البحث

عبارات مقترحة:

الرب

كلمة (الرب) في اللغة تعود إلى معنى التربية وهي الإنشاء...

المنان

المنّان في اللغة صيغة مبالغة على وزن (فعّال) من المَنّ وهو على...

الباطن

هو اسمٌ من أسماء الله الحسنى، يدل على صفة (الباطنيَّةِ)؛ أي إنه...

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Seorang lelaki dari Bani Zuraiq bernama Labīd bin Al-A'ṣam menyihir Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkhayal bahwa beliau melakukan sesuatu, padahal beliau tidak melakukannya. Hingga ketika suatu hari atau suatu malam, beliau sedang berada di sisiku, namun beliau berdoa dan terus berdoa. Selanjutnya beliau bersabda, "Wahai Aisyah, Apakah engkau tahu bahwa Allah memberitahuku mengenai apa yang aku minta petunjuknya. Ada dua orang (malaikat) mendatangiku lalu salah satunya duduk di sisi kepalaku, dan yang lainnya duduk di sisi kakiku. Lantas salah seorang dari mereka berkata kepada sahabatnya, "Apa penyakit orang ini?" Orang itu menjawab, "Sihir." Orang pertama bertanya lagi, "Siapa yang telah menyihirnya?" Orang yang kedua menjawab, "Labīd bin Al-A'ṣam." Orang yang pertama bertanya lagi, "Dengan apa?" Orang kedua menjawab, "Dengan sisir dan rambut yang disisir, dan mayang kurma jantan yang sudah kering." Orang itu bertanya, "Di mana itu?" Orang kedua menjawab, "Di sumur Żarwān." Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama beberapa sahabatnya mendatangi sumur itu. Beliau lalu kembali dan bersabda, "Wahai Aisyah, tampaknya air sumur itu seperti tumbukan daun pacar atau seakan-akan ujung (mayang) kurmanya seperti kepala-kepala setan." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengeluarkannya?" Beliau menjawab, "Allah telah menyembuhkanku sehingga aku tidak suka mengungkit keburukan pada manusia." Lantas beliau memerintahkan agar sumur itu ditimbun."

شرح الحديث :

Ummul Mukminin Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- bercerita bahwa seorang lelaki Yahudi dari Bani Zuraiq bernama Labīd bin Al-A'ṣam menyihir Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengkhayal bahwa beliau melakukan sesuatu, padahal beliau tidak melakukannya. Suatu hari ketika beliau berada di sisi Aisyah, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak menaruh perhatian kepadanya, tapi beliau berdoa dan mengulang-ulanginya hingga Allah memperlihatkan kepadanya hakikat urusan yang dihadapinya. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberitahu Aisyah bahwa Allah telah mengabulkan doanya, dan sesungguhnya dua malaikat datang kepadanya lalu salah satunya duduk di sisi kepala beliau, dan yang lainnya di sisi kakinya. Salah satunya berkata kepada yang lain, "Apa penyakit orang ini?" Yakni, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Malaikat kedua menjawab, "Sihir." Yakni, kena sihir. Malaikat pertama bertanya lagi, "Siapa yang telah menyihirnya?" Yakni, siapa yang telah berani menyihir beliau? Malaikat kedua menjawab, "Labīd bin Al-A'ṣam." Malaikat pertama bertanya lagi, "Dengan apa?" Yakni, apa benda-benda yang digunakan untuk sihir itu?" Malaikat kedua menjawab, "Dengan sisir dan rambut yang disisir, serta mayang kurma jantan yang kering." Yakni, dia menyihirnya dengan sisir, beberapa helai rambut yang rontok ketika disisir, dan kulit yang di atasnya ada mayang kurma jantan." Malaikat pertama bertanya, "Di manakah dia?" Malaikat kedua menjawab, "Di sumur Żarwān." Yaitu sebuah sumur di Madinah. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersama beberapa orang sahabatnya mendatangi sumur itu lalu mengeluarkan sihir. Setelah itu beliau kembali kepada Aisyah lalu mengabarkan bahwa air sumur berwarna merah seakan-akan daun inai ditumbuk di dalamnya. Yakni, air sumur itu berubah karena keburukannya atau ketika bercampur dengan sesuatu yang dilemparkan ke dalamnya. Sedangkan ujung-ujung kurmanya menyerupai kepala-kepala setan dalam kejelekan dan tampilannya yang buruk. Aisyah berkata, "Aku bertanya, wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak mengeluarkannya?" Yakni, tidakkah engkau mengeluarkan sihir itu dan menceritakannya kepada manusia, lalu mereka tahu apa yang terjadi? Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah telah menyembuhkanku sehingga aku tidak suka untuk mengobarkan keburukan pada manusia." Yakni, Allah telah menyembuhkanku dari sihir, dan aku tidak suka jika aku menceritakannya kepada manusia, aku akan membukakan kepada mereka pintu keburukan, sehingga orang-orang munafik akan teringat dengan sihir, lalu mereka mempelajarinya, kemudian mereka akan menyakiti orang-orang mukmin. Ini termasuk cara meninggalkan kemaslahatan karena takut akan adanya kerusakan. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerintahkan agar sumur itu ditimbun. Sebagian orang mengingkari kisah sihir yang menimpa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- ini dengan klaim bahwa hal itu menodai kemaksuman Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- karena ada kemungkinan beliau berkhayal bahwa beliau melihat Jibril, padahal beliau tidak melihatnya, atau beliau mendapatkan wahyu, padahal beliau tidak mendapatkan wahyu. Semua ini tentunya ditolak, karena telah ada dalil yang menunjukkan sifat terjaganya beliau -'alaihiṣ-ṣalātu was-salām- dalam hal menyampaikan wahyu yang datang dari Allah, dan mengenai keterjagaannya dalam penyampaian risalah. Adapun bahaya sihir yang menimpa beliau maka bukan kekurangan yang berkaitan dengan penyampaian risalah, justru itu termasuk hal biasa yang bisa saja menimpanya seperti halnya penyakit dan bencana lainnya. Lagi pula jenis sihir yang menimpa beliau tersebut telah dijelaskan dalam riwayat-riwayat lainnya, yaitu bahwa beliau berkhayal menggauli keluarganya, padahal beliau tidak melakukannya.


ترجمة هذا الحديث متوفرة باللغات التالية