Buku ini menjelaskan prinsip-prinsip dasar aqidah ahlussunnah wal jamaah yang harus diyakini dan diketahui oleh setiap muslim agar mereka selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat serta mengantarkan mereka kedalam surga Allah swt…
التفاصيل
KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM Keistimewaan itu antara lain: Sumber Pengambilannya adalah Murni 2. Berdiri di atas Pondasi Penyerahan Diri kepada Allah dan Rasul-Nya 3. Sesuai dengan Fitrah yang Lurus dan Akal yang Sehat 5. Jelas, Mudah dan Terang 6. Bebas dari Kerancuan, Paradoks dan Kekaburan 7. Aqidah Islam Terkadang Berisi Sesuatu yang sulit di cerna akal, tetapi tidak Berisi Sesuatu yang Mustahil. 8. Umum, Universal dan Berlaku untuk Segala Zaman, Tempat, Umat dan Keadaan 9. Kokoh, Stabil dan Kekal 10. Mengangkat Derajat Para Penganutnya 11. Menjadi Penyebab Hadirnya Pertolongan, Kemenangan dan Kemapanan 12. Selamat dan Sentosa 13. Aqidah Islam adalah Aqidah Persaudaraan dan Persatuan 14. Istimewa 15. Melindungi Para Pemeluknya dari Tindakan Serampangan, Kekacauan dan Kehancuran 16. Memberikan Ketenangan Jiwa dan Pikiran kepada Para Pemeluknya 17. Selamat Tujuan dan Tindakan 18. Berpengaruh terhadap Perilaku, Akhlak (Moralitas) dan Mu’amalah (Interaksi Sosial) 19. Mendorong Para Pemeluknya untuk Bersikap Tegas dan Serius dalam Segala Hal 20. Mengantarkan kepada Pembentukan Umat yang Kuat 21. Membangkitkan Rasa Hormat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah di dalam Jiwa Orang Mukmin 22. Menyambungkan Orang Mukmin dengan Generasi Salafush Shalih 23. Menjamin Kehidupan yang Mulia bagi Para Pemeluknya 24. Membuat Hati Penuh Dengan Tawakkal kepada Allah 25. Mengantarkan kepada Kejayaan dan Kemuliaan 26. Tidak Bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan yang Benar 27. Mengakomodasi Kepentingan Ruh, Hati, dan Tubuh 28. Mengakui Peran Akal dan Membatasi Bidang Garapnya 29. Mengakui Perasaan Manusiawi dan Mengarahkannya ke Arah yang Benar 30. Secara Umum Aqidah Islam Mampu Mengatasi Semua Problematika Problematika perpecahan dan pertikaian, problematika politik dan ekonomi,problematika kebodohan, kesehatan, kemiskinan maupun yang lainnya. KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAMKEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM [1](AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH)Oleh :Syaikh Muhammad Ibrahim al-HamdAqidah Islam yang tercermin di dalam aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ahmemiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh aqidah manapun.Hal itu tidak mengherankan, karena aqidah tersebut diambil dari wahyuyang tidak tersentuh kebati lan dari arah manapun datangnya. Keistimewaan itu antara lain: Sumber Pengambilannya adalah MurniHal itu karena aqidah Islam berpegang pada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ Salafush shalih. Jadi, aqidah Islam diambil dari sumber yang jernih dan jauh dari kekeruhan hawa nafsu dan syahwat.Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh berbagai madzhab, millah dan ideology lainnya di luar aqidah Islam (aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah).Orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.Kaum sufi mengambil ajarannya dari kasyaf (terbukanya tabir antaramakhluk dengan Tuhan), ilham, hadas (tebakan), dan mimpi.Kaum Rafidlah mengambil ajarannya dari asumsi mereka di dalam al-jafr (tulisan tangan Ali bin Abi Thalib _) dan perkataan imam-imam mereka.[2]Para Ahli kalam mengambil ajarannya dari akal (rasio).Sementara itu para penganut madzhab-madzhab pemikiran dan aliran-aliran sesat lainnya, seperti Komunisme dan Sekularisme, mendasarkan pokok-pokok mereka pada sampah pikiran orang-orang sesat dan pola pikir orangorang kafir dan atheis yang menjadikan hawa nafsu dan syahwat mereka sebagai sumber hukum bagi hamba-hamba Allah.[3]Sedangkan aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah –alhamdulillah- selamat dan bersih dari kebohongan dan kepalsuan semacam itu. 2. Berdiri di atas Pondasi Penyerahan Diri kepada Allah dan Rasul-NyaHal itu karena aqidah bersifat ghaib, dan yang ghaib tersebut bertumpu pada penyerahan diri. Islam tidak akan berdiri tegak melainkan di atas pondasi penyerahan diri dan kepasrahan.Jadi, iman kepada yang ghaib merupakan salah satu sifat terpenting bagi orang-orang mukmin yang dipuji oleh Allah Ta’ala. Firman-Nya,“Alif laam miin. Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagimereka yang bertaqwa. Yaitu, mereka yang beriman kepada yang ghaib,yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 1-3)Sebab, akal tidak mampu memahami yang ghaib dan tidak mampu secara mandiri mengetahui syariat secara rinci, karena kelemahan dan keterbatasannya. Sebagaimana pendengaran manusia yang terbatas penglihatannya yang terbatas, dan kekuatan yang terbatas, maka akalnya pun terbatas. Sehingga tidak ada pilihan lain selain beriman kepada yang ghaib dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla.Sedangkan aqidah-aqidah lainnya tidak berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, melainkan tunduk kepada rasio, akal, dan hawa nafsu. Padahal, sumber kerusakan umat dan agama tidak lain adalah karena mendahulukan aqli daripada naqli, mendahulukan rasio daripada wahyu, dan mendahulukan hawa nafsu daripada petunjuk.