduk di atasnya, dan menegakan kaki kananya, dan meletakan kedua tanganya di atas kedua pahanya, dan menjadikan kedua sikunya di atas kedua pahanya, dan ujung tanganya di atas lututnya, dan menggenggam dua dari jari-jarinya dan membentuk lingkaran, kemudian mengangkat jarinya dan berdoa seraya menggerakanya, kemudian membaca: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لي, وارْحَمْنِي, وَاجْبُرنِي, وَاهْدِنِي, وَارْزُقْنِي» [د, ت, جه].“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, tunjukilah aku dan berilah aku rezki” (HR: Abu Dawud, Tirmizi, Ibnu Majah).12. Dan petunjuk Rasulullah ﷺ adalah memanjangkan rukun ini sepanjang sujud.13. Kemudian beliau bangkit berlandaskan bagian depan dua kakinya, bersandarkan dengan dua pahanya, dan jika telah benar-benar bangkit beliau memulai bacaan dan tidak mengambil diam sejenak seperti saat akan membaca doa istiftah, kemudian shalat rakaat yang kedua sebagaimana rakaat yang pertama, kecuali dalam empat hal: diam sejenak, istiftah, takbiratul ihram,dan memanjangkan rakaat, karena baliau lebih memanjangkan rakaat yang pertama atas yang kedua, dan mungkin beliau memanjangknya hingga tidak mendengar suara hentakan kaki.14. Ketika duduk dalam tasyahud, beliau meletakan tangan kirinya di atas paha kirinya, dan tangan kananya di atas paha kananya, dan menunjuk dengan jari telunjuknya, beliau tidak menegakanya dan tidak pula menidurkanya, tetapi merundukanya sedikit dan menggerakanya, beliau menggenggam jari kelingking dari jari manisnya, dan melingkarkan jari tengah dan ibu jarinya, dan mengangkat jari telunjuk berdoa dan memandang kepadanya.15. Beliau ﷺ selalu bertasyahud dalam duduk ini dan mengajarkan para sahabatnya agar mengucapkan doa:«التَّحِيَّاتُ للهِ وَالصَّلَواتُ والطَّيِّبَاتُ, السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّها النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وبَرَكَاتُهُ, السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ» [ق]'Segala ucapan selamat untuk Allah I dan doa yang baik-baik semuanya untuk Allah, selamat sejahtera atasmu wahai Nabi ﷺ dan rahmat Allah I dan keberkatan-Nya, dan selamat sejahtera atas kita dan juga hamba-hamba Allah yang baik. Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb selain Allah, dan aku bersaksi bahwa nabi muhamad ﷺ hamba dan utusan Allah.” (HR: Bukhari dan Muslim).Beliau sangat meringankan duduk tersebut, seakan-akan beliau sedang shalat di atas ar-radhof (batu yang panas), lalu beliau bangkit berlandaskan bagian depan dua kakinya dan bertumpu pada kedua pahanya dengan bertakbir, beliau mengangkat tanganya saat itu, kemudian membac al-Fatihah saja, atau mungkin dalam dua rakaat terakhir beliau membaca sedikit setelah af-Fatihah.16. Dan dalam tasyahud akhir beliau duduk dengan tawaruk[10], beliau menurunkan pangkal pahanya ke tanah dan mengeluarkan kakinya dari satu sisi.“( HR: Tirmizi).Dan beliau menjadikan kaki kirinya di bawah paha dan betisnya dan menegakan kaki kananya, dan terkadang menghamparkanya.Dan beliau meletakan tangan kananya di atas paha kananya, dan menggabungkan tiga jarinya dan menegakan jari telunjuknya.Dan beliau berdoa dalam shalatnya itu:«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتنَةِ المحيَا والمماتِ, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ المأثَمِ والمَغْرَمِ»([11]) [خ].“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dajjal, dan aku berlindung kepadamu dari fitnah hidup dan mati, ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan hutang.[12]“ (HR: Bukhari).Kemudian beliau mengucapkan salam ke arah kananya: assalaamualaikum warahmatullah, dan ke arah kirinya seperti itu pula.17. Dan beliau memerintahkan orang yang shalat agar membuat pembatas (di depanya) meski dengan anak panak atau tongkat, dan beliau pernah menancapkan tonggak dalam perjalanan dan sahara, lalu shalat ke arahnya sebagai pembatasnya, dan pernah memajang tungganganya lalu shalat ke arahnya, dan pernah mengambil pelana dan meluruskanya lalu shalat ke batasnya.18. Dan jika beliau shalat kearah dinding beliau membuat jarak antara beliau dengan dinding sebatas lewatan kambing, tidak menjauhinya, tetapi memerintahkan agar dekat dari pembatas. c. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam pekerjaan-pekerjaan dalam shalatnya.[13]1. Bukan petunjuk Rasulullah ﷺ perbuatan menoleh dalam shalat.2. Dan bukan termasuk petunjuk Rasulullah ﷺ pula memejamkan kedua mata dalam shalat3. Dan jika beliau berdiri dalam shalat beliau tundukan kepalanya. Dan pernah suatu ketika beliau telah masuk shalat dan hendak memanjangkan shalatnya, lalu beliau mendengar tangisan bayi, maka beliau meringankan shalat khawatir akan memberatkan ibunya.4. Dan pernah beliau shalat wajib membawa Umamah putri dari anak perempuanya di atas pundaknya, dan jika berdiri beliau menggendongnya, dan jika sujud beliau meletakanya.5. Dan pernah beliau shalat, lalu datang Hasan atau Husain lalu naik ke punggung beliau, lalu beliau ﷺ memanjangkan sujudnya khawatir ia terlempar dari punggungnya.6. Dan beliau ﷺ pernah shalat, lalu datang Aisyah radhiyallahu 'anha, maka beliau berjalan membuka pintu untuk Aisyah, kemudian kembali ke posisi shalatnya.7. Dan pernah beliau menjawab salam dalam shalat dengan isyarat.8. Dan pernah meniup dalam shalatnya, dan pernah menangis, dan mendeham untuk suatu keperluan.9. Dan pernah beliau terkadang shalat dengan tanpa alas kaki, dan terkadang memakai sandal, dan memerintahkan shalat dengan bersandal agar menyelisihi Yahudi.10. Dan pernah beliau shalat dengan memakai satu baju, dan terkadang dua baju, dan itu yang terbanyak. d. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal pekerjaan-pekerjaan beliau setelah shalat.[14]1. Jika beliau telah mengucapkan salam, beliau beristigfar 3 kali, kemudian membaca:«اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الجَلالِ والإِكْرَامِ» Ya Allah, Engkau Yang Maha Pemberi Keselamatan, dari-Mu keselamatan, Maha Besar Engkau wahai Yang memiliki kebesaran dan karunia (HR: Muslim), dan beliau tidak tetap dalam posisi menghadap kiblat kecuali selama membaca doa itu, lalu beliau segera menghadap makmum, dan beliau berpaling ke kanan dan ke kiri.2. Dan ketika beliau shalat fajar, beliau duduk di atas tempat shalatnya hingga matahari terbit.3. Dan beliau ﷺ setiap selesai shalat wajib membaca:«لَا إلهَ إلَّا اللهُ, وَحدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شيءٍ قَدِيرٌ, اللَّهُمَّ لَا مانعَ لِمَا أَعْطَيْتَ, وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ولا يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدِّ» [ق]“ Tidak ada Rabb selain Allah, Maha Esa Dia tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan seluruhnya, dan baginya segenap pujian dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu, ya Allah tidak ada ada yang dapat menahan apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberikan apa yang Engkau tahan, dan kekayaan tidak bisa memberi manfaat kepada pemilik kekayaan dari (siksa)Mu.” (HR: Bukhari Muslim).ولَا حَوْلَ ولَا قُوَّةَ إلَّا باللهِ, لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إياهُ, لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الفَضْلُ, وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ, لَا إلهَ إلَّا اللهُ, مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ» [م].'Tiada daya dan kekuatan melainkan daya dan kekuatan Allah I, tiada Rabb selain Allah, kami hanya menyembah kepada-Nya, bagi-Nya nikmat seluruhnya dan bagi-Nya keutamaan seluruhnya, bagi-Nya sanjungan yang baik seluruhnya, tiada Rabb selain Allah, dalam keadaan kami memurnikan ketaatan kepada-Nya meski orang-orang kafir tidak menyukai.” (HR: Muslim)4. Dan beliau mensunnahkan kepada umatnya agar setiap selesai shalat mengucapkan: «سبحانَ اللهِ» 33x, dan «الحمدُ للهِ» 33x, dan «اللهُ أكبرُ» 33x, dan sempurna 100 dengan membaca:«لا إلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَديرٌ».“Tiada Rabb selain Allah I, Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya seluruh kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu.” e. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam hal shalat sunnah dan qiyamulail.[15]1. Rasulullah ﷺ melakukan semua shalat sunnah yang tidak memiliki sebab sebab di rumahnya, terutama shalat maghrib.2. Beliau ﷺ juga senantiasa menjaga sepuluh rakaat di waktu bermuqim; dua rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat setelah dzuhur, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah isya’ di rumahnya, dan dua rakaat sebelum subuh.3. Dan komitmenya dalam melaksanakan shalat sunnah fajar lebih kuat dari seluruh shalat sunnah, beliau tidak pernah meninggalkanya bersama witir, baik muqim maupun dalam perjalanan, dan tidak ada riwayat menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ shalat sunnah rawatib dalam perjalanan selain kedua shalat di atas.4. Dan setelah shalat sunnah fajar beliau berbaring di atas sisi kananya.5. Dan beliau terkadang shalat sunnah sebelum dzuhur empat rakaat, dan tatkala dua rakaat setelah dzuhur terlewatkan olehnya, beliau mengqadhanya setelah asar.6. Dan kebanyakan shalat malamnya dengan berdiri, dan terkadang duduk, dan terkadang membaca sambil duduk, dan tatkalah bacaanya hampir selesai beliau berdiri.7. Dan beliau shalat delapan rakaat, mengucapkan salam setiap selesai dua rakaat, kemudian witir lima rakaat terus menerus tidak duduk kecuali di rakaat terakhir, atau witir dengan sembilan rakaat, tidak duduk kecuali di rakaat ke delapan, kemudian bangkit tidak mengucapkan salam, kemudian shalat rakaat ke sembilan, kemudian duduk bertasyahud dan mengucapkan salam, kemudian shalat setelahnya dua rakaat setelah salam, atau witir dengan tujuh rakaat seperti sembilan rakaat tersebut, kemudian shalat setelahnya dua rakaat dengan duduk.8. Dan beliau witir di awal malam, di pertengahan, dan di akhir malam, dan bersabda: «اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ باللَّيْلِ وِتْرًا» [ق].“ Jadikanlah akhir shalat kalian di waktu malam adalah witir” (HR: Bukhari Muslim).9. Dan beliau shalat setelah witir dua rakaat terkadang dengan duduk, dan terkadang membaca bacaan dalam keduanya dengan duduk, dan apabila ingin rukuk beliau berdiri lalu rukuk.10. Dan jika mengantuk atau merasa sakit, beliau shalat di waktu siang dua belas rakaat.11. Dan beliau pernah suatu malam qiyamulail dengan membaca satu ayat yang beliau ulan-ulang hingga pagi.12. Dan terkadang beliau membaca dengan sir (rahasia) dalam shalat malam, dan terkadang dengan jahr (mengeraskanya), dan terkadang memanjangkan berdiri dan terkadang meringankanya.13. Dan terkadang beliau membaca dalam witir sirah al-A'la, al-Kafiruun, dan al-Ikhlash, dan apabila telah mengucapkan salam, beliau membaca: «سبحان الملك القدوس» 'Maha Suci Raja Yang Maha Suci' sebanyak 3 kali, memanjangkan suaranya pada yang ketiga dan meninggikan.” ( HR: abu dawud, Nasa’i, dan Ibnu majah).3. Petunjuk beliau dalam hal shalat jumat.