الظاهر
هو اسمُ فاعل من (الظهور)، وهو اسمٌ ذاتي من أسماء الربِّ تبارك...
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengucapkan dalam sujud beliau, "Allāhumma igfirlī żanbī kullahu; diqqahu wa jillahu, wa awwalahu wa ākhirahu, wa 'alāniyatahu wa sirrahu (Ya Allah! Ampuni dosaku semuanya, yang kecil maupun yang besar, yang pertama maupun yang terakhir, yang nampak maupun yang tersembunyi). "
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- biasa mengucapkan dalam sujud beliau, "Allāhumma igfirlī żanbī kullahu; diqqahu wa jillahu, wa awwalahu wa ākhirahu, wa 'alāniyatahu wa sirrahu." Lafal ini merupakan salah satu bentuk menguraikan dan menyebutkan doa secara panjang lebar, sebab doa itu ibadah, sehingga setiap kali seseorang mengulanginya maka ia semakin bertambah ibadahnya secara maksimal kepada Allah -'Azzā wa Jallā-, bahkan dalam mengulang-ulangi doa ini, ia bisa membayangkan semua dosa-dosanya baik berupa dosa yang ia lakukan secara tersembunyi maupun yang nampak, juga dosa yang ringan, yakni yang kecil, maupun yang besar. Inilah hikmah mengapa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyebutkan doanya secara terperinci setelah menyebutkannya secara global. Oleh karenanya, seyogyanya seseorang senantiasa tekun mengamalkan doa-doa yang diriwayatkan dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, karena doa beliau merupakan doa yang paling komplit dan paling bermanfaat.