الحافظ
الحفظُ في اللغة هو مراعاةُ الشيء، والاعتناءُ به، و(الحافظ) اسمٌ...
Memikirkan amalan diri lalu mengaturnya dengan sesuatu yang dapat memperbaikinya.
Introspeksi diri termasuk perangai orang-orang yang bertakwa dan bertauhid. Maksudnya adalah melakukan kritik dan evaluasi terhadap diri, melihat aibnya, serta memikirkan hubungannya dengan Rabbnya dan dengan orang lain dengan tujuan memperbaikinya jika dalam kondisi lalai dan sewenang-wenang, dan meneguhkannya jika dalam kondisi istikamah dan lurus. Yaitu memperbaiki diri ketika lalai, bertaubat dan memohon ampun ketika bermaksiat, dan memuji Allah Ta'ālā serta bersyukur kepada-Nya ketika taat dan berusaha melakukannya secara terus-menerus. Introspeksi diri ada dua macam: 1. Intrispeksi diri sebelum berbuat. Yaitu berhenti sejenak pada saat pertama kali ada niat, dan tidak langsung berbuat sampai terlihat jelas bahwa melakukannya lebih utama daripada meninggalkannya. 2. Introspeksi diri setelah berbuat. Dan ini ada tiga macam. Pertama: introspeksi diri terhadap ketaatan berupa hak Allah Ta'ālā yang dia lalaikan, yaitu dia tidak melaksanakannya sesuai dengan yang seharusnya. Kedua: introspeksi diri terhadap perbuatan yang sebenarnya meninggalkannya lebih baik dari mengerjakannya. Ketiga: introspeksi diri terhadap hal mubah atau kebiasaan kenapa dia melakukannya? Apakah dia meniatkannya untuk Allah dan hari akhir sehingga dia akan mendapatkan untung, ataukah dia meniatkannya untuk dunia dan kehidupannya sehingga dia rugi dan kehilangan untung. Introspeksi diri merupakan ibadah sepanjang waktu, terlebih lagi ketika banyak terjadi fitnah dan hal-hal yang mengalihkan perhatian dari ketaatan kepada Allah Jalla wa 'Alā seperti di zaman kita sekarang, ketika semakin banyak aktivitas yang melalaikan, dan semakin beragam sarana pengundang syahwat.