[16]1. Di antara petunjuknya adalah mengagungkan hari jumat, memuliakan dan mengistimewakanya dengan berbagai keistimewaan, diantaranya; mandi pada hari jumat, memakai pakaian terbaik pada hari jumat, wajib mendengar khutbah dengan penuh perhatian, dan memperbanyak salawat kepada nabi ﷺ.2. Dan beliau keluar kepada jamaah ketika mereka telah berkumpul, lalu mengucapkan salam kepada mereka, kemudian naik mimbar, menghadap mereka dengan wajahnya, dan mengucapkan salam kepada mereka, kemudian duduk, dan Bilal t memulai azan, dan ketika Bilal t selesai dari azan, beliau berdiri lalu khutbah tanpa memberi selah antar azan dan khutbah, dan beliau khutbah dengan memegang busur atau tongkat sebelum membuat mimbar.3. Dan beliau ﷺ khutbah dengan berdiri, kemudian duduk ringan, kemudian khutbah yang kedua.4. Dan beliau ﷺ memerintahkan agar mendekat kepadanya dan mendengar dengan penuh perhatian, dan memberitahu kepada orang jika berkata kepada kawanya: perhatikan!, maka ia telah lagho (melakukan perbuatan sia-sia), dan barang siapa telah lagho maka tidak ada jumat baginya (hilang pahala jumatnya).5. Dan ketika beliau berkhutbah, kedua matanya memerah dan suaranya tinggi, sangat marah seakan-akan beliau sedang memperingatkan pasukan.6. Dan beliau berkata dalam khutbahnya: «أما بعدُ», dan beliau memendekan khutbah dan memanjangkan shalat.7. Dan beliau ﷺ mengajarkan kepada para sahabat dalam khutbahnya pondasi-pondasi islam dan syariatnya, dan memerintah serta melarang ketika ada perintah dan larangan.8. Dan beliau memutus khutbahnya karena ada kepentingan, atau untuk menjawab orang yang bertanya, kemudian kembali kepada khutbahnya dan menyelesaikanya, beliau juga turun dari mimbar karena suatu keperluan kemudian kembali melanjutkan khutbah, dan beliau menyampaikan perintahnya kepada mereka dalam khutbahnya sesuai dengan kondisi, jika melihat diantara mereka ada orang yang kesusahan dan fakir, beliau memerintahkan kaum muslimin agar bersodaqoh dan mendorong mereka untuk melakukan itu.9. Dan beliau menunjuk dengan jari telunjuk dalam khutbahnya saat menyebut nama Allah I. Dan di saat kering tidak turun hujan, beliau meminta hujan (istisqa‘) dalam khutbahnya.10. Dan ketika beliau selesai shalat jumat, beliau masuk ke rumahnya, lalu shalat dua rakaat sunnah jumat, dan memerintahkan orang yang shalat jumat agar shalat empat rakaat setelahnya. 4. Petunjuk Rasulullah ﷺ tentang dua hari raya.[17]1. Beliau ﷺ shalat dua hari raya di musolla (lapangan tempat shalat), beliau memakai pakaian terbaiknya.2. Beliau dalam shalat i’dul fitri makan beberapa butir kurma sebelum keluar, dan memakanya ganjil, adapun dalam shalat i’dul adha, beliau tidak makan hingga pulang dari musolla, lalu makan kurbanya, dan beliau mengakhirkan shalat i’dul fitri dan menyegerakan shalat i’dul adha.3. Dan beliau keluar dengan berjalan kaki, dan tombak kecil beliau bawa dengan kedua tanganya, dan jika telah sampai ditancapkan ke tanah agar beliau shalat kerahnya (sebagai pembatas).4. Dan jika telah sampai ke musalla beliau langsung shalat tanpa azan dan iqamah, dan tidak membaca: الصلاةُ جامعةٌ, dan beliau ataupun sahabatnya jika telah sampai musalla tidak pernah melakukan shalat apapun, baik sebelum (shalat ied) maupun sesudahnya.5. Dan beliau memulai shalat sebelum khutbah, dan beliau shalat dua rakaat, mengucapkan takbir pada rakaat pertama sebanyak tujuh kali berturut-turut dengan takbiratul ihram, dan diam sejenak antara dua takbir, dan tidak ada riwayat dari beliau adanya zikir tertentu di antara takbir-takbir, dan jika telah menyempurnakan takbir beliau memulai bacaan, dan jika telah selesai beliau bertakbir dan rukuk, kemudian bertakbir pada rakaat yang kedua lima kali takbir secara berurutan, kemudian memulai bacaan, jika telah selesai beliau berkhutbah di hadapan manusia dalam keadaan mereka duduk di saf-saf mereka, memberi nasehat kepada mereka, memerintahkan mereka dan melarang mereka, dan beliau membaca surat; «ق»dan surat «اقْتَرَبَتِ» (al-Qamar) seluruhnya, dan terkadang membaca: surat «سَبِّحِ» (al-A'la) dan surat «الغَاشيَة».6. Dan beliau berkhutbah di atas tanah, ketika itu belum ada mimbar.7. Dan beliau memberi keringanan dengan tidak duduk untuk khutbah, dan mencukupkan dengan shalat ied sebagai ganti jumat jika terjadi ied di hari jumat.8. Dan beliau menyelisihi jalan (berangkat lewat suatu jalan dan pulang melewati jalan yang lain) pada hari raya.5. Petunjuk beliau terkait shalat kusuf (gerhana matahari)[18]1. Jika matahari gerhana, beliau keluar ke masjid dengan segera tergopoh-gopoh menyeret selendangnya, lalu maju dan shalat dua rakaat, di rakaat pertama membaca al-Fatihah dan surat panjang, beliau membaca dengan jahr (suara keras), kemudian rukuk dan memanjangkan rukuk, kemudian bangkit dan memanjangkan berdiri, dan berdirinya tidak sama dengan berdiri pada rakaat pertama (lebih pendek), dan ketika mengangkat kepalanya dari rukuk membaca:«سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ» kemudian mulai membaca, kemudian rukuk dan memanjangkan rukuknya, dan dia lebih pendek dari rukuk pertama, kemudian mengangkat kepalanya dari rukuk, kemudian sujud dengan sujud yang panjang, kemudian melakukan pada rakaat yang lain sama seperti apa yang beliau lakukan pada rakaat pertama, dan pada setiap rakaat ada dua rukuk dan dua sujud, kemudian berpaling, lalu berkhutbah di hadapan mereka dengan khutbah yang kuat.2. Dan beliau memerintahkan berdzikir kepada Allah I, salawat, doa, istighfar, sodaqoh dan memerdekakan budak. 6. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait istisqo[19](meminta hujan)1. Beliau meminta hujan di atas mimbar saat khutbah, dan beliau pernah meminta hujan pada selain hari jumat, dan beliau meminta hujan dengan duduk di masjid dan mengangkat kedua tanganya berdoa kepada Allah I.2. Dan doa yang diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ dalam istisqa’ adalah:«اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وبَهَائِمَكَ وانْشُر رَحْمَتَكَ وَأَحْي بَلَدَكَ المَيَّتَ» [د“Ya Allah turunkanlah hujan kepada hamba-hamba-Mu dan makhluk-makhluk hewan-Mu, dan sebarkanlah rahmat-Mu, dan hidupkanlah negeri-Mu yang mati” (HR: Abu Dawud). «اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا([20]) مَرِيئًا([21]) مَريعًا([22])نَافعًا غَيْرَ ضَارٍ, عَاجلًا غَيْرَ آجِلٍ» [د].“ Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang menyelamatkan, yang baik akibatnya, yang deras, yang bermanfaat tidak membawa madharat, segera tidak tertunda.” (HR: Abu Dawua).3. Dan jika melihat mendung dan angin hal itu diketahui pada wajahnya, maka baliau maju dan mundur, dan jika turun hujan hilang kesusahanya.4. Dan ketika melihat hujan, mengucapkan: «اللَّهُمَّ صَيِّبًا نافعًا»'Ya Allah jadikanlah hujan yang bermanfaat” (HR: Bukhari Muslim). Dan beliau membuka bajunya hingga hujan mengenainya, maka beliau ditanya tentang hal itu, beliau mengatakan:«لأنَّهُ حَديثُ عَهْدٍ بِرَبِّه» [م].“ Karena ia baru mengenal Rabbya” (HR: muslim).5. Dan ketika hujanya deras, mereka meminta beliau ﷺ agar memohon dicerahkan (cuaca), maka beliau memohon bagi mereka agar dicerahkan, dan mengucapkan:«اللَّهُمَّ حَوَالَينَا وَلَا عَلَيْنَا, اللَّهُمَّ عَلَى الظّرابِ([23])، والآكَامِ([24])، والجِبَالِ, وبُطونِ الأَوْدِيةِ, وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ»“ Ya Allah, (turankanlah) terhadap sekeliling kami dan bukan terhadap kami, Ya Allah (turunkanlah pada bukit-bukit kecil, dan dataran-dataran tinggi dan gunung-gunung, dan perut-perut lembah, dan pada tempat-tempat tumbuhnya pohon” (HR: Bukhari Muslim). 7. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait shalat khauf[25]1. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait shalat khauf, jika ada musuh antara beliau dan kiblat, maka beliau membariskan kaum muslimin di belakang beliau dua saf, lalu beliau bertakbir dan mereka bertakbir bersama-sama, kemudian mereka rukuk dan bangkit bersama-sama, kemudian saf depan yang dibelakang beliau sujud, dan saf belakang berdiri menghadap musuh, jika beliau bangkit untuk rakaat kedua, saf yang belakang sujud dua kali, kemudian mereka berdiri dan maju ke posisi saf pertama, dan saf yang terdepan tadi mundur menempati tempat mereka, agar fadhilah (keutamaan) saf pertama di dapatkan kedua barisan, dan agar saf yang kedua mendapatkan dua sujud pada rakaat kedua bersama beliau, jika beliau rukuk maka dua barisan tadi melakukan seperti apa yang telah dilakukan pada saat pertama tadi, lalu jika beliau duduk tasyahud, maka saf yang belakang sujud dua kali dan mengejar beliau dalam tasyahud, lalu beliau salam diikuti mereka semuanya.2. Dan jika berada di arah selain kiblat, maka terkadang beliau menjadikan mereka menjadi dua kelompok; satu kelompok menghadapi musuh dan satu kelompok shalat bersamanya, lalu salah satu kelompok shalat bersamanya satu rakaat, kemudian kelompok tersebut berpaling dalam kondisi masih dalam shalatnya ke posisi kelompok yang lain, dan kelompok yang lain itu datang menempati tempat mereka, lalu shalat bersama beliau rakaat kedua, kemudian beliau salam, dan setiap kelompok melanjutkan satu rakaat setelah salamnya imam.3. Dan terkadang beliau shalat dengan salah satu kelompok satu rakaat, kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan kelompok tersebut menyempurnakan satu rakaat lain sedang beliau tetap berdiri, kemudian kelompok tersebut salam sebelum beliau rukuk, dan kelompok yang lain datang dan shalat bersama beliau pada rakaat yang kedua, dan ketika beliau duduk tasyahud kelompok tersebut bangkit dan menyempurnakan rakaat yang lain, sedang beliau menunggu mereka dalam tasyahud, jika mereka telah tasyahud, beliau salam bersama mereka.4. Dan terkadang beliau shalat dengan salah satu kelompok dua rakaat dan salam bersama mereka, dan datang kelompok yang lain, lalu beliau shalat memimpin mereka dua rakaat dan salam bersama mereka.5. Dan terkadang beliau ﷺ shalat memimpin salah satu kelompok satu rakaat, kemudian kelompok itu pergi dan tidak menyempurnakan, dan datang kelompok yang lain, lalu baliau shalat bersama mereka satu rakaat, dan mereka tidak menyempurnakan, maka bagi beliau dua rakaat dan bagi masing-masing kelompok satu rakaat. 