البحث

عبارات مقترحة:

الباسط

كلمة (الباسط) في اللغة اسم فاعل من البسط، وهو النشر والمدّ، وهو...

الشاكر

كلمة (شاكر) في اللغة اسم فاعل من الشُّكر، وهو الثناء، ويأتي...

Dari Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam suatu perjalanan yang sulit bagi peserta rombongan. Lantas Abdullah bin Ubay berkata kepada rekan-rekannya, "Janganlah kalian berinfak kepada orang-orang yang bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sampai mereka bercerai-berai meninggalkannya!" Ia berkata, "Jika kita kembali ke Madinah, pastilah orang yang lebih mulia akan mengusir orang yang lebih hina dari Madinah." Aku datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu mengabarkan kepada beliau tentangnya. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus orang kepada Abdullah bin Ubay untuk menanyakan kabar tersebut. Abdullah bin Ubay lalu mengerahkan segala usahanya untuk bersumpah (mengingkari) atas apa yang telah dilakukannya. Mereka berkata, "Zaid telah berdusta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Aku pun merasa sesak karena apa yang mereka katakan itu, sampai Allah menurunkan ayat yang membenarkanku, "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu." Mmaka Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memanggil mereka guna memintakan ampunan untuk mereka. Namun mereka malah memalingkan kepalanya."

شرح الحديث :

Zaid bin Al-Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- menuturkan bahwa ia bersama Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam suatu perjalanan, pesertanya terdiri dari orang-orang mukmin dan orang-orang munafik. Lantas orang-orang ditimpa kesulitan dan kesusahan karena kurangnya bekal yang ada pada mereka. Ketika itulah, Abdullah bin Ubay bin Salul, gembong kekufuran dan kemunafikan, berkata, "Janganlah kalian berinfak kepada orang-orang yang bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sampai mereka bercerai-berai meninggalkannya." (QS. Al-Munafiqun: 7). Yakni janganlah kalian memberi mereka nafkah sedikit pun sampai mereka lapar, bercerai-berai dan meninggalkan Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-!" Ia juga berkata, "Jika kita kembali ke Madinah, pastilah orang yang lebih mulia akan mengusir orang yang lebih hina dari Madinah." (QS. Al-Munafiqun: 8). Yang dimaksud dengan orang-orang mulia adalah dirinya dan kaumnya. Sedangkan orang yang lebih hina adalah Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. "Berita ini terdengar oleh Zaid bin Al-Arqam -raḍiyallāhu 'anhu-, ia pun mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu melaporkan kepada beliau bahwa Abdullah bin Ubay bin Salul telah mengatakan begini dan begitu, hingga mengingatkan beliau darinya. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengutus orang kepada Abdullah bin Ubay untuk menanyakan kabar tersebut. Abdullah bin Ubay bersumpah dan sangat keras dalam bersumpah bahwa ia tidak mengatakan itu. Inilah kebiasaan orang-orang munafik. Mereka bersumpah atas dusta padahal mereka mengetahuinya. Ia bersumpah bahwa dirinya tidak mengatakan hal itu. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menerima keterangan mereka dan membiarkan rahasia hatinya kepada Allah. Saat hal itu sampai kepada Zaid bin Al-Arqam, ia pun merasa berat dengan hal itu karena orang tersebut (Abdullah bin Ubay) telah bersumpah di hadapan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan mengerahkan segala kemampuannya untuk bersumpah. Orang-orang berkata, "Zaid bin Al-Arqam telah berdusta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-." Yakni Zaid bin Al-Arqam telah menyampaikan berita bohong kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tentu saja itu membuat Zaid bin Al-Arqam merasa sesak sampai Allah menurunkan sesuatu yang membenarkannya dengan firman-Nya, "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu," yakni surah Al-Munāfiqūn. Lalu Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memanggil orang-orang munafik, terutama pemimpinnya Abdullah bin Ubay guna memintakan ampunan untuk mereka atas ucapan keji yang keluar dari mulut mereka. Ternyata mereka berpaling dari itu karena sifat sombong pada diri mereka sekaligus penghinaan terhadap Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena beliau hendak memohonkan ampun untuk mereka kepada Allah -Ta'ālā-.


ترجمة هذا الحديث متوفرة باللغات التالية