الباطن
هو اسمٌ من أسماء الله الحسنى، يدل على صفة (الباطنيَّةِ)؛ أي إنه...
Dari Abu Żar Al-Gifāri -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tentang apa yang beliau riwayatkan dari Tuhannya, "Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram atas kamu sekalian, maka janganlah kamu sekalian saling menzalimi. Wahai hamba-hamba-Ku, kamu sekalian itu sesat, kecuali yang Ku-beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, kamu sekalian itu lapar, kecuali yang Ku-beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, kamu sekalian itu telanjang, kecuali yang Ku-beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian itu selalu melakukan kesalahan di waktu siang dan malam, sedangkan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni kalian. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu sekalian tidak akan bisa menimpakan mudarat kepada-Ku sehingga dapat membahayakan-ku, dan kamu sekalian tidak akan bisa memberi manfaat kepada-Ku sehingga bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, jika kamu sekalian yang awal hingga yang akhir, baik dari bangsa manusia maupun dari bangsa jin, bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kamu sekalian, maka hal itu tidak akan menambah sedikit pun kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, jika kamu sekalian yang awal hingga yang akhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berkumpul di sebuah bukit dan memohon kepada-Ku, kemudian Aku mengabulkan permohonan mereka, maka hal itu tidak akan mengurangi kekayaan yang Aku miliki, melainkan seperti jarum yang dicelupkan ke laut dan diangkat lagi. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mencatat amal perbuatanmu dan Aku membalasnya, maka barangsiapa mendapat kebaikan, maka hendaklah memuji Allah, dan barangsiapa mendapat selain itu, maka hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendiri."
Hadis qudsi ini mencakup berbagai manfaat agung dalam pokok-pokok agama, cabang-cabangnya, dan adab-adabnya, menunjukkan kepada kita bahwa Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah mengharamkan kezaliman kepada diri-Nya sebagai keutamaan dan kebajikan dari-Nya untuk para hamba-Nya. Dia menjadikan kezaliman haram di antara para makhluk-Nya, karena itu seseorang tidak boleh menzalimi orang lain. Dan sesungguhnya manusia itu seluruhnya tersesat dari jalan kebenaran, kecuali dengan adanya hidayah dan taufik dari Allah, siapa yang memohon pada Allah, niscaya Dia memberinya taufik dan hidayah itu. Sesungguhnya makhluk itu fakir kepada Allah dan membutuhkan-Nya, siapa yang memohon kepada Allah, niscaya Allah memenuhi kebutuhannya dan mencukupinya. Sesungguhnya mereka itu berbuat dosa di malam dan siang hari, sedangkan Allah -Ta'ālā- menutupi dan memberikan ampunan ketika seorang hamba memohon ampunan. Sesungguhnya mereka itu tidak akan mampu -meskipun telah berusaha dengan ucapan dan perbuatan- untuk membahayakan Allah atau memberikan manfaat untuk-Nya dengan sesuatu. Sesungguhnya mereka itu meskipun semuanya berada dalam kondisi hati orang yang paling bertakwa atau dalam kondisi hati orang yang paling durhaka, maka ketakwaan mereka tidak akan menambah kerajaan Allah dan kedurhakaan mereka tidak akan mengurangi sesuatu pun dari kerajaan Allah, karena mereka itu lemah, fakir kepada Allah, dan membutuhkan-Nya setiap keadaan, masa dan tempat. Seandainya mereka itu berada di satu tempat untuk memohon kepada Allah lalu Dia memberi apa yang diminta oleh setiap orang, tentunya hal itu tidak akan mengurangi sedikit pun apa yang ada di sisi Allah. Sebab, perbendaharaan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- itu penuh (melimpah) tidak akan berkurang dengan adanya nafkah sepanjang malam dan siang. Sesungguhnya Allah menjaga dan menghitung semua amalan para hamba, yang baik maupun yang buruk. Selanjutnya Dia membalas amalan mereka pada hari kiamat. Siapa yang mendapatkan balasan amalnya berupa kebaikan, hendaknya ia memuji Allah atas taufik-Nya untuk menaati-Nya, dan siapa yang mendapatkan balasan amalnya bukan kebaikan, hendaknya ia tidak mencela kecuali nafsunya yang menyeret pada kejahatan, yang menggiringnya pada kerugian.