[4] 3. Sesuai dengan Fitrah yang Lurus dan Akal yang SehatAqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah sesuai dengan fitrah yang sehat dan selaras dengan akal yang murni. Akal murni yang bebas dari pengaruh syahwat dan syubuhat tidak akan bertentangan dengan nash yang shahih dan bebas dari cacat.Sedangkan aqidah-aqidah lainnya adalah halusinasi dan asumsi-asumsi yang membutakan fitrah dan membodohkan akal.Oleh karena itu, jikalau diandaikan bahwa seseorang bisa melepaskan diridari segala macam aqidah dan hatinya menjadi kosong dari kebenaran dankebatilan, kemudian ia mengamati semua jenis aqidah –yang benar maupunyang salah- dengan adil, fair, dan pemahaman yang benar, niscaya ia akanmelihat kebenaran dengan jelas dan mengetahui bahwasanya orang yangmenganggap sama antara aqidah yang benar dan yang tidak benar adalahseperti orang yang menganggap sama antara malam dan siang. [5]4. Sanadnya Bersambung kepada Rasulullah _, Para Tabi’in, dan Imam-Imam Agama, baik dalam Bentuk Ucapan, Perbuatan, maupun Keyakinan (I’tiqad)Keistimewaan ini merupakan salah satu karakteristik Ahli Sunnah yang diakui oleh banyak seterunya, seperti Syi’ah dan lain-lain. Sehingga –alhamdulillahtidak ada satu pun di antara pokok-pokok Ahli Sunnah wal Jama’ah yang tidak memiliki dasar atau landasan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau riwayat dari generasi Salafush shalih.Berbeda dengan aqidah-aqidah lainnya yang bersifat bid’ah dan tidakmemiliki landasan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, maupun riwayat dari generasi Salafush shalih. 5. Jelas, Mudah dan TerangAqidah Islam adalah aqidah yang mudah dan jelas, sejelas matahari ditengah hari. Tidak ada kekaburan, kerumitan, kerancuan, maupunkebengkokan di dalamnya. Karena, lafazh-lafazhnya begitu jelas dan maknamaknanya demikian terang, sehingga bisa dipahami oleh orang berilmu maupun orang awam, anak kecil maupun orang tua. Karena Rasulullah _membawakannya dalam kondisi yang putih bersih, malam harinya sepertisiang harinya. Tidak ada yang menyimpang darinya selain orang yang binasa.Salah satu contoh kejelasannya adalah sebuah kitab yang sangat populer didalam Hadis tentang Jibril.[6] Hadis ini memaparkan pokok-pokok ajaran Islam dengan sangat mudah, ringan, jelas dan terang.Dalil-dalil lain seperti itu sangat banyak jumlahnya. Begitu pasti, nyata, danjelas. Maknanya merasuk ke dalam pemahaman dengan penglihatan awaldan pandangan pertama. Semua orang bisa memahaminya. Karena dalil-dalilAl-Qur’an dan As-Sunnah bagaikan makanan yang dimanfaatkan oleh setiap manusia, bahkan seperti air yang bermanfaat bagi anak-anak, bayi, orang yang kuat maupun orang yang lemah.Dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah demikian nikmat dan jelas, sehingga bisa memuaskan dan menenangkan jiwa, serta menanamkan keyakinan yang benar dan tegas di dalam hati.Tidakkah anda memikirkan bahwa yang mampu memulai pasti lebih mampu untuk mengembalikan lagi. Allah Ta’ala berfirman,“Dan Dia-lah yang memulai penciptaan kemudian mengembalikannyakembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya.” (QS. Ar-Ruum: 27)Manajemen di sebuah tempat saja tidak mungkin bisa berjalan dengan tertib bilamana ditangani oleh banyak manajer. Bagaimana pula dengan alam semesta? Allah Ta’ala berfirman, “Sekiranya di langit dan di bumi itu ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulahkeduanya itu telah rusak binasa.” (QS. Al-Anbiya’: 22)Yang hendak menciptakan pastilah mengetahui dahulu kemudianmenciptakan. Allah Ta’ala berfirman, “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui; sedangkan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al-Mulk: 14)Dalil-dalil semacam itu bagaikan air yang digunakan oleh Allah untukmenciptakan segala sesuatu yang hidup.[7] 6. Bebas dari Kerancuan, Paradoks dan KekaburanDi dalam aqidah Islam sama sekali tidak ada tempat untuk hal-hal semacam itu. Bagaimana tidak? Aqidah Islam adalah wahyu yang tidak bisa dimasuki oleh kebatilan dari arah manapun datangnya.Sebab, kebenaran itu tidak mungkin rancu, paradoks, maupun kabur,melainkan serupa satu sama lain dan saling menguatkan.Allah Ta’ala berfirman, “Andaikata Al-Qur'an itu berasal dari selain Allah, niscaya merekamendapat banyak pertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisaa’: 82)Sedangkan kebatilan justru sebaliknya. Anda menemukan bahwa bagian yang satu membatalkan bagian yang lain, dan para pendukungnya benar-benar paradoks.Bahkan anda bisa menemukan salah seorang dari mereka mengalami paradoks dengan dirinya sendiri, dan ucapan-ucapannya tampak serampangan.[8]Jadi, aqidah Ahli Sunnah bebas dari semua itu. Sedangkan aqidah-aqidahlainnya, jangan ditanya kerancuan, paradoks, dan kekaburan yang ada didalamnya. Kaum Rafidlah, misalnya, mereka mengatakan bahwa para imammereka mengetahui apa-apa yang sudah terjadi dan yang akan terjadi. Tidakada sesuatu pun yang tersembunyi dari mereka. Mereka tahu kapan mereka akan mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan persetujuanmereka.[9]Salah satu pokok agama mereka (kaum Syi’ah Rafidlah) adalah berlebihlebihanterhadap para imam. Mereka menyebut para imam itu memilikisifat-sifat yang bahkan tidak dimiliki oleh para Nabi. Tapi kita melihat pokok agama mereka yang lain ternyata bertolak belakang dengan klaim tersebut.Karena, salah satu prinsip agama mereka adalah “taqiyah” (menghindar).Jika mereka ditanya, “Mengapa imam-imam anda bersembunyi? Mengapamereka tidak menyuarakan kebenaran?” Maka mereka akan menjawab,“Taqiyah” (menghindar).” Jika mereka ditanya, “Taqiyah (menghindar) darisiapa?” Mereka menjawab, “Dari musuh-musuh.” Musuh yang mana?Bukankah anda mengklaim bahwa para imam itu tahu kapan mereka akanmati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan persetujuan mereka?!Hal yang sama juga tentang kaum sufi. Betapa banyak paradoks(pertentangan) di dalam keyakinan mereka. Salah satu contohnya adalahbahwa sebagian dari mereka