البحث

عبارات مقترحة:

الشكور

كلمة (شكور) في اللغة صيغة مبالغة من الشُّكر، وهو الثناء، ويأتي...

الفتاح

كلمة (الفتّاح) في اللغة صيغة مبالغة على وزن (فعّال) من الفعل...

الواسع

كلمة (الواسع) في اللغة اسم فاعل من الفعل (وَسِعَ يَسَع) والمصدر...

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia bertanya kepada Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, "Pernahkah engkau mengalami penderitaan yang lebih berat dari perang Uhud?" Beliau menjawab, "Sungguh, aku telah mendapat penderitaan karena (perbuatan) kaummu, sedangkan yang paling berat adalah pada hari Aqabah. Ketika itu aku menawarkan diriku untuk mengajak putra Abdu Yālail bin Abdi Kulāl, ia tidak menyambutku sebagaimana harapanku. Kemudian aku pergi dengan perasaan sedih sekali, dan aku tidak sadar kecuali ketika sudah sampai di Qarnu Aṡ-Ṡa'ālib, lalu aku mengangkat kepalaku, ternyata saat itu ada awan yang menaungiku. Aku memandangnya, ternyata Jibril -'Alaihissalām- ada di situ. Jibril memanggilku seraya berkata, "Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan jawaban mereka terhadap dirimu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung agar engkau perintahkan sesuka hatimu terhadap mereka." Malaikat penjaga gunung menyeruku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan aku ini malaikat penjaga gunung. Allah telah mengutusku kepadamu agar engkau memerintahkanku apa saja sesuka hatimu. Jika engkau kehendaki, aku akan timpakan dua gunung itu kepada mereka."

شرح الحديث :

Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada Aisyah ketika ia bertanya, "Pernahkah engkau mengalami penderitaan yang lebih berat dari perang Uhud?" Beliau menjawab, "Ya." Lalu beliau menuturkan kisah kepergiannya ke Ṭāif. Sebab, ketika Nabi Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- menyeru orang-orang Quraisy di Makkah dan mereka tidak merespon seruannya, beliau pun keluar menuju Ṭāif untuk menyampaikan firman -'Azza wa Jalla- serta menyeru penduduk Ṭāif. Ternyata mereka itu lebih konyol dari penduduk Makkah. Mereka justru melempari beliau dengan batu, mereka melemparinya dengan kerikil sehingga tumit beliau berdarah. Lantas beliau menyampaikan seruan kepada Ibnu Abdi Yālail bin Abdi Kulāl, salah seorang pembesar penduduk Ṭā`if dari kabilah Ṡaqīf. Ternyata ia tidak merespon apa yang beliau inginkan. Beliau pun pergi dalam keadaan sedih dan risau. Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- belum tersadar kecuali setelah berada di satu tempat bernama Qarn Aṡ-Ṡa'ālib. Lantas ada awan menaungi beliau, lalu beliau menengadahkan kepalanya. Ternyata di awan itu ada Jibril -'Alaihissalām-. Jibril berkata kepada Nabi, "Ini adalah malaikat penjaga gunung. Ia mengucapkan salam kepadamu. Malaikat penjaga gunung itu mengucapkan salam kepada beliau lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhanku telah mengutusku kepadamu, jika engkau mau agar aku menimpakan dua gunung ini kepada mereka, pasti aku lakukan. Hanya saja Nabi Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- karena kesabarannya dan pandangannya yang jauh serta kehati-hatiannya dalam urusan ini, beliau berkata, "Tidak, karena kalau kedua gunung itu ditimpakan kepada mereka, niscaya mereka binasa." Beliau bersabda, "Justru aku berharap Allah mengeluarkan dari tulang punggung mereka orang yang menyembah Allah Yang Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." Inilah yang terjadi. Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah mengeluarkan dari tulang-tulang punggung orang-orang musyrik yang menyakiti Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- dengan gangguan dahsyat ini, orang yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya.


ترجمة هذا الحديث متوفرة باللغات التالية