العلي
كلمة العليّ في اللغة هي صفة مشبهة من العلوّ، والصفة المشبهة تدل...
Dari Zaid bin Ṡābit Al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu-, dia adalah salah seorang penulis wahyu, ia berkata, "Abu Bakar mengirim pesan kepadaku (untuk datang) setelah perang Yamāmah, dan ternyata Umar ada di sisinya. Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, 'Sesungguhnya Umar mendatangiku dan berkata, 'Perang Yamāmah telah menelan banyak korban. Aku khawatir peperangan di berbagai tempat akan menelan banyak korban dari kalangan Qari, sehingga akan menyebabkan sebagian besar Al-Qur`ān juga akan hilang, kecuali engkau segera mengumpulkannya. Dan aku berpendapat, sebaiknya engkau segera mengumpulkan Al-Qur`ān." Abu Bakar berkata, 'Aku pun bertanya kepada Umar, 'Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?' Umar menjawab, 'Perkara ini, demi Allah adalah ide yang baik.' Umar selalu membujukku hingga Allah melapangkan dadaku dan akhirnya aku sependapat dengan Umar. Zaid bin Ṡābit berkata, 'Dan Umar duduk di sisinya tidak berkomentar apapun.' Abu Bakar berkata, 'Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak curiga sedikit pun padamu. Kamu yang telah menulis wahyu untuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Karena itu, telusurilah Al-Qur`ān dan kumpulkanlah.' Demi Allah, sekiranya dia memerintahkanku untuk memindahkan gunung, niscaya hal itu tidaklah lebih berat daripada mengumpulkan Al-Qur`ān yang dia perintahkan padaku. Zaid bertanya, 'Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?' Ia menjawab, 'Demi Allah, itu adalah kebaikan.' Abu Bakar terus membujukku, hingga Allah pun melapangkan dadaku, sebagaimana Allah telah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar. Maka aku pun mulai menelusuri Al-Qur`ān, mengumpulkannya dari kulit-kulit, tulang-tulang, pelepah kurma, dan dari hafalan para Qari (penghafal Al-Qur`ān). Dan aku pun mendapatkan dua ayat dari surah At-Taubah ada di Abu Khuzaimah Al-Anṣāri, yang tidak aku dapatkan pada seorang pun selain darinya. Yakni ayat: 'Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,' (At-Taubah: 128) hingga akhir kedua ayat tersebut. Lembaran-lembaran Al-Qur`ān itu pun tetap tersimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada Umar semasa hidupnya, lalu berpindah lagi ke tangan Ḥafṣah binti Umar."
Zaid bin Ṡābit Al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu- menceritakan bahwa Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq pada masa kekhilafahannya mengirim pesan kepadanya setelah pertempuran para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- melawan Musailimah Al-Każżāb di Yamāmah pada tahun kesebelas, yang disebabkan pengakuan dirinya sebagai nabi serta banyaknya orang arab yang murtad. Pada perang tersebut banyak sekali para sahabat yang terbunuh. Lalu ia pun pergi menghadap kepada Abu Bakar dan mendapati Umar bin Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhu- berada di sisinya. Abu Bakar berkata kepada Zaid, "Sungguh Umar telah datang kepadaku, lalu berkata, 'Sesungguhnya telah banyak korban dari kalangan para sahabat pada pertempuran memerangi Musailimah Al-Każżāb dan aku khawatir akan bertambah banyak korban dari kalangan para Qari dan penghafal Al-Qur`ān pada peperangan yang terjadi melawan kaum kafir, sehingga akan ikut hilang juga sebagian besar dari Al-Qur`ān. Dan aku berpendapat agar engkau segera mengumpulkan Al-Qur`ān'." Abu Bakar berkata, "Aku pun bertanya kepada Umar, 'Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-'?" Lalu Umar berkata kepadaku, "Demi Allah, pengumpulan Al-Qur`ān itu lebih baik daripada membiarkannya (hilang). " Abu Bakar berkata, "Umar terus membujukku untuk mengumpulkan Al-Qur`ān sampai Allah melapangkan dadaku untuk melakukannya, sehingga aku pun berpendapat untuk mengumpulkannya." Zaid bin Ṡābit berkata, "Abu Bakar mengatakan hal tersebut dan Umar duduk berada di sampingnya tanpa berkomentar apapun." Kemudian Abu Bakar berkata kepada Zaid, "Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak curiga sedikit pun padamu dengan kedustaan dan lupa. Dan sungguh, kamulah yang telah menulis wahyu untuk Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Karena itu, telusurilah Al-Qur`ān dan kumpulkanlah." Al-Qur`ān pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebenarnya telah ditulis, hanya saja tidak terkumpul pada satu tempat dan surah-surahnya belum tersusun. Zaid berkata, "Demi Allah, sekiranya Abu Bakar memerintahkanku untuk memindahkan gunung, niscaya hal itu tidaklah lebih berat daripada mengumpulkan Al-Qur`ān yang dia perintahkan padaku." Lalu Zaid berkata kepada Abu Bakar dan Umar, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?" Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, itu adalah kebaikan." Zaid berkata, "Abu Bakar terus membujukku, hingga Allah pun melapangkan dadaku dan aku pun berpendapat untuk mengumpulkannya karena kemaslahatan besar yang ada dibaliknya." Maka Zaid mulai menelusuri Al-Qur`ān, mengumpulkannya dari kulit-kulit, Aktāf (bentuk plural dari katif, yaitu tulang-tulang yang lebar dari pundak hewan, kemudian dikeringkan dan ditulis di atasnya), pelepah kurma yang sudah dibersihkan daunnya, kemudian mereka menulis di bagiannya yang lebar, dan dari hafalan para penghafal Al-Qur`ān yang telah menghafalkannya pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan sempurna, seperti Ubay bin Ka'ab dan Mu'āż bin Jabal, sehingga apa yang tertulis pada kulit-kulit, tulang-tulang dan lainnya menjadi penguat untuk hafalan yang sudah kuat, hingga Zaid mendapatkan dua ayat dari surah At-Taubah bersama Khuzaimah bin Ṡābit Al-Anṣāri, yang tidak dia dapatkan pada seorang pun selain darinya. Yakni ayat: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu," (At-Taubah: 128) hingga akhir kedua ayat tersebut. Suhuf Al-Qur`ān itu pun tetap tersimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada Umar sampai iapun wafat, lalu berpindah ke tangan Ḥafṣah binti Umar -raḍiyallāhu 'anhum ajma'īn-. Kalangan Syiah Rafiḍah menolak tindakan Abu Bakar dalam mengumpulkan Al-Qur`ān dan bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, padahal tidak ada perkara apapun yang patut diingkari atas apa yang telah dilakukan Abu Bakar -raḍiyallāhu 'anhu-, karena itu termasuk bagian dari nasihat untuk Allah, Rasul, dan juga kitab-Nya. Bahkan sebenarnya Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah mengizinkan hal tersebut dengan sabda beliau dalam hadis Abi Sa'īd di dalam Sahih Muslim, "Janganlah kalian menulis sesuatu dariku selain Al-Qur`ān!" Maksud dan target akhirnya adalah mengumpulkan apa yang telah ditulis sebelum itu, sehingga penolakan Syiah Rafiḍah tidak tepat diarahkan kepada Abu Bakar Aṣ-Ṣiddīq.