8. Petunjuk beliau ﷺ dalam masalah mengurus janazah[26]1. Petunjuk beliau dalam masalah mengurus jenazah adalah yang paling sempurna, berbeda dari petunjuk umat-umat yang lain, petunjuk beliau mencakup perbuatan baik kepada si mayat dan termasuk kepada keluarga dan kerabatnya, yang pertama adalah menjaganya saat sakitnya, mengingatkanya akan akhirat, memerintahkanya agar berwasiat dan bertaubat, dan memerintahkan orang yang mendatanginya agar mentalqinya kalimat syahdat laa Ilaaha illallah, agar menjadi penghujung perkataanya.2. Dan beliau ﷺ adalah makhluk paling ridha kepada Allah I terhadap takdir-Nya, dan paling besar sanjunganya kepada-Nya, dan menangis karena kematian anaknya Ibrahim karena belas kasihan, sayang dan rasa kelembutan kepadanya, dalam keadaan hati dipenuhi rasa ridha kepada Allah I dan bersyukur kepada-Nya, dan lisan senantiasa sibuk berdzikir kepada-Nya dan memuji-Nya, dan mengatakan:«تَدْمَعُ العَيْنُ وَيَحْزَنُ القَلْبُ وَلَا نَقُولُ إلَّا ما يُرْضِي الرَّبَّ» [ق].“ Air mata berlinang, dan hati bersedih, dan kita tidak mengucapkan apapun kecuali ssuatu yang menjadikan Rabb ridha.” (HR: Bukhari Muslim).4. Dan beliau melarang menampar pipi, dan meninggikan suara meratapi si mayat.5. Dan diantara petunjuk beliau adalah menutup wajah mayat dan badannya, serta memejamkan kedua matanya.6. Dan terkadang beliau mencium si mayat.7. Dan beliau memerintahkan memandikan mayat tiga kali atau lima kali atau lebih dari itu tergantung kebutuhan yang di rasakan oleh orang memandikan, dan memerintahkan dalam basuhan yang terakhir menggunakan kapur barus.8. Dan beliau tidak memandikan orang yang mati syahid dalam peperangan, dan beliau mencabut dari para syuhada pakaian dari kulit dan besi, dan mengubur mereka dengan bungkus pakaian mereka dan tidak menshalatkan.9. Dan beliau memerintahkan memandikan orang yang dalam keadaan berihram dengan air dan bidara, dan mengkafani dengan baju ihramnya, dan melarang memberi wangi-wangian dan menutup kepalanya. 10. Dan beliau ﷺ memerintahkan wali mayat agar membaguskan kafan dan mengkafani dengan warna putih, dan melarang berlebih-lebihan dalam kafan.11. Dan apabila kain kafan tidak cukup menutup seluruh badan, maka beliau menutup kepalanya, dan meletakan sesuatu dari rerumputan di atas kedua kakinya. a. Petunjuk Rasulullah ﷺ seputar menshalatkan mayat[27]1. Beliau menshalatkan mayat di luar masjid, dan terkadang di dalam masjid, akan tetapi hal itu tidak menjadi bagian petunjuknya yang tetap.2. Dan apabila didatangkan mayat kepadanya, beliau bertanya: apakah dia punya hutang? (HR: Bukhari Muslim), jika tidak mempunyai hutang beliau menshalatkannya, dan jika mempunyai hutang beliau tidak menshalatkanya dan memerintahkan para sahabat agar menshalatkanya.Dan ketika Allah I telah membukakan (dunia) kepada beliau ﷺ, beliau ﷺ menshalatkan mayat yang berhutang dan menanggung hutangnya serta membiarkan hartanya untuk para ahli warisnya.3. Dan ketika telah memulai shalat beliau bertakbir dan memuji Allah I dan menyanjungnya dan berdoa, dan beliau takbir empat kali dan bertakbir lima kali.4. Dan beliau memerintahkan agar mengikhlaskan doa untuk mayat, dan diantara doa yang diriwayatkan dari beliau:«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا, وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيرنَا, وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا, وَشَاهِدِنَا وَغَائِبنَا, اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيهِ عَلَى الإِسْلَامِ, وَمَنْ تَوفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الإيمانِ, اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ» [ت, ن, جه].“ Ya Allah, berilah ampunan bagi orang kami yang hidup dan yang mati, yang kecil dan yang besar, yang laki dan yang perempuan, yang hadir dan yang tidak hadir. Ya Allah, barang siapa yang Engkau hidupkan di antara kami maka hidupkanlah dalam keadaan islam, dan barang siapa yang Engkau matikan diantara kami, maka matikanlah dalam iman, ya Allah janganlah Engkau haramkan kami dari pahalanya dan janganlah Engkau biarkan kami terfitnah setelahnya.” ( Tirmizi, Nasa’I, Ibnu Majah).Dan diantara doa yang diriwayatkan dari beliau:«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ, وَارْحَمْهُ, وَعَافِهِ, واعْفُ عَنْهُ, وَأَكْرِمْ نُزُلَه, وَوَسِّعْ مُدْخَلَه, واغْسِلْهُ بالماءِ والثَّلْجِ والبَـرَدِ, وَنَقِّهِ مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوبُ الأبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ, وأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ, وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ, وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ, وأَدْخِلْهُ الجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ» [م].“ Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, kuatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, es dan embun, dan bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana dibersihkanya kain putih dari noda, dan berilah dia ganti rumah yang lebih baik dari rumahnya, dan keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan pasangan yang lebih baik dari pasanganya, dan masukanlah ia ke dalam surga, dan peliharalah dia dari azab kubur dan dari azab neraka” (HR: Muslim).5. Dan beliau ﷺ berdiri di sisi kepala mayat laki, dan di tengah mayat perempuan.6. Dan beliau pernah menshalatkan mayat anak kecil, dan tidak menshalatkan orang yang bunuh diri, dan orang yang khianat dalam ghanimah (harta rampasan perang).7. Dan beliau menshalatkan perempuan dari suku al-juhaniyah yang beliau rajam.8. Dan beliau menshalatkan raja Najasyi sebagaimana menshalatkan mayat, dan bukan bagian petunjuknya menshalatkan setiap mayat yang ghaib (tidak ada di hadapan).9. Dan diantara petunjuknya, jika terlewatkan olehnya shalat janazah, beliau menshalatkanya di atas kuburnya. b. Petunjuk beliau ﷺ dalam hal mengubur dan yang terkait denganya[28]1. Ketika selesai menshalatkan mayat, beliau mengiringinya ke kuburan dengan berjalan di depannya, dan menyunnahkan bagi pengendara berada di belakangnya, dan jika berjalan kaki hendaklah berada dekat dengannya, baik di belakang maupun di depanya, sisi kiri maupun sisi kananya, dan beliau memerintahkan membawanya dengan (berjalan)cepat.2. Dan beliau tidak duduk hingga mayat diletakan.3. Dan beliau memerintahkan berdiri untuk janazah tatkalah lewat kepadanya, dan ada riwayat yang shahih juga bahwa beliau duduk.4. Dan diantara petunjuknya beliau tidak menguburkan mayat ketika matahari terbit, dan tidak pula ketika matahari terbenam, dan tidak pula saat tengah hari.5. Dan diantara petunjuknya membuat liang lahat, mendalamkan kuburan, dan meluaskanya pada sisi kepala dan kedua kaki mayat.6. Dan jika selesai dari mengubur mayat, beliau berdiri di atas kubur dan memohon untuknya ketetapan, dan memerintahkan sahabat melakukan hal tersebut.7. Dan beliau tidak duduk membaca (sesuatu apapun) di atas kubur dan tidak pula menalqinnya.9. Dan diantara petunjuknya, beliau meninggalkan sikap meratapi mayat, bahkan beliau melarang hal itu. c. Petunjuk Rasul ﷺ terkait kuburan dan ta’ziyah[29]1. Bukan termasuk petunjuknya ﷺ meninggikan kuburan, membangunya, memplesternya, dan tidak pula membangun kubah di atasnya.2. Dan beliau ﷺ mengutus Ali t ke Yaman agar tidak membiarkan satu patungpun melainkan ia hancurkan, dan tidak pula kuburan yang tinggi kecuali ia meratakanya, dan sunnah beliau ﷺ adalah meratakan semua kuburan yang tinggi.3. Dan beliau melarang mengapur kuburan, dan membangun diatasnya dan juga menulis diatasnya. 4. Dan mengajarkan orang yang ingin mengenali kuburanya dengan batu keras.5. Dan beliau melarang menjadikan kuburan sebagai masjid, dan melarang menyalakan lampu di atasnya, dan melaknat pelakunya.6. Dan beliau melarang shalat kepada kuburan, dan melarang kuburannya dijadikan hari raya.7. Dan diantara petunjuknya tidak boleh menghinakan kuburan, menginjaknya, duduk di atasnya, bersandar kepadanya, dan tidak pula mengagungkanya.8. Dan beliau menziarahi kuburan sahabatnya untuk mendoakan mereka, memohon ampun baginya, dan menyunnahkan peziarah mengucapkan: «السَّلامُ عَلَيْكُم أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ المؤمنينَ والمسلمينَ, وإنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ, نَسْأَلُ اللهَ لَنَا ولكُمُ العَافِيَةَ» [م].“ Keselamatan atas kalian wahai kaum mukminin dan muslimin penghuni kubur, dan sesungguhnya kami insyaallah akan menyusul kalian, kami memohon kepada Allah I kekuatan bagi kami dan bagi kalian.” (HR: Muslim).9. Dan diantara petunjuknya adalah takziyah kepada ahli mayat, dan bukan termasuk petunjuknya berkumpul untuk menghibur dan membaca qur’an untuknya, baik di kuburan ataupun di tempat lainya.10. Dan diantara petunjuknya bahwa keluarga mayat tidak membebani diri dengan menyediakan makanan untuk orang-orang, tetapi memerintah agar orang-orang membuatkan makanan untuk keluarga mayit. Petunjuk rasul ﷺ terkait zakat dan shadaqah[30] Petunjuk rasul ﷺ dalam masalah zakat:1. Petunjuk beliau ﷺ dalam masalah ini adalah yang paling sempurna dari sisi waktunya, kadarnya dan nisabnya, juga dalam hal siapa yang wajib dan kepada siapa diserahkan, beliau memtimbangkan maslahah pemilik harta dan maslahah orang-orang miskin, beliau mewajibkan pada harta orang-orang kaya sesuatu yang mencukupi kaum fakir tanpa memberatkan di luar kemampuanya.2. Dan jika beliau ﷺ mengetahui bahwa seseorang berhak untuk mendapatkan zakat, maka beliau memberinya, dan jika ada orang yang tidak beliau kenal keadaanya memintanya bagian dari zakat, maka beliau memberinya setelah menjelaskan bahwa tidak hak untuk mendapat zakat bagi orang kaya dan tidak pula bagi orang kuat yang mampu berusaha.3. Dan diantara petunjuk beliau ﷺ adalah membagi zakat kepada orang-orang yang berhak di negeri harta itu, dan jika lebih di bawa kepada beliau lalu beliau membagikanya.4. Dan beliau tidak mengirim mereka (para amil zakat) kecuali kepada para pemilik harta yang nampak, seperti binatang ternak, tanaman dan buah-buahan.5. Dan beliau pernah mengirim tukang menerka untuk menerka terhadap para pemilik pohon kurma (berapa zakatnya) buah pohon kurma mereka, dan terhadap para pemilik pohon anggur (berapa zakat) anggur mereka, dan melihat berapa wasak[31] yang ada, lalu ia menghitung zakat mereka dengan kadarnya.6. Dan tidak ada petunjuk dari beliau untuk mengambil zakat dari kuda, budak, keledai, himar, buah-buahan yang tidak dapat ditakar dan disimpan, kecuali anggur dan kurma, dan beliau tidak membedakan antara kurma yang matang (ruthab) dan yang kering.7. Dan bukan dari petunjuknya mengambil zakat dari harta-harta yang terbaik, tetapi dari pertengahanya.8. Dan beliau melarang orang yang bersedekah untuk membeli sedekahnya, dan beliau membolehkan bagi orang kaya untuk memakan dari sedaqahnya jika dihadiahkan kepadanya oleh si fakir.9. Dan terkadang beliau meminjam harta sedaqah untuk kemaslahatan kaum muslimin, dan terkadang pernah beliau meminjam harta sedaqah dari para pemiliknya.10. Dan jika ada orang yang datang kepada beliau membawa zakat, beliau berdoa untuknya, dengan mengucapkan: «اللَّهُمَّ بَارِك فيه وفي إِبِلِه» [ن],“ Ya Allah berkatilah padanya dan pada untanya“ (HR: Nasa’i), ' dan terkadang mengucapkan:«اللهم صَلِّ عليه» [ق].