berkeyakinan bahwa Nabi _ adalah makhlukpertama. Bahkan, menurut mereka, seluruh alam semesta ini diciptakan dari cahayanya (nuur Muhammad _). [10]Kendati pun demikian, mereka terlihat selalu mengadakan perayaan maulid(hari kelahiran) Nabi _. Jika mereka ditanya, “Perayaan apa yang andaadakan?” Mereka menjawab, “Perayaan maulid Nabi _ yang dilahirkan padatahun gajah.” Lihatlah paradoks ini. Anda tidak perlu heran terlalu jauh,karena paradoks adalah perilaku dari setiap kebatilan dan pembuatnya.Pun, tentang madzhab-madzhab pemikiran sesat lainnya. Komunisme –misalnya- yang dibangun berdasarkan atheisme dan pengingkaran terhadapsemua agama. Mereka menyatakan bahwa tuhan tidak ada dan seluruhkehidupan adalah materi. Ternyata ketika penindasan Hitler terhadap Rusiasemakin kuat pasca Perang Dunia Kedua, maka Stalin si durjanamemerintahkan untuk membuka tempat-tempat ibadah dan menundukkandiri kepada Allah Ta’ala. 7. Aqidah Islam Terkadang Berisi Sesuatu yang sulit di cerna akal, tetapi tidak Berisi Sesuatu yang Mustahil.Di dalam aqidah Islam terdapat hal-hal yang memusingkan akal dan sulit dipahami, seperti perkara-perkara ghaib: siksa kubur, nikmat kubur, shirath (jembatan), haudl (telaga), Surga, Neraka, dan bagaimana bentuk sifat-sifat Allah Ta’ala.Akal mengalami kebingunan dalam memahami hakikat dan bentuk perkaraperkara tersebut. Akan tetapi, akal tidak meni lainya mustahil (impossible), melainkan pasrah, tunduk, dan patuh. Karena, perkara-perkara tersebut berasal dari wahyu yang diturunkan, yang tidak berbicara dari hawa nafsu dan tidak dimasuki kebatilan dari arah manapun datangnya.[11] Sedangkan aqidah-aqidah lainnya berisi kemustahilan-kemustahilan yangsecara aksioma dinyatakan mustahil oleh akal. Misalnya, aqidah-aqidahYahudi yang sudah diubah. Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Menurut mereka, Allah telah memilih mereka sebagai pilihan dan menjadikan bangsa-bangsa lainnya sebagai keledaikeledai yang bisa ditunggangi oleh bangsa Yahudi.Lihatlah omong kosong di atas yang dinilai mustahil oleh akal. Sebab,bagaimana mungkin Tuhan Yang Maha Bijaksana menjadi rasialis, berpihakkepada salah satu etnis, dan menelantarkan etnis-etnis lainnya?!Adapun umat Nashrani, mereka mengatakan bahwa Allah adalah oknumketiga dari tiga oknum (trinitas). Menurut mereka, dengan nama bapa, anakdan ruhul qudus adalah tuhan yang satu. Bagaimana mungkin tiga oknummenjadi satu? Ini adalah kemustahilan yang tidak bisa digambarkan.Termasuk keyakinan mereka tentang “Perjamuan Tuhan”, sertifikatpengampunan dosa, dan lain-lain yang dini lai mustahil oleh akal.[12]Oleh sebab itu, sebagian cerdik pandai mengatakan bahwa semua ucapan manusia bisa dimengerti kecuali ucapan umat Nashrani. Hal itu karena orang yang membuatnya tidak bisa memahami apa yang mereka katakan.Mereka berbicara berdasarkan kebodohan. Mereka menggabungkan dua hal yang paradoks di dalam pembicaraan mereka. Karena itu, ada sebagian orang yang mengatakan, “Seandainya ada 10 orang Nashrani berkumpul, niscaya mereka akan terbagi menjadi 11 pendapat.” Dan ada pula yang mengatakan, “Seandainya anda bertanya kepada seorang pria Nashrani, istrinya dan anaknya tentang tauhid mereka, niscaya si pria akan mengatakan sesuatu, si wanita mengatakan sesuatu yang lain dan si anak mengatakan pendapat yang lain lagi.[13]Jikalau kita mengamati dengan seksama aqidah-aqidah yang diyakini olehaliran-aliran sesat, maka kita akan menemukan bahwa di dalamnya banyakterdapat kemustahilan. Kaum Rafidlah, misalnya, berpendapat bahwa Al-Qur’anul Karim yang ada di tangan umat Islam dan telah dijamin untukdilindungi oleh Allah adalah Al-Qur’an yang tidak lengkap dan telah diubah.Menurut mereka, Al-Qur’an yang lengkap bersama dengan imam yang sedang ditunggu akan muncul di akhir zaman dari sebuah terowongan di Samura.Pertama-tama, lihatlah khurafat terowongan itu; kemudian, simaklahstatemen mereka, bahwa Al-Qur’an yang lengkap bersama dengan imamyang sedang ditunggu akan muncul di akhir zaman.[14]Lalu, apa gunanya Al-Qur’an yang tidak akan muncul kepada manusia kecuali di akhir zaman nanti? Kemudian, sesuaikah dengan kebijaksaan, kasih sayang dan keadi lan Allah bilamana manusia hidup tanpa petunjuk dan wahyu hingga ketika akhir zaman tiba maka Allah akan menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi mereka?!Sedangkan kaum Nushairiyah memiliki reputasi tertinggi dalam kebohongan ini.Semua firqah mereka menyembah Ali bin Abi Thalib _.Kendati pun demikian mereka sangat menghormati pembunuhnya,Abdurrahman bin Muljam. Karena mereka beranggapan bahwa si pembunuh itu telah membebaskan lahut dari nasut.[15]Mereka juga berangapan bahwa tempat tinggal Ali bin Abi Thalib _ adalahawan. Jika ada awan yang melintasi mereka, maka mereka akan berkata,“Assalamu’alaika, ya Abal Hasan (Salam sejahtera untukmu, wahai AbulHasan).” Mereka juga mengatakan bahwa petir adalah suaranya dan ki latadalah cemetinya.Sebagian dari mereka beranggapan bahwa Ali tinggal di bulan. Golongan inidisebut Firqah Qomariyah. Mereka berpendapat bahwa Ali tinggal di bulan,pada bagian kehitaman di bulan tersebut. Oleh karena itu, merekamengkultuskan bulan dan menyembah Ali yang berada di sana.Subhanallah! Lalu, apa gerangan bagian kehitaman yang ada di bulan itusebelum Ali diciptakan?!Sebagian lainnya beranggapan bahwa Ali berada di matahari. Oleh karenaitu, mereka menghadap ke arah matahari sewaktu beribadah. Golonganmereka disebut dengan Firqah Syamsiyah.