الآخر
(الآخِر) كلمة تدل على الترتيب، وهو اسمٌ من أسماء الله الحسنى،...
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Orang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang Mukmin yang lemah. Masing-masing memiliki sisi kebaikan. Maka fokuslah pada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah! Jika ada sesuatu yang menimpamu, maka jangan katakan, "Andai aku melakukan ini maka tentu hasilnya seperti ini," tetapi ucapkanlah, "Ini adalah ketetapan Allah, apa yang dikehendaki-Nya, maka Dia melakukannya," karena kata-kata "andai" bisa membuka peluang untuk setan."
Seorang Mukmin yang kokoh keimanannya -maksudnya bukan kuat fisiknya- lebih baik daripada seorang Mukmin yang lemah, dan lebih dicintai Allah daripada seorang Mukmin yang lemah. Seorang Mukmin yang kuat dan Mukmin yang lemah jika kualitas keimanannya sama, maka kemanfaatan Mukmin yang kuat bisa menjangkau kepada orang lain. Sedangkan Mukmin yang lemah, maka kemanfaatannya hanya untuk dirinya sendiri. Dengan neraca seperti ini, Mukmin yang kuat tentu lebih utama daripada Mukmin yang lemah. Namun masing-masing dari keduanya memiliki potensi yang baik, ini dinyatakan agar tidak menimbulkan kesan bahwa Mukmin yang lemah tidak ada kebaikan sama sekali padanya, tetapi Mukmin yang lemah memiliki kebaikan dan tentu tidak diragukan lagi bahwa ia jauh lebih baik daripada orang kafir. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memberi wasiat kepada umatnya dengan wasiat yang menyeluruh. Beliau memerintahkan mereka untuk bersungguh-sungguh menghasilkan dan melaksanakan hal-hal yang bermanfaat untuk diri mereka, baik terkait urusan agamanya ataupun dunianya. Jika kepentingan agama dan kepentingan dunia bertentangan, maka yang harus dikedepankan adalah kepentingan agama, karena jika agamanya baik, maka dunianya ikut baik. Dan apabila urusan dunianya baik tetapi dibarengi dengan rusaknya agama, maka lambat laun duniapun ikut hancur. Hendaklah mereka memohon pertolongan hanya kepada Allah, meskipun untuk hal yang paling remeh. Dan hendaknya mereka tidak condong untuk berleha-leha dan bermalas-malasan. Beliau juga mengingatkan agar tidak berandai-andai saat tujuannya tidak sesuai dengan keinginan dengan berkata, "Andai saya melakukan ini pasti hasilnya seperti ini", karena masalah hasil itu di luar kemampuan mereka. Seseorang hanya menjalankan apa yang diperintahkan dan Allah yang menentukan hasil akhirnya. Berandai-andai seperti di atas bisa membuka peluang was-was, sedih, penyesalan dan gelisah. Tetapi dia harus mengucapkan hal-hal yang bisa menumbuhkan optimisme baru, "Sungguh ini adalah ketetapan Allah dan apapun yang dikehendaki-Nya pasti Dia lakukan."