“ Ya Allah berilah berkah dan rahmat kepadanya” (HR: bukhari Muslim). Petunjuk rasul ﷺ terkait zakat fitrah.[32]1. Beliau menetapkan kewajiban zakat fitrah sebesar satu sha‘ dari kurma, atau gandum, atau keju, atau anggur kering (kismis).2. Dan diantara petunjuknya adalah mengeluarkan zakat sebelum shalat ied, dan bersabda: «مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاةِ فَهِيَ زَكاةٌ مَقْبُولة, ومَنْ أَدَّاها بَعْدَ الصَّلاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدقَاتِ» [د].“Barang siapa menunaikanya sebelum shalat maka ia adalah zakat yang diterima, dan barang siapa menunaikanya setelah shalat, maka ia adalah sedaqah“ (HR: Abu Dawud).3. Dan diantara petunjuknya adalah mengkhususkan pembagian zakat fitrah kepada golongan orang-orang miskin, beliau tidak membaginya kepada seluruh golongan yang delapan itu. c. Petunjuk rasul ﷺ terkait sodaqoh sunnah[33]1. Rasulullah ﷺ adalah manusia paling besar sedekahnya dengan apa yang beliau miliki, beliau tidak memandang banyak apa yang diberikan Allah I dan tidak pula memandangnya sedikit.2. Dan tidak ada seorangpun yang meminta beliau sesuatu kecuali beliau memberikannya, baik sedikit atau banyak.3. Dan gembiranya beliau dengan apa yang beliau berikan lebih besar dibanding gembiranya seseorang yang mengambil dengan apa yang diambilnya.4. Dan jika beliau tahu ada orang yang membutuhkan, beliau lebih mengutamakanya atas dirinya sendiri, terkadang dengan makanannya, dan terkadang pakaianya.5. Dan siapapun orang yang bergaul denganya tidak akan dapat menahan dirinya dari sikap bermurah hati dan dermawan.6. Dan beliau suka menvariasikan jenis-jenis pemberian dan sodaqohnya, terkadang dengan hadiah, dan terkadang dengan sodaqoh, terkadang dengan hibah, dan terkadang dengan cara membeli sesuatu lalu beliau memberikan barang dan harganya kepada penjualnya, dan terkadang meminjam sesuatu lalu mengembalikanya dengan lebih banyak, dan terkadang juga menerima hadiah dan membalasnya dengan yang lebih banyak. 10. Petunjuk rasul ﷺ tentang puasa [34] a. Petunjuk rasul ﷺ tentang puasa ramadhan.1. Dan diantara petunjuknya ﷺ adalah beliau tidak memulai puasa ramadhan kecuali dengan rukyah yang meyakinkan, atau dengan kesaksian seorang saksi, jika tidak ada rukyah ataupun saksi beliau menyempurnakan bilangan bulan sya,ban tiga puluh hari. 2. Dan jika awan mendung menghalangi rukyah pada malam ke tiga puluh, beliau menggenapkan bilangan bulan sya’ban tiga puluh hari, dan tidak puasa pada hari yang mendung, dan tidak pula memerintahkanya3. Dan diantara petunjuk beliau adalah keluar dari ramadhan dengan persaksian dua orang saksi.4. Dan apabila ada dua saksi yang bersaksi atas adanya rukyah setelah lewat waktu ied, maka beliau berbuka dan memerintahkan mereka berbuka juga, dan shalat ied besok di waktunya.6. Dan beliau berbuka sebelum shalat, dan sarapan beliau dengan beberapa butir ruthab (kurma yang matang) jika mendapatkanya, jika tidak mendapatkanya maka dengan kurma biasa, jika tidak mendapatkanya juga, maka dengan beberapa tegukan air.7. Dan jika telah berbuka beliau berdoa: «ذَهَبَ الظَّمَأُ, وابْتَلَّتِ العُرُوقُ, وثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى» [د].“ Dahaga telah pergi, dan urat-urat basah, dan pahala tetap, insyaallah” (HR: Abu Dawud)8. Dan diantara petunjuknya di bulan ramadhan, beliau memperbanyak aneka ragam ibadah, dan malaikat Jibril u bertadarus bersamanya di bulan ramadhan.9. Dan beliau memperbanyak sodaqoh dan berbuat baik, membaca qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.10. Dan beliau mengistimewakan bulan ramadhan atas bulan yang lain dengan ibadah-ibadah, hingga terkadang beliau melakukan puasa wishol (menggandeng dua puasa tanpa buka) dalam bulan ramadhan, dan beliau melarang sahabatnya melakukan wishol, dan mengizinkan wishol sampai sahur. b. Petunjuk rasul ﷺ seputar apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan dalam puasa:1. Rasulullah ﷺ melarang orang yang berpuasa berkata keji, bersuara keras, mencaci, dan membalas cacian, dan memerintahkan agar mengatakan: ”Sesungguhnya aku sedang berpuasa.”2. Dan beliau pernah bepergian pada bulan ramadhan maka beliau berpuasa dan juga berbuka, dan memberi pilihan sahabatnya antara dua hal itu.3. Dan beliau memerintahkan mereka berbuka ketika telah mendekati musuh.4. Dan tidak ada dalam petunjuk beliau menetapkan batasan jarak (perjalanan) yang disitu seorang yang berpuasa dapat berbuka.5. Dan para sahabat ketika mengadakan perjalanan mereka berbuka tanpa mempertimbangkan batasan/aturan harus keluar dari rumah-rumah penduduk, dan mereka mengabarkan bahwa hal itu adalah bagian dari petunjuk Rasulullah ﷺ.6. Dan beliau pernah masuk waktu subuh dalam keadaan masih junub, maka beliau mandi setelah masuk subuh dan berpuasa.7. Dan beliau pernah mencium sebagian istri-istrinya dalam keadaan berpuasa ramadhan.8. Dan pernah bersiwak dalam keadaan berpuasa, dan berkumur dan istinsyak (menghirup air ke hidung ketika wudu) saat berpuasa, dan pernah beliau menuangkan air ke atas kepalanya ketika beliau berpuasa.9. Dan diantara petunjuk beliau adalah menggugurkan kewajiban qadha‘ bagi orang yang makan dan minum dalam keadaan lupa.10. Dan beliau memberi rukhshah (keringanan) bagi orang sakit dan musafir untuk berbuka dan mengqadha’nya, dan bagi orang hamil dan menyusui jika khawatir terhadap dirinya dan bayinya. c. Petunjuk rasul ﷺ terkait puasa sunnah:1. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam masalah puasa sunnah adalah petunjuk yang paling sempurna, pencapaian maksud yang paling besar, dan paling mudah bagi jiwa, beliau berpuasa hingga dikatakan: tidak pernah berbuka, dan berbuka hingga dikatakan: tidak pernah berpuasa. Dan beliau tidak pernah menyempurnakan puasa satu bulan penuh selain ramadhan, dan tidak pernah keluar dari satu bulan yang paling banyak beliau isi dengan puasa melebihi bulan sya’ban, dan beliau tidak pernah melewati satu bulan melainkan telah berpuasa di dalamnya.2. Dan diantara petunjuknya adalah beliau ﷺ tidak menyukai mengkhususkan hari jumat dengan puasa, dan beliau senantiasa menjaga puasa senin dan kamis.3. Dan beliau ﷺ tidak berbuka (berpuasa) pada hari-hari putih(ayyaamul bidh) baik ketika muqim ataupun bepergian, dan beliau senantiasa menganjurkan untuk berpuasa pada hari-hari itu.4. Dan beliau berpuasa tiga hari dari permulaan setiap bulan5. Dan beliau bersabda terkait enam hari bulan syawal:«صِيَامُهَا مَعَ رَمَضَانَ يَعْدِلُ صِيَامَ الدَّهْرِ» [م]“ Berpuasa enam hari bulan syawal sebanding puasa setahun” (HR:Muslim)Dan beliau senantiasa menjaga puasa hari asyura’ atas hari-hari yang lain, dan mengabarkan bahwa puasa hari asyura’ dapat menghapus dosa setahun yang lalu (HR: Muslim).6. Dan beliau bersabda:«صَيَامُه يُكَفِّرُ السَّنَةَ الماضية والبَاقِيَةَ» [م]،“ Puasa hari asyura’ menghapus dosa setahun yang lalu dan yang tersisa (yang akan datang)” (HR: Muslim). Dan diantara petunjuknya adalah berbuka(tidak berpuasa) pada hari arafah di arafah.7. Dan berpuasa sepanjang masa bukanlah petunjuk beliau, bahkan beliau bersabda:«مَنْ صامَ الدَّهْرَ لا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ» [ن].“ Barang siapa berpuasa sepanjang tahun maka ia itu (sebenarnya) tidaklah berpuasa dan tidak pula berbuka.” (HR: nasa’i)8. Dan terkadang beliau berniat puasa sunnah kemudian berbuka (membataltakanya), pernah beliau mesuk kepada keluarganya dan bertanya: apakah kalian punya sesuatu(makanan)? Jika mereka menjawab: tidak, beliau berkata: 'kalau demikian aku berpuasa” (HR: Nasa’i).9. Dan beliau ﷺ bersabda:«إِذَا دُعِي أَحَدُكم إلى طَعَامٍ وَهُوَ صائِمٌ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ» [م].“ Jika salah seorang dari kalian diundang kepada jamuan makan sedang ia berpuasa, maka hendaklah mengatakan: sesungguhnya aku berpuasa.” (HR: Muslim). c. Petunjuk rasul ﷺ terkait i’tikaf[35]1. Beliau beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan hingga beliau wafat, pernah beliau meninggalkanya sekali, tetapi kemudian beliau qadha’ pada bulan syawal.2. Dan pernah beliau beri’tikaf sekali pada sepuluh hari pertama, kemudian pertengahan, kemudian sepuluh terakhir mencari lailatul qodar, kemudian diketahui olehnya bahwa lailatul qadar ada di sepuluh terakhir, maka beliau senantiasa beri’tikaf hingga menemui Rabb-nya.3. Dan beliau ﷺ tidak beri’tikaf melainkan dengan berpuasa.4. Dan pernah beliau memerintahkan agar dibuatkan tenda, lalu dibuat untuknya di dalam masjid, beliau menyendiri di dalamnya.5. Dan jika beliau ingin beri’tikaf, maka beliau shalat fajar kemudian masuk i’tikaf.6. Dan jika beliau beri’tikaf kasur dan tempat tidurnya dibawa bersamanya di tempat i’tikaf, dan beliau masuk kubahnya sendirian.7. Dan beliau tidak masuk rumahnya kecuali karena kebutuhan insaniyah.8. Beliau pernah memasukan kepalanya ke kamar Aisyah, lali ia menyisir (rambut) beliau ﷺ, dan dia radhiyallahu 'anha sedang haid.9. Dan sebagian istri-istrinya menjenguknya saat beliau sedang beri’tikaf, dan jika istrinya berdiri untuk beranjak pergi, beliau berdiri bersamanya mengantarnya pergi, dan hal itu di waktu malam. 10. Dan beliau ﷺ tidak menggauli seorang pun dari istrinya saat beri’tikaf, tidak dengan ciuman dan tidak juga dengan lainya.11. Dan beliau beri’tikaf dalam sepuluh hari dalam setahun, dan pada tahun beliau meninggal, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. 11. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam masalah haji dan umrah[36] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam umrah 1. Beliau melakukan umrah sebanyak empat kali, yang pertama: umrah hudaibiyah, kaum musyrikin menghalanginya untuk sampai baitul haram, lalu beliau menyembeli hewan dan bercukur di tempat dimana beliau dihalangai, dan tahalul.Kedua: umrah qodho‘, beliau mengqodho‘ umrah tersebut pada tahun berikutnya.Ketiga: Umrah beliau yang digandeng dengan haji.Keempat: umrah beliau dari Ji’ronah.2. Dan belum ada satu umrah pun yang beliau laksanakan ke luar dari makkah, tetapi seluruh umrahnya masuk ke makah.3. Dan beliau berumrah dalam setahun kecuali hanya sekali, tidak pernah umrah dua kali dalam setahun.4. Semua umrah beliau terjadi pada bulan-bulan haji.5. Beliau bersabda: «عُمْرَةٌ في رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً» [ق].