[16]Jika kita mengamati aqidah kaum Baha’iyah, maka kita akan melihatnyapenuh dengan keanehan, dan setiap orang yang berakal tidak punya pilihanlain selain memvonisnya sebagai aqidah yang sesat dan mustahil.Ambillah contoh tentang kiblat kaum Baha’iyah. Ketika mengerjakan shalat,mereka menghadap ke arah pemimpin mereka, Al-Baha’ Al-Mazandarani. Hal itu ditegaskan sendiri oleh sang pemimpin. Kiblat itu berubah-ubah seiring dengan perpindahan dan pergerakan sang pemimpin. Ketika ia berada di Teheran, maka penjara Teheran adalah kiblat mereka. Dan ketika ia berada di Baghdad, maka kiblat mereka adalah Baghdad. Pun ketika ia di Akka, maka kiblat mereka di Akka. Begitulah seterusnya…Adakah seseorang yang pernah melihat permainan seperti ini? Kemudian,bagaimana cara kaum Baha’iyah mengetahui kiblat mereka sewaktu Al-Baha’–sang pemimpin- berada di perjalanan pada waktu alat komunikasi nirkabel dan televisi belum ada? [17]Jadi, alhamdulillah, aqidah Ahli Sunnah bebas dari itu semua. 8. Umum, Universal dan Berlaku untuk Segala Zaman, Tempat, Umat dan KeadaanAqidah Islam bersifat umum, universal, dan berlaku untuk segala zaman, tempat, umat, dan keadaan. Ia berlaku bagi generasi awal maupunbelakangan, bangsa Arab maupun non Arab. Bahkan, segala urusan tidak bisa berjalan tanpa aqidah Islam. 9. Kokoh, Stabil dan KekalAqidah Islam adalah aqidah yang kokoh, stabil, dan kekal. Aqidah Islamsangat kokoh ketika menghadapi bertubi-tubi pukulan yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi, Nashrani, Majusi, dan lain-lain. Setiap kali mereka menganggap bahwa tulangnya sudah rapuh, baranya sudah redup, dan apinya sudah padam, ternyata ia kembali muda, terang, dan jernih. Aqidah Islam akan tetap kokoh sampai hari Kiamat dan senantiasa dilindungi oleh Allah. Ia ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya tanpa mengalami perubahan, penggantian, penambahan, maupun pengurangan. [18]Bagaimana tidak, sedangkan Allah lah yang langsung menangani pemeliharaan dan eksistensinya, dan tidak menyerahkan hal itu kepadasalah satu makhluk-Nya?Allah Ta’ala berfirman,“Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguh-nyaKami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)Dia juga berfirman,“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, namunAllah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itumembencinya.” (QS. Ash-Shaff: 8)Salah satu contoh yang menunjukkan kekokohan dan keberlanjutan aqidahIslam adalah bahwa pendapat-pendapat Ahli Sunnah tentang sifat-sifatAllah, takdir, syafaat, dan lain-lain, semuanya masih terpelihara, sebagaimana diriwayatkan dari generasi Salaf.Ini sangat berbeda dengan millah-millah yang lain, golongan-golongan yangsesat, dan paham-paham yang destruktif. Kaum Yahudi dan Nashrani telahmelakukan penggantian, pengubahan, dan manipulasi terhadap kitab sucimereka. Sedangkan firqah-firqah lainnya jarang sekali mampu bertahandengan memegang teguh sebuah pokok.Aqidah-aqidah tersbut tidak mempunyai sifat kekal dan berkelanjutan.Betapapun besar dan bagusnya aqidah-aqidah tersebut ternyata tidakmampu bertahan dalam waktu yang lama setelah melewati banyakperubahan dan berbagai macam perkembangan. Tidak lama setelahbatangnya mengeras dan durinya menguat, tiba-tiba ia mulai hilang danlenyap. Karena, aqidah-aqidah atau paham-paham tersebut adalah produkmanusia yang memiliki keterbatasan dalam hal pengetahuan dan kebijaksanaan. Tidak ada bukti yang menunjukkan hal itu dengan lebih jelas ketimbang fakta komunisme yang pernah menggemparkan dan menghebohkan dunia.Tidak lama setelah komunisme mencapai puncak kejayaannya, tiba-tibaikatannya terlepas dan susunannya berguguran di tangan para penganutnyasendiri. 10. Mengangkat Derajat Para PenganutnyaBarangsiapa menganut aqidah Islam lalu pengetahuannya tentang aqidah itu meningkat, pengamalannya terhadap konsekuensi aqidah pun meningkat, dan aktifitasnya untuk mengajak manusia ke dalamnya juga meningkat, maka Allah akan mengangkat derajatnya, menaikkan pamornya, dan menyebarluaskan kemuliaannya di tengah khalayak, baik dalam skalaindividu maupun kelompok.Hal itu karena aqidah yang benar merupakan hal terbaik yang didapatkanoleh hati dan dipahami oleh akal. Aqidah yang benar akan membuahkanpengetahuan yang bermanfaat dan akhlak yang luhur. Orang yangmemilikinya akan mencapai puncak keutamaannya, sempurna kemuliaannya, dan tinggi derajatnya di tengah-tengah manusia.Keutamaan sejati yang tidak tertandingi oleh keutamaan manapun dankemuliaan tertinggi yang tidak bisa dicapai oleh kemuliaan manapun,sesungguhnya wujudnya adalah upaya mencapai kesempurnaan dankomitmen untuk menghiasi diri dengan keutamaan dan membersihkan diridari kenistaan.Kemuliaan seperti itulah yang bisa mengangkat hati, menyucikan jiwa,menjernihkan pandangan mata, dan mengantarkan pemiliknya kepadatujuan tertinggi dan tempat terhormat. Dan kemuliaan itulah yang bisamengangkat umat ke puncak kejayaan dan kemuliaan. Sehingga, kehidupanyang baik bisa diraih di dunia dan kebahagiaan yang kekal bisa dirasakan di Akhirat. Dasar dan pondasi kemuliaan itu adalah aqidah yang benar yangdibangun di atas pondasi iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitabsuci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk, berikutpekerjaan-pekerjaan hati yang berporos pada kembali kepada Allah dantertariknya seluruh dorongan hati kepada-Nya, disertai pelaksanaanterhadap syariat-syariat yang lahir, serta pemenuhan hak-hak seluruhmakhluk. [19]Allah Ta’ala berfirman,“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11) 11. Menjadi Penyebab Hadirnya Pertolongan, Kemenangan dan KemapananSemua itu tidak mungkin terjadi kecuali pada orang-orang yang memiliki aqidah yang benar. Merekalah orang-orang yang menang, selamat, dan mendapatkan pertolongan. Sabda Rasulullah