“ Umrah di bulan ramadhan sebanding dengan haji.” (HR: Bukhari Muslim) Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam haji1. Tatkala haji mulai diwajibkan beliau langsung bersegera melaksanakanya tanpa menunda-nunda, dan beliau tidak berhaji kecuali sekali, dan hajinya qiran.2. Beliau berniat masuk dalam manasik setelah dzuhur, kemudian bertalbiyah:«لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ, لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ, إِنَّ الحَمْدَ والنِّعْمَةَ لَكَ والمُلْكَ لا شَرِيكَ لَكَ» [م]،“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku memenuhi panggillan-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu aku memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji dan nikmat milik-Mu begitu juga seluruh kerajaan tidak ada sekutu bagi-Mu.” (HR: Muslim), beliau mengeraskan suaranya dengan talbiyah ini hingga para sahabat mendengarnya, dan memerintahkan mereka dengan perintah Allah agar mengeraskan suara mereka dengan talbiyah, beliau tetap dengan talbiyahnya, sedang manusia menambahnya dan menguranginya dan beliau tidak mengingkarinya.3. Beliau memberi pilihan para sahabat ketika ihram antara tiga macam ibadah haji, kemudian mensunnahkan mereka ketika mendekati makkah agar merubah haji dan qiron kepada umrah bagi yang tidak membawa korban.4. Dan beliau berhaji dengan naik tunggangan, tidak di tandu dan tidak pula di dalam sekedup, sedang barang dan makananya dibawahnya.Dan ketika di makkah beliau memerintahkan dengan perintah yang tegas kepada orang yang tidak membawa korban agar merubahnya menjadi umrah dan tahallul dari ihromnya, dan bagi yang membawa korban ia tetap dalam ihramnya, kemudian bersiap-siap menuju dzi thawa, menginap di sana malam ahad hari keempat bulan dzulhijjah dan shalat subuh di sana, kemudian mandi pada hari itu, lalu masuk Makkah pada siang hari dari atas melalui Tsaniatul ulyah yang berhadapan dengan Hujun.Dan tatkalah memasuki masjid, beliau menuju ka’bah, dan tidak shalat tahiyatul masjid, dan ketika berhadapan dengan hajar aswad beliau mengusapnya, dan tidak berdesak-desakan untuk meraihnya, kemudian belok kanan dan menjadikan ka’bah sebelah kirinya, dan tidak berdoa di sisi pintu dengan sesuatu doa, begitu pula ketika di bawah mi’zab (saluran air hujan ka’bah) dan di sisi ka’bah atau rukun-rukunya, diriwayatkan dari beliau doa diantara dua rukun ka’bah:«رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنيا حَسَنَةً وفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وِقِنَا عَذَابَ النَّارِ»،“ Ya Rabb kami berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan peliharalah kami dari api neraka“, dan beliau tidak menetapkan doa tertentu untuk thawaf selain doa tersebut.Dan beliau berlari-lari kecil dalam tiga putaran pertama thawafnya ini, beliau mempercepat jalanya, dan merapatkan diantara langkah-langkahnya, dan beliau idhtiba’ dengan selendangnya, yakni menjadikan dua ujung selendangnya di atas salah satu pundaknya(kiri) dan membuka pundak dan bahu yang lainya(kanan) .Dan setiap kali berhadapan dengan hajar as’wad, beliau menunjuk ke arahnya dan mengusapnya dengan tongkatnya dan mencium tongkat tesebut – yaitu tongkat yang berleluk kepalanya- dan mengucapkan : «اللهُ أُكْبَرُ»..Dan beliau mengusap rukun yamani dan tidak menciumnya juga tidak mencium tangannya ketika mengusapnya.Dan tatkalah selesai thowaf, beliau datang ke belakang maqam Ibrahim, dan membaca: وَاتَّخِذُوا مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat.. (QS. al-Baqarah:125)Lalu beliau ﷺ shalat sunnah dua rekaat, dan maqam Ibrahim u berada di antaranya dan Baitullah. Beliau ﷺ membaca di kedua rekaat tersebut setelah al-Fatihah dengan dua surah, yaitu surah al-Kafirun dan al-Ikhlash. Maka tatkala setelah dari shalatnya, beliau ﷺ menghadap hajar aswad, lalu istilam kepadanya. Kemudian beliau ﷺ keluar menuju Shafa, setelah dekat beliau ﷺ membaca:إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللهِSesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi'ar Allah. (QS. al-Baqarah:158)أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ"Aku memulai dengan sesuatu yang Allah I memulia dengannya.'Kemudian beliau menaikinya sehingga melihat Baitullah, lalu menghadap qiblat, lalu mengesakan Allah I dan membesarkannya, dan membaca:لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ."Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan, bagi-Nya segala pujian, dan Dia I Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah, Maha Esa, melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan tentara ahzab (sekutu) sendirian-Nya.' HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, dan Ibnu Majah.Kemudian beliau ﷺ berdoa di antara hal itu, dan mengatakan seperti ini sebanyak tiga kali.Kemudian turun ke marwah dengan berjalan kaki, dan ketika dua kakinya berada di perut lembah beliau sa’i hingga ketika telah melewati lembah dan naik, beliau berjalan –yaitu antara dua tanda hijau- dan memulai sa’inya dengan berjalan kaki, kemudian beliau melanjutkanya dengan naik (kendaraan) tatkalah padat dengan manusia.Dan ketika beliau sampai di marwah, beliau naik ke atasnya, menghadap kiblat, bertakbir dan mentauhidkan Allah I, dan melakukan seperti yang beliau lakukan di shafa.Dan ketika beliau telah merampungkan sa’inya di marwah, beliau memerintahkan dengan wajib orang yang tidak memiliki korban agar bertahalul, baik yang qiron ataupun yang ifrod.Dan beliau tidak tahalul karena beliau ﷺ memiliki korban, dan bersabda:«لَو اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي ما اسْتَدْبَرْتُ لَمَا سُقْتُ الهَدْيَ وَلَجَعَلْتُها عُمْرَةً» [ق].“ Kalau sekiranya aku mengetahui apa yang terjadi padaku, niscaya aku tidak menuntun al-hadyu(kurban), dan aku menjadikanya umrah” ( HR: Bukhori, Muslim)Dan beliau berdoa tiga kali bagi orang yang mencukur rambut agar diberikan ampunan, dan bagi yang memendekan 1 kali. Beliau selama berada di Makah hingga hari tarwiyah shalat di rumahnya di Makah bersama kaum muslimin dengan shalat qasar.Dan pada waktu dhuha hari tarwiyah beliau bersama orang-orang yang bersamanya menuju ke mina, maka orang yang tadi telah tahalul memulai niat haji dari tempat tinggal mereka.Dan ketika beliau sampai ke mina, beliau singgah di sana dan shalat dzuhur dan asar, serta bermalam di sana, dan tatkalah matahari terbit beliau berjalan dari mina ke arafah – di antara sahabat nabi ada yang bertalbiyah, ada yang bertakbir dan beliau mendengar itu dan tidak mengingkarinya- beliau mendapatkan kubah telah dibuat untuk beliau di namirah berdasarkan perintahnya – dan Namirah bukan bagian dari Arafah, ia adalah kampung di timur arofah- maka beliau singgah di sana, hingga matahari zawal, beliau memerintahkan agar didatangkan untanya (al-qashwa’) lalu pergi, kemudian berjalan hingga sampai pada perut lembah dari wilayah uranah, lalu beliau menyampaikan satu khutbah yang agung di hadapan manusia sedang beliau berada di atas kendaraanya, dalam khutbahnya itu beliau menancapkan pondasi-pondasi islam, dan menghancurkan pondasi-pondasi kesyirikan dan kejahiliyahan, dan menetapkan perkara-perkara yang diharamkan yang semua agama sepakat atas keharamanya, dan beliau mencabut perkara-perkara jahiliyah dan meletakan riba jahiliyah di bawah kedua kakinya, mewasiatkan kepada mereka agar berbuat baik kepada kaum wanita, dan berwasiat kepada umat seluruhnya agar berpegang teguh dengan kitab Allah I, dan meminta mereka agar berucap dan bersaksi bahwa beliau telah menyampaikan risalah ini dan menunaikan serta memberi nasehat.Dan ketika selesai khutbah, beliau memerintahkan Bilal agar azan, kemudian shalat, lalu beliau shalat dzuhur dua rakaat dengan bacaan sir (tidak dikeraskan) -dan saat itu hari jumat- kemudian iqamat lalu shalat asar dua rakaat, dan ikut shalat bersama beliau penduduk makah, dan tidak memerintahkan mereka untuk itmam (shalat sempurna tidak qosor) dan tidak pula memerintahkan agar tidak menjamak.Dan ketika selesai dari shalat beliau naik kendaraan hingga sampai ke tempat wuquf, dan tatkalah orang-orang ragu mengenai puasa pada hari arofah di Arafah, Maimunah radhiyallahu 'anha mengirim kepada beliau ﷺ dengan membawa bejana berisi susu ketika beliau sedang wuquf di tempat wuquf, lalu beliau minum dari bejana itu sedang orang-orang menyaksikanya, dan beliau wuquf di ekor gunung di sisi batu-batu besar, dan menghadap kiblat, beliau menjadikan tali para pejalan kaki di depannya, sebelumnya di atas untanya, lalu beliau mulai berdoa, merendahkan diri dengan sepenuh hati hingga terbenam matahari.Dan beliau memerintahkan orang-orang agar naik dari lembah uronah, dan bersabda :«وَقَفْتُ هَا هُنَا وَعَرَفَةُ كُلُّها مَوْقِفٌ» [م].“ Aku wuquf di sini, dan arafah seluruhnya adalah tempat wuquf” (HR: Muslim)Dan beliau dalam doanya mengangkat kedua tangannya setinggi dadanya seperti orang miskin meminta makan, dan bersabda:«خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءِ يَوْمِ عَرَفَةَ, وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا والنبيونَ قَبْلِي: لَا إلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, لَهُ الملكُ وَلَهُ الحَمْدُ وهو عَلَى كُلِّ شيءٍ قَدِيرٌ» [ت].“ Sebaik-baik doa adalah doa hari arofah, dan sebaik-baik yang aku dan para nabi katakana adalah:لَا إلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, لَهُ الملكُ وَلَهُ الحَمْدُ وهو عَلَى كُلِّ شيءٍ قَدِير” (HR: Muslim)Tatkala matahari terbenam dan benar-benat terbenam dengan ditandai lenyapnya warna kekuning-kuningan, beliau bertolak dari arشfah dengan tenang (sakinah) dengan membonceng Usamah bin Zaid t di belakangnya, beliau mendekap/menarik tali untanya hingga kepala untanya menyentuh pelananya, dan beliau bersabda:«أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ بالسَّكِينَةِ؛ فَإِنَّ البِرَّ لَيْسَ بالإيضَاعِ» [خ]، أي: ليس بالإسراع.“ Wahai manusia, kalian harus tenang, karena tidak ada kebajikan dengan tergesa-gesa” (HR:Bukhari).Dan bertolak melalui jalan al-Ma’zimain (sempit), dan masuk Arafah melalui jalan dhab, kemudian berjalan cepat –antara cepat dan lambat- jika menemukan tempat luas beliau cepat.Dan beliau bertalbiyah dalam perjalanannya dan tidak memutuskanya, dan singgah dalam perjalanannya lalu buang air kecil dan wudhu dengan wudhu yang ringan, kemudian berjalan dan tidak shalat hingga sampai di Muzdalifah, lalu wudhu untuk shalat, kemudian memerintahkan agar azan kemudian iqamah, lalu shalat maghrib sebelum menurunkan barang-barang bawaan dan mendudukan unta, dan tatkalah mereka telah menurunkan barang-barang beliau ﷺ memerintahkan, lalu iqomah, kemudian shalat isya’ dengan iqamah tanpa azan, dan beliau tidak melakukan shalat apapun antara keduanya (magrib dan isya’), kemudian beliau tidur hingga pagi, beliau tidak menghidupkan malam itu(dengan shalat).Dan beliau mengizinkan pada malam itu saat bulan terbenam bagi orang-orang lemah agar menuju ke mina sebelum terbit fajar, dan memerintahkan mereka agar tidak melempar jumrah hingga matahari terbit.Dan tatkala terbit fajar, beliau shalat di waktu awal dengan azan dan iqamah, kemudian naik kendaraan hingga sampai tempat berhentinya di masy’aril haram, dan beliau mengumumkan kepada manusia bahwa Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wuquf, lalu beliau menghadap kiblat berdoa, merendahkan diri, bertakbir, bertahlil dan dzikir hingga terang sekali, kemudian berjalan dari Muzdalifah sebelum terbit matahari dengan membonceng Fadhl bin Abbas t.Di perjalanan beliau memintah Ibnu Abbas t agar memungut kerikil jumrah untuknya sebanyak tujuh kerikil, lalu beliau ﷺ menguraikan batu-batu itu di telapak tanganya dan bersabda: «بِأَمْثَالِ هؤلاءِ فارْمُوا وإيَّاكُم والغُلُوَّ في الدِّين...» [ن, جه].