SAW, “Senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang membela kebenaran.Mereka tidak terpengaruh oleh orang yang melecehkan mereka. Sampaidatang keputusan Allah, sementara mereka seperti itu.” (HR. Muslim, kitabAl-Imaroh, 3/1524).Barangsiapa menganut aqidah yang benar, maka Allah akan memuliakannya, Dan barangsiapa meninggalkannya, maka Allah akan menistakannya. Hal itu karena penyimpangan aqidah akan berdampak paling signifikan dalam merusak eksistensi umat, memecah-belah kesatuannya, dan membuat musuh-musuh menguasai mereka.Kemudian umat yang melenceng dari aqidahnya yang benar dan menyimpang dari minhaj agamanya yang lurus, mereka tidak lama lagi akan segera jatuh dari ketinggiannya, meluncur dari puncak kejayaannya, dan mendekati titik nadir kehancuran dan kebinasaannya.Akibatnya, ia ditimpa kekerdilan sesudah kebesaran, kemalasan sesudah kerja keras, kehinaan sesudahkejayaan, kejatuhan sesudah ketinggian, kebodohan sesudah pengetahuan,perpecahan sesudah persatuan, dan pengangguran sesudah keaktifan.Hal itu bisa diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah. Manakalaumat Islam menyimpang dari ajaran agamanya, maka terjadilah apa yangterjadi, sebagaimana yang terjadi di Andalusia dan lain-lain. [20]Apa yang membuat Andalusia melayang? Dan apa yang mendorong umatNashrani menguasainya dan menistakan warganya? Apa pula yang membuatbangsa Tartar yang demikian perkasa mampu melakukan serangan sporadisterhadap wilayah teritorial Islam, sehingga mengakibatkan jatuhnya korbanjiwa yang hampir mendekati angka dua juta jiwa dan menyebabkanruntuhnya singgasana khilafah Islamiyah? Dan apa pula yang menuntun umatIslam mundur ke belakang dari pentas peradaban akhir-akhir ini, sehinggamenjadi beban bagi orang lain dan menjadi mangsa yang sangat mudah bagimusuh-musuhnya yang telah berhasil menguasai mereka, menghalalkandaerah terlarangnya dan menjarah kekayaannya?Peristiwa-peristiwa itu disebabkan sejumlah faktor, namun yang terutamadan terpenting adalah “penyimpangan aqidah”. 12. Selamat dan SentosaKarena As-Sunnah adalah bahtera keselamatan. Maka barangsiapa berpegang teguh padanya, niscaya akan selamat dan sentosa. Dan barangsiapa meninggalkannya, niscaya akan tenggelam dan celaka. [21] 13. Aqidah Islam adalah Aqidah Persaudaraan dan PersatuanUmat Islam di berbagai belahan dunia tidak akan bersatu dan memilikikalimat yang sama kecuali dengan berpegang teguh pada aqidah mereka dan mengikuti aqidah tersebut. Sebaliknya, mereka tidak akan berselisih dan berpecah belah melainkan karena kejauhan mereka dari aqidah itu danpenyimpangan mereka dari jalannya.Ini adalah fakta yang diketahui dengan benar oleh musuh-musuh Islam pada masa lalu dan pada masa kini. Karena itu, mereka telah –dan terus-menerusmelakukan serangan dahsyat yang bertujuan melemahkan aqidah yang tertanam di dalam jiwa umat Islam. Sehingga mereka akan dilandaperpecahan (friksi) di antara sesamanya dan barisan mareka dipenuhidengan perselisihan. Walhasil, mereka akan mudah dikalahkan. Jihadmaupun dakwah mereka pun akan mudah dipatahkan. 14. IstimewaAqidah Islam adalah aqidah yang istimewa, dan pemeluknya pun adalah orang-orang yang istimewa. Karena, jalan mereka adalah lurus dan tujuan mereka jelas. 15. Melindungi Para Pemeluknya dari Tindakan Serampangan, Kekacauan dan KehancuranKarena, manhajnya satu. Prinsipnya jelas, tetap, dan tidak berubah-ubah. Sehingga, pemeluknya pun selamat dari tindakan mengikuti hawa nafsu dan tindakan serampangan dalam membagi wala’ (loyalitas) dan bara’ (berlepas diri), cinta dan kebencian. Hal itu karena aqidah yang benar memberinya tolok ukur yang detil dan tidak pernah salah. Walhasil, pemeluknya pasti selamat dari cerai-berai, tersesat jalan, dan kehancuran. Mereka mengetahui siapa yang harus dijadikan sebagai teman dan siapa yang harus diposisikan sebagai musuh. Ia juga tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya. 16. Memberikan Ketenangan Jiwa dan Pikiran kepada Para PemeluknyaTidak ada kecemasan di dalam jiwa dan tidak ada kegalauan di dalampikiran. Sebab, aqidah ini bisa menyambungkan seorang mukmin denganPenciptanya. Sehingga ia merasa rela menjadikan-Nya sebagai Rabb YangMaha Mengatur dan sebagai Hakim Yang Maha Menetapkan hukum. Walhasil, hatinya merasa tenang dengan ketentuan-Nya, dadanya lapang menerima keputusan-Nya, dan pikirannya terang dengan mengenal-Nya. 17. Selamat Tujuan dan TindakanPemeluk aqidah Islam selamat dari penyimpangan di dalam beribadahkepada Allah, sehingga ia tidak pernah menyembah dan berharap kepadaselain Allah. Berbeda dengan para penganut aqidah lainnya; sebagian darimereka melakukan penyimpangan dalam masalah ibadah. Anda bisamenemukan mereka menyembah kuburan dan menyampaikan kurban ataunadzar kepadanya, seperti yang dilakukan oleh kaum Rafidlah dan kalangansufi.Di kalangan sebagian aliran sesat dan paham yang destruktif, anda bisamenemukan orang yang menyerahkan kepemimpinannya kepada setan danmengikuti apa yang dibisikkan setan kepada para pemimpin kekufuran danpara dedengkot kesesatan. 