“ Melemparlah dengan seperti ini, dan hindarilah berlebih-lebihan dalam agama..” (HR: an-Nasa’i dan Ibnu Majah).Dan tatkala telah sampai di lembah Muhasir, beliau bercepat-cepat dalam berjalan, dan melalui jalan tengah yang menghubungkan ke jumrah kubroh, hingga sampai mina dalam keadaan beliau bertalbiyah hingga mulai melempar, lalu beliau melempar jumrah aqabah dengan naik kendaraan setelah terbit matahari dari bawah lembah dengan menjadikan Baitul Haram sebelah kirinya dan mina sebelah kananya, beliau bertakbir bersama setiap lemparan.Kemudian beliau kembali ke mina, lalu berkhutbah kepada manusia dengan yang mendalam, beliau memberitahukan tentang keharaman(kesucian) hari kurban dan keutamaanya serta keharaman Makah, dan memerintahkanmereka agar mendengar dan taat kepada manusia yang memimpin mereka berdasarkan kitabullah, dan mengajarkan kepada mereka manasik, kemudian berpaling ke tempat kurban di mina, lalu menyembelih enam puluh tiga unta dengan tangannya, dan beliau menyembelihnya dalam keadaan berdiri dengan tangan kirinya (unta) diikat, kemudian berhenti dan memerintahkan Ali t agar menyembelih yang tersisa dari seratus ekor, kemudian memerintahkan Ali t agar menyedekahkan dagingnya kepada orang-orang miskin, dan tidak boleh memberikan sedikitpun darinya kepada tukang jagal.Dan beliau mengajarkan bahwa mina seluruhnya adalah tempat menyembelih(korban), dan penjuru Makkah adalah jalanan dan tempat penyembelihan.Tatkala beliau telah selesai berkorban, beliau mengundang tukang cukur agar mencukur kepalanya, lalu beliau memulai (dalam cukur) dengan sisi kanan, lalu beliau memberikanya kepada Abu thalhah t, kemudian sisi kiri, lalu beliau memberikan rambutnya kepada Abu Thalhah t dan bersabda: “ bagikan kepada orang-orang“ (HR: bukhari Muslim).Dan beliau berdoa 3 kali bagi orang-orang yang mencukur agar diberi ampunan, dan 1 kali bagi yang memendekan, dan Aisyah radhiyallahu 'anha memberinya wangi-wangian sesudah beliau bertahalul.Kemudian beliau bertolak ke Makkah sebelum dzuhur dengan naik kendaraan, lalu beliau thowaf ifadhah, dan beliau tidak thawaf selainnya serta tidak sa’i bersamanya, dan tidak raml (berlari-lari kecil) dalam thawaf itu juga tidak dalam thawaf wada‘, beliau hanya raml dalam thawaf qudum saja.Kemudian beliau ﷺ menuju ke zam-zam setelah menyelesaikan thawafnya, mereka meminum, lalu memberikan timba kepada beliau, lalu beliau minum darinya sambil berdiri, kemudian kembali ke Mina menginap di sana, dan diperselisihkan tentang di mana beliau shalat dzuhur ketika itu, Ibnu Umar t meriwayatkan bahwa beliau shalat dzuhur di mina, Jabir t dan Aisyah radhiyallahu 'anha berkata; beliau shalat dhuhur di Makkah.Dan di waktu pagi beliau menunggu matahari zawal, dan tatkalah telah zawal beliau berjalan dari tempat tinggalnya ke jamarat, dan tidak berkendaraan, lalu beliau memulai dengan jumrah pertama yang dekat masjid khoif, beliau melempar tujuh lemparan, dan mengucapkan: «اللهُ أكْبَرُ» bersamaan dengan setiap lemparan..Kemudian maju ke depan jumrah hingga mendapatkan tempat yang longgar, lalu berdiri menghadap kiblat, kemudian mengangkat kedua tangannya dan berdoa dengan doa yang panjang sepanjang surat al-Baqarah.Kemudian menuju ke jumrah wustho, lalu melempar seperti itu juga, kemudian turun kearah kiri setelah lembah, lalu berdiri menghadap kiblat dengan mengangkat tangan sebagaimana pertama tadi atau mendekati.Kemudian menuju ke jumrah yang ketiga, yaitu jumrah aqabah, lalu masuk perut lembah dan menghadap jumrah dengan menjadikan baitul haram sebelah kiri dan mina sebelah kanan, lalu melempar dengan tujuh kali lemparan seperti itu juga. Dan setelah menyempurnakan lemparan, beliau kembali dan dan tidak berdiri sebagaimana setelah lemparan jumrah pertama dan kedua.Dan kemungkinan besar beliau ﷺ ketika itu melempar sebelum melaksanakan shalat dzuhur, kemudian kembali lalu shalat, dan memberi izin kepada Abbas t untuk menginap di Makkah pada malam-malam mina untuk tujuan memberi pelayanan minum di sana.Dan beliau tidak tergesa-gesa pada dua hari saja, tetapi terlambat hingga menyempurnakan lemparan pada tiga hari-hari tasyriq, dan bertolak setelah dzuhur ke al-Muhashab(tempat melempar jumrah di mina), lalu shalat dzuhur, asar, maghrib dan isya‘, dan tidur sejenak kemudian bangkit pergi ke Makkah, lalu thawaf wada‘ pada malam (menjelang subuh), dan beliau tidak raml dalam thawaf ini, dan memberi keringanan bagi Shafiyah radhiyallahu 'anha ketika haidh, maka ia tidak thawaf wada‘. Dan beliau mengijinkan Aisyah radhiyallahu 'anha umrah pada malam itu dari tan’im untuk menyenangkan hatinya dengan ditemani saudaranya Abdurohman t, dan ketika Aisyah radhiyallahu 'anha selesai umrah pada malam hari, beliau mengumumkan kepada para sahabat untuk berangkat, lalu orang-orang berangkat. 12. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait hadyu (kurban/dam dalam haji dan umrah), korban (idul adha) dan aqiqah[37] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ seputar hadyu.1. Beliau berkorban dengan kambing, dan berkurban dengan unta, dan berkurban sapi atas nama istri-istrinya, dan berkurban di tempatnya, dan di dalam hajinya, dan pada umrahnya.2. Dan disunnahkan taqlid kambing kurban (mengalungkan kalung di lehernya sebagai tanda bahwa kambing tersebut di hadiahkan untuk haram) tanpa isy’ar (melukai hewan kurban dengan tanda pengenal), dan jika beliau mengirim kurbannya sedangkan beliau muqim, maka tidak sesuatupun yang di haramkan atas beliau, ia halal baginya.3. Dan jika beliau kurban unta, beliau mentaqlid[38] dan mensyi’arnya[39], beliau merobek sedikit sisi punuknya yang kanan, hingga darahnya mengalir.4. Jika beliau ﷺ mengirim kurban, beliau memerintahkan utusan beliau agar menyembelihnya jika ada bagian darinya mendekati rusak, kemudian mencelupkan sandalnya pada darahnya, kemudian meletakanya pada sisinya(dari tubuh hewan), dan tidak memakanya tidak pula seorangpun dari teman-temannya, kemudian membagi dagingnya.5. Dan beliau pernah menggabungkan di antara para sahabatnya dalam satu kurban: satu unta untuk tujuh orang, satu sapi untuk tujuh orang.6. Dan beliau membolehkan bagi penuntun kurban untuk menaikinya dengan cara yang ma’ruf(baik), jika ia memerlukannya hingga mendapatkan yang lainnya.7. Dan petunjuk beliau ﷺ adalah menyembelih unta dalam posisi berdiri dengan tangan kirinya terikat, dan beliau membaca bismillah saat menyembelinya dan bertakbir.8. Dan beliau menyembelih kurbannya dengan tangan kanannya, dan terkadang mewakilkanya kepada orang lain.9. Dan ketika beliau menyembelih kambing, beliau meletakan kaki beliau di atas sisinya, kemudian bertakbir dan menyembelih.10. Dan beliau membolehkan bagi umatnya untuk makan dari kurbanya (al-hadyu/dam) dan kurbanya(idul adha), dan berbekal dari(daging)nya.11. Dan terkadang beliau membagi daging kurbanya, dan beliau bersabda: barang siapa menghendakinya, ia boleh memotong (bagian) darinya.12. Dan di antara petunjuk beliau adalah menyembelih kurban untuk umrah (dam) di marwah, dan kurban(dam) haji qiron di mina.Beliau tidak pernah menyembelih kurbannya kecuali setelah tahalul, dan tidak pernah juga kecuali setelah terbit matahari dan setelah melempar, dan beliau tidak memberi rukhshoh untuk menyembeli sebelum terbit matahari. b. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait kurban (idul adha)[40] 1. Beliau tidak pernah meninggalkan berkurban, beliau pernah berkurban dengan dua kambing, ketika itu beliau menyembelihnya setelah shalat ied, dan bersabda:«كُلُّ أيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ» [حم].“ Seluruh hari-hari tasyrik adalah menyembalih” (HR. Ahmad dalam Musnad)2. Dan mengabarkan sesungguhnya orang yang "Menyembelih sebelum shalat, maka bukan termasuk kurban, tetapi ia hanya daging yang dipersembahkan untuk keluarganya“ (Musnad).3. Dan memerintahkan mereka agar menyembelih anak domba –yaitu sempurna mencapai usia enam bulan- dan tsaniya dari yang selainnya. Tsaniya dari unta adalah: yang sempurna mencapai lima tahun, dari sapi: yang memasuki tahun ke tiga.4. Dan di antara petunjuk beliau ﷺ adalah memilih hewan kurban, memilih yang baik dan bersih dari cacat, dan beliau melarang berkorban dengan yang telinganya terpotong, tanduknya patah, yang bermata satu, yang pincang, dan yang patah, dan yang kurus, dan memerintahkan agar memeriksa mata dan telinganya dari cacat.5. Dan beliau memerintahkan orang yang ingin berkorban agar tidak mengambil sesuatu pun dari rambut dan kulitnya jika telah masuk asyr (maksudnya: tanggal 1 sampai tanggal 10 Dzulhijjah)6. Dan diantara petunjuknya adalah berkorban di musollah (lapangan tempat shalat).7. Dan diantara petunjuknya ﷺ adalah bahwa satu kambing cukup untuk mewakili seorang dan keluarga serumahnya meski jumlahnya banyak. c. Petunjuk Rasulullah ﷺ terkait aqiqoh[41]1. Diriwayatkan dengan sohih dari Rasulullah ﷺ:«كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِع, وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى» [د, ت, ن].“Setiap anak adalah tergadaikan dengan aqiqohnya, (hendaklah) di sembelih atas namanya pada hari ke tujuh, dan dicukur rambut kepalanya dan diberi nama” (HR: Abu Dawud, Tirmizi, Nasa’i)2. Dan bersabda:«عَنِ الغُلَامِ شَاتَانِ, وَعَنِ الجَارِيَةِ شَاةٌ» [د, ن].“ Atas nama anak laki-laki dua ekor kambing dan anak perempuan satu ekor kambing” (HR: Abu Dawud, Nasa’i). 13. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam jual beli dan muamalat[42]1. Rasulullah ﷺ pernah berjualan dan membeli, membeli bagi beliau lebih sering dari pada menjual setelah di utus sebagai rasul, beliau juga menyewa dan menyewakan, mewakilkan dan mewakili, dan mewakilkan lebih sering dari pada menjadi wakil.2. Beliau pernah membeli dengan kontan dan juga dengan tempo, beliau pernah meminta perantara dan diperantarai, dan pernah berhutang uang dengan gadai dan berhutang dengan tanpa gadai, dan pernah juga meminjam.3. Dan pernah memberi juga pernah menerima, memberi hadiah dan menerima hadiah dan memberi balasan atas hadiah itu, jika beliau tidak menginginkan hadiah beliau menyampaikan alasannya kepada yang memberi hadiah, dan para raja memberi hadiah kepada beliau, beliau menerima hadiah-hadiah mereka dan membaginya kepada para sahabatnya.4. Dan beliau ﷺ adalah adalah manusia yang paling baik muamalahnya, jika beliau meminjam suatu pinjaman kepada seseorang beliau membayarnya dengan yang lebih baik darinya, dan berdoa untuknya dengan keberkahan pada keluarga dan hartanya, dan beliau pernah hutang unta lalu datang pemiliknya mengadili beliau, ia kasar dalam berbicara kepada beliau, maka para sahabat hendak menghadapinya, maka beliau berkata:” biarkanlah dia, karena pemilik itu punya hak untuk berbicara” (HR: Bukhari Muslim).5. Dan kebodohan orang justru menambah beliau lebih santun dalam menghadapinya, dan memerintahkan orang yang keras marahnya agar memadamkan api kemarahanya dengan wudhu, dan dengan duduk jika ia berdiri, dan dengan memohon perlindungan Allah I dari setan.6. Beliau tidak sombong kepada seorang pun, beliau merendah kepada sahabat-sahabatnya dan mengucapkan salam kepada orang kecil dan besar.7. Dan beliau bergurau dan berkata benar dalam gurauanya, dan beliau bertauriyah, dan tidak mengatakan dalam tauriyahnya kecuali kebenaran.8. Beliau bergegas melakukan sesuatu dengan sendiri, menambal sandalnya dengan tangannya, mengangkat pakaianya dengan tangannya, menambal timbanya, memerah susu kambingnya, membersihkan pakaiannya, melayani sendiri keluarganya, dan menggotong bata-bata bersama para sahabat dalam membangun masjid.9. Dan beliau ﷺ adalah makhluk yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya.10. Dan beliau ﷺ tidak dihadapkan kepada dua pilihan melainkan beliau memilih yang termudah selama bukan dosa.11. Beliau ﷺ tidak pernah membela diri untuk menang ketika didzolimi selama larangan Allah I tidak diinjak, jika diinjak beliau marah.12. Beliau ﷺ memberi pendapat dan meminta pendapat, menjenguk orang sakit, menyaksikan jenazah, menjawab undangan, datang kepada para janda, orang miskin dan lemah untuk memenuhi kebutuhan mereka.13. Dan beliau ﷺ berdoa untuk orang yang berbuat baik kepadanya dengan sesuatu yang beliau sukai, dan bersabda:«من صُنع إليه معروفٌ فقالَ لفاعله: جزاكَ اللهُ خيرًا, فقد أبلغَ في الثناءِ» [ت].“ Barang siapa yang dibuatkan untuknya suatu kebaikan lalu ia berkata kepada orang yang berbuat: 'semoga Allah I membalasmu dengan kebaikan', maka ia telah bersungguh-sungguh dalam memuji” (HR: Tirmizi). 14. Petunjuk Rasulullah ﷺ seputar nikah dan menggauli istri[43] 1. Dalam hadits shahih beliau ﷺ bersabda:«حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكم: النِّسَاءُ والطِّيبُ, وجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي في الصَّلاةِ» [ن]،“ Aku menyukai dari dunia kalian; wanita, dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk pandanganku dalam shalat“ (HR;Nasa’i)dan beliau ﷺ bersabda: وقال: «يا مَعْشَرَ الشبابِ, مَنِ استطاعَ مِنْكُم الباءةَ فَلْيَتَزَوَّج» [ق]،:” Wahai segenap pemuda, barang siapa diantara kalian telah mampu, maka hendaklah menikah” (HR: al-Bukhari dan Muslim).Dan beliau ﷺ bersabda: وقال: «تَزَوَّجوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ» [د].” Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang dan subur” (HR: Abu Dawud).2. Dan peri kehidupan beliau bersama istri-istri beliau adalah memberikan pergaulan yang baik, dan akhlak yang baik, dan beliau ﷺ bersabda: «خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ,وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي» [ت, جه].“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan saya adalah yang paling baik diantara kalian kepada keluargaku.”(HR: at-Tirmizi, Ibnu Majah).3. Dan ketika salah seorang istri beliau menginginkan sesuatu yang tidak terlarang beliau mendukungnya, dan pernah beliau memasukan anak-anak wanita anshar kepada Aisyah radhiyallahu 'anha agar bermain bersamanya, dan ketika Aisyah minum dari bejana, beliau mengambilnya dan meletakan mulutnya pada posisi bekas mulutnya dan meminumnya, dan pernah beliau bersandar di pangkuanya, dan beliau membaca al-qur’an sedang kepalanya ada di pangkuan Aisyah, dan terkadang Aisyah sedang haidh, pernah beliau memintanya agar memakai sarung kemudian beliau menggaulinya.4. Dan jika beliau telah melaksanakan shalat asar, beliau keliling ke istri-istrinya, beliau mendekati mereka dan mengamati kondisi mereka, jika datang waktu malam, beliau pergi ke rumah istri yang memiliki giliran malam itu, maka beliau mengkhususkan malam itu untuknya.5. Dan beliau membagi di antara istri-istrinya dalam hal menginap, memberikan tempat tinggal dan nafkah, dan terkadang beliau mengulurkan tangannya kepada sebagian istri-istrinya di hadapan yang lainya.[44]6. Dan beliau ﷺ mendatangi istrinya di akhir malam dan di awal malam, jika beliau bersenggama di awal malam, maka terkadang beliau mandi dan tidur, dan terkadang wudhu dan tidur, beliau bersabda:«ملعونٌ مَنْ أَتَى المرأةَ في دُبُرِها» [د]،“Terlaknat orang yang mendatangi istri pada duburnya.” (HR: Abu Dawud). Dan bersabda«لَوْ أَنَّ أحدَكُم إذا أرادَ أَنْ يأتيَ أهلَهُ قال: اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشيطانَ وَجَنِّبِ الشيطانَ ما رزقتَنا؛ فإنَّهُ إِنْ يُقَدَّر بينهما ولدٌ في ذلك لم يَضُرَّه شيطانٌ أبدًا» [ق].: “ Kalau sekiranya seorang dari kalian apabila ia hendak mendatangi istrinya mengucapkan doa: اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشيطانَ وَجَنِّبِ الشيطانَ ما رزقتَنا, artinya: “ Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau berikan kepada kami,“ maka sesungguhnya jika di takdirkan baginya anak saat itu maka setan tidak akan dapat menimpakan madharat terhadapnya selama-lamanya“. (HR: Bukhari Muslim).7. Dan bersabda:«إذا أفادَ أحدُكُم امرأةً أو خادمًا أو دابةً فليَأخُذ بِنَاصِيتِها ولْيَدْعُ الله بالبركةِ وَلْيُسَمِّ الله عزَّ وجلَّ, وَلْيَقُل: اللهمَّ إِنِّي أسألُكَ خَيْرَها وخَيْرَ ما جُبلَتْ عليه, وأعوذُ بك من شَرِّهَا وَشَرِّ ما جُبِلَتْ عَلَيْهِ» [د, جه].“ Apabila seseorang darimu memperoleh seorang wanita atau seorang pelayan, atau binatang, maka hendaklah ia memegang ubun-ubunnya dan berdoa kepada Allah I agar diberikan keberkahan, dan hendaklah menyebut nama Allah I, dan mengucapkan: اللهمَّ إِنِّي أسألُكَ خَيْرَها وخَيْرَ ما جُبلَتْ عليه, وأعوذُ بك من شَرِّهَا وَشَرِّ ما جُبِلَتْ عَلَيْهِ“ Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikanya dan kebaikan wataknya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan wataknya”. (HR: Abu Dawud, Ibnu Majah).8. Dan beliau berkata kepada orang yang menikah:«باركَ الله لكَ, وباركَ عَلَيْكَ, وجَمعَ بينكُمَا عَلَى خَيْرٍ» [د, ت, جه].“ Semoga Allah I memberkatimu dan memberkati atasmu dan mengumpulkan kalian berdoa dalam kebaikan.” (HR: Abu Dawud, Tirmizi, Ibnu Majah)9. Dan jika beliau ingin bepergian, beliau mengundi di antara istri-istrinya, siapa diantara mereka yang keluar bagianya, maka beliau pergi bersamanya, dan tidak memutuskan apapun untuk yang lainya.10. Dan bukan bagian dari peri kehidupan beliau mengoleksi rumah-rumah, membangunnya, meninggikanya, menghiasinya dan memperluasnya.11. Dan beliau pernah mentalak dan merujuk, pernah I’la’ dengan batas sebulan, dan beliau tidak pernah mendzihar istrinya sekali pun. 15. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam makan dan minum[45] a. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam makan1. Beliau tidak menolak yang ada dan tidak mencari-cari yang tidak ada, tidak ada makanan yang baik yang didekatkan kepadanya melainkan beliau memakannya, kecuali jika beliau jijik, maka beliau meninggalkanya tanpa mengharamkanya, dan tidak memaksa dirinya untuk memakanya dalam kondisi tidak menyukahinya, dan beliau tidak pernah mencela makanan sekali pun, jika beliau menginginkanya, beliau memakanya, jika tidak beliau meninggalkannya, sebagaimana beliau ﷺ meninggalkan makan dhabb karena tidak biasa.2. Dan beliau memakan apa yang mudah, dan jika sulit mendapatkanya, beliau bersabar, hingga beliau terkadang harus mengikat batu pada perutnya karena lapar, dan terlihat hilal dan hilal dan hilal (bulan sabit) sedang di rumahnya tidak dinyalakan api (tidak memasak).3. Dan tidak termasuk petunjuknya membatasi diri hanya dengan satu macam makanan dengan tidak berganti kepada yang lainya.4. Dan beliau memakan manisan dan madu, beliau menyukai keduanya, dan beliau juga memakan daging kambing dan domba, ayam, daging burung al-hubaro, daging keledai liar (zebra), kelinci, makanan laut, beliau juga memakan daging panggang, dan memakan ruthab (kurma yang matang) dan tamar( kurma biasa), dan memakan tsarid; yaitu roti dengan daging, dan memakan roti dengan minyak, dan memakan ketimun dengan kurma matang, dan memakan labu yang dimasak dan beliau menyukainya, dan memakan dendeng, dan memakan kurma dengan keju.5. Dan beliau menyukai daging, dan yang paling beliau sukai adalah lengan dan bagian muka kambing.6. Dan beliau memakan buah-buahan negerinya ketika datang musimnya dan berpantang darinya.7. Dan kebanyakan tempat makanya di atas tanah dalam sufroh (hamparan)8. Dan beliau memerintahkan agar makan dengan tangan kanan, dan melarang makan dengan tangan kiri, dan bersabda:«إِنَّ الشيطانَ يأكلُ بِشِمَالِهِ, ويشربُ بشماله» [م].“Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya, dan minum dengan tangan kirinya” (HR: Muslim)9. Dan beliau tidak makan dengan bersandar –bersandar ada tiga bentuk, pertama: bersandar di atas sisi badan, kedua: duduk dengan kaki bersilang di bawah paha, ketiga: bersandar di atas salah satu dari dua tanganya dan makan dengan tangan yang lainya, ketiganya tercela-, dan beliau duduk di atas dua pantatnya dan menegakan kedua betisnya dan bersabda:«إنَّمَا أَجْلِسُ كَمَا يَجْلِسُ الْعَبْدُ وآكُلُ كَمَا يأكُلُ العَبْدُ».“ Aku duduk sebagaimana duduknya hamba, dan makan sebagaimana makanya hamba”11. Dan jika beliau meletakan tanganya pada makanan, mengucapkan: «بِسْمِ اللهِ», dan memerintahkan orang yang makan agar membaca bismillah, dan bersabda;«إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُم فليذكر اسْم اللهِ تعالى, فإِنْ نَسِي أَنْ يَذْكُرَ اسم اللهِ في أوَّلِهِ؛ فليقل: بِسْمِ اللهِ في أوَّلِهِ وآخرِهِ». [ت].“ Jika seorang dari kalian makan maka hendaklah menyebut nama Allah I, jika lupa menyebut nama Allah I di awalnya, maka hendaknya mengucapkan: بِسْمِ اللهِ في أوَّلِهِ وآخرِهِ ” 'Dengan nama Allah I di permulaan dan akhirnya.' (HR: Tirmizi).12. Dan bersabda:«إِنَّ الشيطانَ ليستَحِلُّ الطعامَ أَنْ لا يُذْكَر اسمُ الله عليهِ» [م].