18. Berpengaruh terhadap Perilaku, Akhlak (Moralitas) dan Mu’amalah (Interaksi Sosial)Aqidah ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hal-haltersebut. Karena, manusia dikendalikan dan diarahkan oleh aqidah (ideologi) mereka.Sesungguhnya penyimpangan di dalam perilaku, akhlak, dan mu’amalahmerupakan akibat dari penyimpangan di dalam aqidah. Karena perilaku –pada ghalibnya- adalah buah dari aqidah yang diyakini oleh seseorang danefek dari agama yang dianutnya.Aqidah Islam memerintahkan kepada para penganutnya agar mengerjakansegala macam kebajikan dan melarangnya dari segala macam keburukan. Iamemerintahkan berbuat adi l dan berjalan lurus, serta melarang berbuatzhalim dan menyimpang.Hal inilah yang –insya Allah- akan dipaparkan dengan jelas pada pembahasan tentang karakteristik Ahli Sunnah wal Jama’ah. 19. Mendorong Para Pemeluknya untuk Bersikap Tegas dan Serius dalam Segala HalDi manapun ada peluang untuk mendapatkan i lmu yang bermanfaat danmengerjakan amal shalih, mereka selalu bergegas mendatanginya denganharapan mendapatkan pahala. Sebaliknya, di manapun ada peluang dosa,mereka akan segera menjauhinya karena takut akan siksa. Walhasil, kondisi masyarakat menjadi stabil karena salah satu pondasi aqidah adalah iman kepada hari Kebangkitan dan balasan atas segala amal perbuatan.Allah Ta’ala berfirman,“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat dengan apa yangdikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”(QS. Al-An’am: 132) 20. Mengantarkan kepada Pembentukan Umat yang KuatUmat (yang memeluk aqidah Islam) akan mengorbankan apa saja untuk memperkokoh agamanya dan memperkuat pilar-pilarnya. Mereka tidakmempedulikan apa pun yang menimpa mereka dalam rangkamemperjuangkan hal itu. Dan mereka tidak akan gentar menghadapi orangorang yang suka menteror maupun orang-orang yang suka melecehkan. 21. Membangkitkan Rasa Hormat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah di dalam Jiwa Orang MukminHal itu karena orang mukmin mengetahui bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah hak, benar, petunjuk dan rahmat, sehingga di dalam jiwanya terbangun rasa hormat kepada keduanya dan kesiapan untuk mengamalkannya. 22. Menyambungkan Orang Mukmin dengan Generasi Salafush ShalihItulah hubungan yang sangat mulia, karena kebaikan yang sepenuhnya baik adalah mengikuti dan menelusuri jejak mereka. Maka tepat sekali apa yang dikatakan oleh seorang penyair,Segala kebaikan ada di dalam mengikuti kaum SalafDan segala keburukan ada di dalam pengada-adaan (bid’ah) kaum khalaf. 23. Menjamin Kehidupan yang Mulia bagi Para PemeluknyaDi bawah naungan aqidah Islam akan tercipta keamanan dan kehidupan yang mulia. Hal itu karena ia berdiri di atas pondasi iman kepada Allah dan kewajiban untuk mengkhususkan ibadah kepada Allah semata, tanpaberibadah kepada yang lain. Tidak ada keraguan bahwa hal itu merupakanfaktor penyebab terciptanya keamanan, kebaikan, dan kebahagiaan di dunia dan Akhirat. Sebab, keamanan adalah kawan seiring iman. Sehinggamanakala iman tidak ada, keamanan pun tidak ada.Allah Ta’ala berfirman,“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman merekadengan kezhaliman, mereka itulah yang mendapatkan keamanan danmereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)Jadi, orang-orang yang bertaqwa dan beriman memi liki keamanan danpetunjuk yang sempurna di masa kini (dunia) dan di masa mendatang(Akhirat). Sedangkan orang-orang yang suka berbuat syirik dan maksiatadalah orang-orang yang selalu diliputi ketakutan. Mereka adalah orang yang paling pantas mendapatkannya. Karena, mereka lah orang-orang yang setiap saat diancam dengan hukuman dan siksaan.[22] 24. Membuat Hati Penuh Dengan Tawakkal kepada AllahAqidah Islam memerintahkan kepada setiap manusia agar hatinya selalu diliputi cahaya tawakkal kepada Allah.Tawakkal, menurut istilah syara’ berarti menghadapkan hati kepada Allahsewaktu bekerja seraya memohon bantuan kepada-Nya dan bersandar hanya kepada-Nya. Itulah esensi dan hakikat tawakkal.Tawakkal terwujud dengan melaksanakan sebab-sebab (usaha) yangdiperintahkan. Barangsiapa mengabaikannya, maka tawakkalnya tidak sah.Jadi, tawakkal tidak mengajak kepada pengangguran atau mengurangipekerjaan.Bahkan, tawakkal memiliki pengaruh yang besar dalam memacu semangatorang-orang besar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang semula mereka kira kemampuan mereka dan sarana-sarana pendukung yang ada tidak mampu menggapainya. Karena tawakkal merupakan suatu sarana yang paling kuat dalam menggapai apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak diinginkan.Bahkan, secara mutlak, tawakkal adalah sarana yang paling efektif untuk tujuan itu. Karena, bersandarnya hati kepada kekuasaan, kemurahan, dan kelembutan Allah akan mengikis habis kuman-kuman frustasi dan bibit-bibit kemalasan, lalu mengencangkan punggung harapan dengan bisa menjadi bekal bagi setiap orang untuk menerobos ombak samudera yang dalam dan menantang binatang buas yang ganas di dalam habitatnya.Tawakkal yang paling agung adalah tawakkal kepada Allah dalam mencarihidayah (petunjuk), memurnikan tauhid, mengikuti Rasulullah _, memerangi Ahli kebati lan, dan menggapai apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, seperti iman, yakin, ilmu, dan dakwah. Ini adalah tawakkal para Rasul dan, para pengikutnya yang utama.Tekad yang kuat dan benar yang dibarengi dengan tawakkal kepada AllahPenguasa segala sesuatu pastilah akan berakhir dengan kebenaran dankeberuntungan. Allah Ta’ala berfirman,“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallahkepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkalkepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)Kaum manapun yang bisa menggabungkan antara mengambil sebab-sebab(ikhtiar) dengan tawakkal yang kuat kepada Allah pasti memiliki bekal yangcukup untuk hidup mulia dan bahagia. [23] 25. Mengantarkan kepada Kejayaan dan KemuliaanAqidah yang benar akan mengantarkan penganutnya kepada kejayaan dan kemuliaan, serta keberanian secara lisan maupun perbuatan.Jika seseorang merasa yakin bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Memberi Manfaat, Maha Mendatangkan bahaya, Maha Memberi dan Maha Menahan, bahwa orang yang merasa mulia dengan-Nya adalah orang yang mulia, sedangkan orang yang berlindung kepada selain Dia adalah orang yang hina, dan bahwa semua makhluk butuh kepada Allah, sedangkan mereka tidak bisa memberi manfaat ataupun mendatangkan bahaya, maka hal itu akan memberinya kekuatan dengan izin Allah.Membuatnya senantiasa berlindung kepada-Nya, tidaktakut kepada selain-Nya, dan tidak berharap melainkan dari kemurahan-Nya.Apabila seseorang menyadari bahwa apa yang ditakdirkan mengenainyatidaklah akan meleset darinya, dan apa yang meleset ditakdirkan darinyatidaklah akan mengenainya, maka jiwanya akan tenang. Hatinya akantenteram dan berserah diri kepada Allah dalam segala hal.Jika seseorang berserah diri kepada Allah, maka ia akan mendapatkankeamanan, dan rasa takut kepada makhluk akan hilang dari hatinya. Karena ia telah meletakkan jiwanya di dalam brankas yang kuat danmenyembunyikannya di dalam sudut yang kokoh, sehingga tidak bisadijamah oleh tangan-tangan musuh yang jahil dan usil.Dengan demikian, ia terbebas dari perbudakan sesama makhluk. Ia tidakmenggantungkan hatinya kepada makhluk manapun dalam upayamendatangkan keuntungan dan menolak bahaya, melainkan hanya Allahsajalah yang menjadi pelindung dan penolong baginya. Ia meminta pertolongan dan bantuan kepada-Nya, sehingga ia mendapatkan kecukupandari Tuhan dan kemudahan dalam segala urusan yang tidak didapatkan oleh orang yang tidak memiliki aqidah ini. Ia juga mendapatkan kekuatan hati yang tidak bisa digapai oleh orang yang tidak mencapai derajatnya. [24] 26. Tidak Bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan yang BenarAqidah Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang benar. Melainkan mendukung, menganjurkan, dan menyerukannya kepada manusia. Karena ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang ditunjukkan oleh Al-Qur’andan As-Sunnah -adalah semua ilmu pengetahuan yang mengantarkan kepada tujuan-tujuan luhur dan membuahkan buah-buah yang bermanfaat, baik dalam konteks dunia maupun Akhirat. Jadi segala sesuatu yang bisa menyucikan perbuatan, meningkatkan akhlak (moralitas), dan menunjukkan kepada jalan yang benar- adalah ilmu yang bermanfaat.Syariat Islam yang sempurna dan universal telah memerintahkan untukmempelajari semua ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Seperti: IlmuTauhid dan Ushuluddin, Ilmu Fiqih dan Hukum, Ilmu-Ilmu Bahasa Arab, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Perang, Ilmu Perindustrian, Ilmu Kedokteran[25], dan ilmu-ilmu lainnya yang berguna bagi individu maupun masyarakat.Jadi, ilmu apa saja yang bermanfaat –baik dalam bidang agama maupundunia- diperintahkan, dianjurkan, dan didorong oleh syariat (Islam) untukdipelajari. Sehingga di dalamnya tergabung ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmualam, ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia. Bahkan syariat (Islam)menjadikan ilmu dunia yang bermanfaat sebagai bagian dari ilmu agama.Oleh karena itu, tidak mungkin terjadi kontradiksi antara fakta-fakta ilmiahyang benar dengan teks-teks syar’i (Al-Qur’an dan As-Sunnah) yang benardan terang.Apabila realitas menunjukkan sesuatu yang secara lahiriah terjadikontradiksi, maka boleh jadi realitas itu hanyalah klaim yang tidak memilikifakta, atau nash yang dimaksud tidak secara eksplisit menunjukkankontradiksi. Karena, nash yang eksplisit (sharih) dan fakta ilmiah adalah dua hal yang sama-sama qath’iy (pasti), sehingga tidak mungkin terjadikontradiksi antara dua hal yang sama-sama qath’iy.Begitulah adanya. Dalam hal ini sebagian orang dari kalangan Ahli ghuluw(orang-orang ekstrem) dan Ahli materi (kaum materialis) telah keliru. Orang-orang ekstrem membatasi diri dengan sebagian ilmu agama hingga sedemikian rupa.Sedangkan kaum materialis membatasi diri dengan sebagian ilmu alam danmenolak ilmu-ilmu lainnya. Akibatnya, mereka menjadi atheis dan kafir.Akal mereka kacau-balau. Akhlak mereka rusak. Hasil ilmu pengetahuanmereka menjadi produk yang kering, tidak bisa memberikan nutrisi kepadaakhlak, dan tidak bisa menyucikan akal maupun ruh. Walhasil, bahayanyalebih besar daripada manfaatnya, dan keburukannya lebih banyak ketimbang kebaikannya. Karena ia tidak dibangun di atas pondasi agama yang benar dan tidak memi liki keterkaitan dengannya. [26] 27. Mengakomodasi Kepentingan Ruh, Hati, dan TubuhTidak ada aspek yang lebih diunggulkan atas aspek lainnya, dan tidak adakepentingan merampas kepentingan lainnya. Segala sesuatunya berjalandengan sangat cermat, harmonis, dan seimbang. Kendati Islam memberikanperhatian yang besar kepada aspek penyucian jiwa dan peningkatannya kederajat keberuntungan, namun ia tidak mengabaikan hak-hak indera(tubuh). Islam memberikan perhiasan dan kenikmatan kepada tubuh secaraadil. Salah satu buktinya adalah Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk mengerjakan apa-apa yang diperintahkan kepada para Rasul.Allah memerintahkan kepada mereka untuk menyembah-Nya, mengerjakanamal shalih yang diridhai-Nya, mengkonsumsi makanan yang baik, danmengeksplorasi apa-apa yang disediakan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya di dalam kehidupan ini. Kemudian Allah mendorong orang-orang yangmelaksanakan agama yang benar dan aqidah yang sahih menuju keluhuran,ketinggian, dan kemajuan yang benar.Barangsiapa mengetahui sebagian dari karakter agama yang agung ini, maka ia akan mengetahui betapa besar karunia Allah kepada seluruh makhluk. Dan barangsiapa membuang hal itu ke balik punggungnya, maka ia akanterjerumus ke dalam kebatilan, kesesatan, kekecewaan, kerugian, dan belenggu. Karena, aqidah-aqidah lain yang bertentangan dengan aqidahIslam –mulai