“ Sesungguhnya setan menjadikan makanan halal ketika tidak disebutkan nama Allah I padanya.” (HR: Muslim).13. Dan beliau bercakap-cakap saat makan, dan mengulang-ulang menawarkan makanan kepada tamu-tamunya, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang dermawan. 14. Dan jika makanan diangkat dari hadapannya, beliau mengucapkan:«الحمدُ للهِ حَمْدًا كثيرًا طيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ ولا مُوَدَّعٍ ولا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبُّنَا» [خ].“ Segala puji bagi Allah I, pujian yang banyak, yang baik, yang berkah, yang tidak tertolak, yang tidak ditinggalkan, dan senantiasa dibutuhkan, ya Rabb kami” (HR: Bukhari)15. Dan jika beliau makan di satu kaum, beliau tidak keluar hingga mendoakan untuk mereka, dan mengucapkan: «أَفْطَرَ عِنْدَكُم الصَّائِمُونَ, وأَكَلَ طَعَامَكُم الأبْرَارُ, وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الملاَئكَةُ» [د].“ Orang-orang berpuasa berbuka di (tempat) kalian, orang-orang baik menyantap makanan kalian, dan para malaikat bershalawat kepada kalian“ (HR: Abu Dawud).16. Dan beliau berdoa untuk orang yang menjamu orang-orang miskin dan menyanjung mereka.17. Beliau tidak risih makan bersama seseorang baik kecil maupun besar, merdeka atau hamba, badui atau mahajirin.18. Dan jika makanan didekatkan kepadanya sedang beliau berpuasa, beliau mengatakan: “ Sesungguhnya aku sedang berpuasa“ (HR: Bukhari Muslim), dan memerintahkan orang yang didekatkan kepadanya makanan saat ia berpuasa agar mendoakan untuknya, dan jika berbuka (membatalkan puasanya) hendaklah makan darinya.19. Dan jika beliau diundang untuk jamuan makanan, lalu seseorang ikut bersamanya, beliau ﷺ memberitahukan hal itu kepada tuan rumah, dan berkata:«إِنَّ هَذَا تَبِعَنَا؛ فَإِنْ شِئْتَ تأذَنُ له، وَإِنْ شِئْتَ رَجَعَ» [خ].“ Sesungguhnya orang ini ikut bersama kami, jika engkau berkehendak izinkan dia, dan jika tidak menghendaki, ia pulang“ (HR: Bukhari).20. Dan memerintahkan orang yang mengadu kepada beliau bahwa mereka tidak kenyang, agar berjamaah dalam makan dan tidak berpencar sendiri-sendiri, dan hendaklah mereka menyebut nama Allah I niscaya Dia I memberkati mereka dalam makananya.21. Dan bersabda:«مَا مَلأَ آدمِيٌّ وعاءً شرًّا مِنْ بَطْنٍ, بِحَسْبِ ابنِ آدمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَه؛ فَإِنْ كانَ لَا بُدَّ فاعلًا، فثلثٌ لطعامِهِ, وثلثٌ لشرابِه, وثلثٌ لِنَفَسِهِ» [ت, جه].“ Tidaklah anak adam memenuhi bejana lebih berbahaya dari perut, cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan yang dapat menegakan tulang rusuknya, jika harus berbuat, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya ”, (HR: Tirmizi, Ibnu Majah).22. Dan beliau masuk rumah suatu malam, lalu mencari makanan tidak mendapatkannya, maka beliau mengucapkan:«اللَّهُمَّ أَطْعِم مَنْ أَطْعَمَنِي, واسقِ مَنْ سَقَانِي» [م].“ Ya Allah, berilah makan orang yang memberiku makan, dan berilah minum orang yang memberiku minum” (HR: Muslim) b. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam minum[46]1. Dan petunjuk beliau I dalam masalah minum adalah petunjuk paling sempurna yang dapat menjaga kesehatan, dan minuman yang paling beliau sukai adalah air segar yang dingin, beliau terkadang minum susu murni dan terkadang dicampur air, dan berdoa:«اللَّهُمَّ باركْ لَنَا فيه وَزِدْنَا مِنْهُ, فَإِنَّهُ لَيْسَ شَيءٌ يُجْزِئُ مِنَ الطَّعَامِ والشَّرَابِ إلا اللَّبنَ» [ت].“ Ya Allah, berkatilah kami di dalamnya dan tambahkanlah bagi kami darinya, karena sesungguhnya tidak ada sesuatu makanan atau minuman yang mencukupi selain susu“ (HR: tirmizi)2. Dan bukan bagian peri kehidupan beliau minum saat memakan makanan, dan biasanya beliau dibuatkan untuknya minuman nabidz (minuman yang dijatuhkan kedalamnya kurma yang menjadikanya manis, dan beliau tidak meminumnya setelah lewat tiga hari karena khawatir berubah jadi memabukan) di awal malam, dan beliau meminumnya pada pagi harinya, dan malam yang datang, dan besok, dan malam berikutnya, dan besok hingga asar, jika tersisa darinya, beliau memberikannya untuk minum pelayan atau memerintahkan agar di tumpahkan. 3. Dan diantara peri kehidupan kebiasaan beliau adalah minum sambil duduk, beliau memperingatkan agar tidak minum dengan berdiri, dan pernah minum sambil berdiri sekali, hal itu diperselisihkan, ada yang mengatakan; karena suatu uzur, ada yang mengatakan: di naskh karena datang larangan, dan ada yang mengatakan: karena keduanya boleh(minum sambil berdiri dan duduk).4. Dan beliau bernafas dalam minuman tiga kali, dan bersabda: “sesunguhnya ia lebih memuaskan(menyegarkan), dan lebih lezat, dan lebih bersih“ (HR: Muslim), maksud bernafas adalah: menjauhkan gelas dari mulutnya dan bernafas di luar, sebagaiman dalam sabda beliau:«إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَتَنَفَّسْ في القَدَحِ, ولكِنْ لِيُبن الإِنَاءَ عَنْ فِيه» [ت, جه]“ Jika salah seorang dari kalian minum, maka janganlah bernafas di dalam gelas, akan tetapi hendaklah menjauhkan bejana dari mulutnya “ (HR: tirmizi, Ibnu Majah), dan beliau malarang minum dari celah(lubang) gelas, dan dari mulut wadah air . (HR: at-Tirmizi, Ibnu Majah).5. Dan beliau membaca bismillah jika minum, dan Alhamdulillah jika selesai, dan bersabda:«إِنَّ اللهَ ليرضَى عن العبدِ يأكلُ الأَكْلَةَ يَحْمَدُه عليهَا, ويشربُ الشَّربةَ يحمدُه عَليهَا» [م].“ Sesungguhnya Allah I benar-benar ridha kepada hamba, ia makan satu kali makan memuji Allah I atasnya, dan minum satu kali minum memuji Allah I atasnya” (HR: Muslim).6. Dan pernah diminta untuknya air tawar, dan beliau memilih darinya yang sudah bermalam.7. Dan jika beliau telah minum, beliau memberikanya kepada orang yang di sebelah kanannya, meski orang yang di sebelah kiri beliau lebih tua.8. Dan beliau memerintahkan agar menutup bejana, dan mengikatnya, meski hanya meletakkan batang kayu padanya dengan melintang, dan hendaknya menyebut nama Allah I saat itu. 16. Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam dalam dakwah[47]1. Beliau berdakwah kepada agama Allah I di malam hari dan siang hari, secara rahasia dan terang-terangan, dan tinggal di makah selama tiga tahun dari awal diutusnya beliau menjadi nabi beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi, dan tatkalah turun kepadanya firman Allah I:فَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُMaka sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu). (QS. al-Hijr :94)beliau terang-terangan dalam menyampaikan perintah Allah I, tidak dikalahkan oleh celaan orang yang mencela dalam berdakwah karena Allah I, beliau mengajak orang besar dan orang kecil, laki-laki dan perempuan, jin dan manusia kepada agama Allah I.2. Dan tatkala siksaan di Makkah terasa berat atas sahabat-sahabatnya, beliau mengizinkan mereka untuk hijrah ke Habasyah.3. Dan beliau keluar ke Thaif dengan harapan semoga penduduk Thaif menolongnya, dan mengajak mereka kepada agama Allah I, tapi beliau disana tidak mendapatkan seorang pendukung dan penolong, mereka menyakitinya dengan keras, mencacinya dengan cacian yang tidak pernah beliau terima dari kaumnya, mereka mengusirnya agar kembali ke Makkah, lalu beliau masuk Makkah lewat perlindungan Muth’im bin Ady.4. Dan beliau terus berdakwah secara terang-terangan selama sepuluh tahun, mendatangi hari-hari besar setiap tahun, membuntuti orang-orang haji ke tempat-tempat tinggal mereka, dan di hari-hari besar di pasar ukadz, majinnah, dan dzulmajaz, hingga beliau menanyakan kepada tiap-tiap kabilah tentang kabilah-kabilah dan rumah-rumah mereka.5. Kemudian beliau menemui empat orang di aqabah mereka semua dari kabilah Khazraj, beliau mendakwahi mereka kepada islam, lalu mereka masuk islam kemudian kembali ke madinah, lalu mengajak manusia agar masuk islam, maka tersebarlah islam di Madinah hingga tidak tertinggal satu rumah pun melainkan telah dimasuki islam.6. Dan pada tahun berikutnya datang dari mereka dua belas orang, beliau membait mereka dengan bait aqabah, maka mereka pun membaiat beliau untuk mendengar, taat, berinfak, beramar ma’ruf nahi munkar, dan mengatakan kebenaran karena Allah I dengan tidak dikalahkan oleh celaan orang yang mencela, dan untuk menolong beliau dan melindungi beliau sebagaimana mereka melindungi diri mereka dan istri-istri mereka dan anak-anak mereka, dan bagi mereka adalah surga, kemudian mereka kembali ke Madinah, dan beliau mengutus bersama mereka Ibnu Umi Maktum t dan Mush’ab bin Umair t agar mengajarkan al-qur’an dan berdakwah kepada agama Allah I, maka banyak orang masuk islam lewat tangan keduanya, di antara mereka ada Usaid bin Khudhair t dan Sa’ad bin Mu’adz t.7. Kemudian beliau mengizinkan bagi kaum muslimin untuk hijrah ke madinah, maka orang-orang bersegera hijrah, kemudian diikuti beliau dan sahabat beliau Abu Bakar t. [1] Insyaallah akan terlaksana penerjemahan kitab ini dalam berbagai bahasa dunia yang penting, serta memuatnya di internet, agar mudah tersebar dan dapat memberi manfaat luas, dan insyaallah akan datang mengiringi kitab ini, kitab “ karakteristik-karakteristik dan keistimewaan islam.[2] Saya meringkas penisbatan hadits-hadits dalam kitab ini, hadits yang bersumber dari dua kitab sohih (shahihain) saya lambangkan dengan “ Q”, Bukhari “ Kh”, Muslim “ M”, Abu Dawud “ D”, Tirmizi “ T”, Nasa’I “N”, Ibnu Majah “ Jh”, dan musnad “ Hm”. [3] Zaadul ma’ad (1/163)[4] Satu mud sama dengan sepenuh dua telapak tangan manusia berukuran normal.[5] Zadul ma’ad (1/192)[6] Zadul ma’ad (1/192)[7] Zadul ma’ad (1/194)[8] Zadul ma’ad (1/208)[9] Tikar kecil terbuat dari pelepah pohon kurma.[10] Meletakan pangkal paha kananya di atas kaki kananya yang tegak, dengan mengarahkan ujung-ujung jari-jarinya ke kiblat, dan melekatkan pangkal paha kirinya dengan tanah, seraya mengeluarkan kaki kirinya dari arah kananya.[12] Hutang yang dia tidak mampu membayarnya.[13] Zadul ma’ad (1/241)[14] Zadul ma’ad (1/258)[15] Zadul ma’ad (1/311).[16] Zadul ma’ad (1/353).[17] Zadul ma’ad (1/425).[18] Zadul ma’ad (1/433).[19] Zadul ma’ad ( 1/439)[25] Zadul ma’ad (1/510)[26] Zadul ma’ad (1/479).[27] Zadul ma’ad (1/485)[28] Zadul ma’ad (1/498,502)[29] Zadul ma’ad ( 1l504)[30] Zadul ma’ad (2/5).[31] 1 wasak= 60 sho’ kurma dan yang sejenisnya, yaitu kira-kira sebanding 221.61 kg.[32] Zadul ma’ad (2/18)[33] Zadul ma’ad (2/21)[34] Zadul ma’ad (2/30)[35] Zadul ma’ad (2/82)[36] Zadul ma’ad (2/86)[37] Zadul ma’ad (2/258)[38] mengalungkan kalung di lehernya sebagai tanda bahwa unta tersebut di hadiahkan untuk haram[39] melukai hewan kurban dengan tanda pengenal[40] Zadul ma’ad (2/289)[41] Zadul ma’ad (2/296)[42] Zadul ma’ad (1/154)[43] Zadul ma’ad (1/154)[44] Zadul ma’ad (1/194)[45] Zadul ma’ad (1/142,362)[46] Zadul ma’ad (2/366), (4/209)[47] Zadul ma’ad (3/11, 44)