dari kalangan Ahli khurafat dan kaum paganis hingga kepadakalangan atheis dan materialis- semuanya menjadikan para penganutnyaseperti layaknya binatang, bahkan lebih sesat dari binatang. Manakalaagama yang benar meninggalkan hati, maka akhlak yang indah akan turutmeninggalkannya, dan tempatnya akan diisi oleh akhlak yang nista.Akibatnya, mereka terjerembab ke dalam jurang yang paling rendah, dan konsentrasi terbesar mereka adalah menikmati kebahagiaan hidup yang sesaat. [27] 28. Mengakui Peran Akal dan Membatasi Bidang GarapnyaAqidah Islam menghormati akal yang sehat, menghargai perannya,mengangkat kedudukannya, tidak mengekangnya, dan tidak mengingkariaktifitasnya.Islam tidak merestui bilamana seorang muslim memadamkan cahaya akalnya dan memilih taqlid buta dalam masalah aqidah (dan lainnya) [28]Islam justru meminta agar setiap muslim mengamati kerajaan langit danbumi, merenungkan dirinya sendiri dan tanda-tanda kekuasaan Allah yangada di sekitarnya. Tujuannya, supaya ia mengetahui rahasia-rahasia alamsemesta dan fakta-fakta kehidupan. Melalui media itu pula ia bisa sampaipada banyak masalah aqidah yang berada di dalam batas-bataskemampuannya.Bahkan Islam menyampaikan kabar buruk kepada orang-orang yang telahmenggunakan akal mereka dan memilih mengikuti apa yang dilakukan olehleluhur mereka tanpa pemikiran, perenungan, dan pengetahuan.Kendati Islam memiliki pandangan seperti ini terhadap akal, akan tetapiIslam juga membatasi bidang garap akal. Hal itu dilakukan dalam rangkamenjaga potensi akal agar tidak tercerai-berai atau berantakan di balikperkara-perkara ghaib yang tidak mungkin diketahui dan ditemukanhakikatnya oleh akal. Seperti masalah dzat Tuhan, ruh, Surga, Neraka dansebagainya. Karena akal memiliki bidang garap sendiri yangmemungkinkannya bekerja di sana. Jika ia mencoba melangkah keluar daribidang ini, maka ia akan tersesat dan bergentayangan di dalam kebingungan yang tidak bisa dikendalikannya.Ruang lingkup akal adalah segala sesuatu yang tampak dan konkrit. Sedangkan perkara-perkara ghaib yang abstrak bukanlah bidang yang bisa dimasuki oleh akal. Akal juga tidak boleh keluar dari apa yang ditunjukkan oleh nash-nash syar’i. [29] 29. Mengakui Perasaan Manusiawi dan Mengarahkannya ke Arah yang BenarPerasaan adalah sesuatu yang bersifat naluri (insting), dan setiap manusianormal pasti memilikinya. Sedangkan aqidah Islam bukanlah aqidah yangdingin dan beku, melainkan aqidah yang hidup. Ia mengakui perasaanmanusiawi dan menghargainya dengan sebaik-baiknya. Tetapi, pada saatyang sama, ia tidak melepaskan kendali penuh kepadanya, melainkanmeluruskannya, mengangkat derajatnya, dan mengarahkannya ke arah yang benar. Sehingga menjadikannya sebagai sarana kebaikan dan pembangunan,bukan menjadi gancu penghancuran dan perusakan.Aqidah ini mengendalikan perasaan cinta, benci, dan perasaan-perasaanlainnya, kemudian membuat pemilik perasaan-perasaan itu penuhpertimbangan di dalam tindakan-tindakannya, bersikap bijaksana di dalamperilaku dan interaksi sosialnya. Ia melakukan itu semua dengan bertitiktolak pada kaidah bahwa Allah melihatnya, mengamatinya, dan akanmemperhitungkan apa yang pernah dilakukannya. Sehingga, ia tidak maumencintai kecuali karena Allah, tidak mau membenci kecuali karena Allah,tidak mau memberi kecuali karena Allah, dan tidak mau menahan kecualikarena Allah. Walhasi l, ia tidak akan terdorong oleh luapan rasa cinta atauletupan amarah untuk melakukan perbuatan yang tercela, perilaku yangtidak bisa diterima, atau tindakan yang melampaui batas-batas ketentuan Allah.Tanpa aqidah ini, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyahyang marak dengan kekacauan, diliputi ketakutan dan kecemasan diberbagai penjuru, dan para penghuni berubah menjadi liar dan buas. Yangada di benak mereka hanyalah membunuh, merampas, merusak, danmenghacurkan. Semua itu pernah menjadi simbol yang sangat menonjol dan menjadi cirri khas masyarakat Jahiliyah sebelum aqidah Islam menetap di dalam hati pemelukya. [30] 30. Secara Umum Aqidah Islam Mampu Mengatasi Semua Problematika Problematika perpecahan dan pertikaian, problematika politik dan ekonomi,problematika kebodohan, kesehatan, kemiskinan maupun yang lainnya.Dengan aqidah ini Allah telah mempersatukan hati yang bercerai-berai dan kecenderungan yang bermacam-macam.Dengan aqidah ini pula Allah membuat umat Islam menjadi kaya sesudah mengalami kemelaratan. Dan dengan aqidah ini Allah mengajari mereka ilmu pengetahuan sesudahterbelenggu kebodohan, membuka mata mereka sesudah mengalamikebutaan. Kemudian Allah memberi mereka makan untuk menghindarkanmereka dari kelaparan dan menjamin keamanan mereka dari ketakutan. [31][1] ) Dinukil dari Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah : Mafhumuha Khashaishuha wa KhashaishuAhliha karya Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd dan ditaqdim oleh al-Allamah Ibnu Bazz Rahimahullahu, Lihat Dakwah At-Tauhid karya Al-Harras, hal. 252-257; Rasa’il fi Al-Aqidah karya Syaikh Muhammad bin Utsaimin, hal. 43-44; Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah, hal. 29-34; dan Wujub Luzum Al-Jama’ah wa Tarki At-Tafarruq, DR. Jamal bin Ahmad bin Basyir Badi, hal. 286-287[2] ) Lihat Ar-Rad Al-Kafi ‘Ala Mughalathati Ad-Duktur Ali Abdul Wahid Wafi karya Ihsan Ilahi Zhahir, hal. 211-216; Ushul Madzhab Asy-Syi ’ah Al-Imamiyah Al -Itsnay ‘Asyariyah karya DR.Nashir Al-Qifari, 2/586, 588-609; dan Mas’alah At-Taqrib Baina Ahli Sunnah wa Asy-Syi ’ah karya DR. Nashir Al-Qi fari, 1/247[3] ) Tentang komunisme lihat Madzahib Fikriyah Mu’ashirah, Muhammad Quthub, hal. 409; Al-Kaid Al-Ahmar, Abdurrahman Habankah Al -Maidani; Asy-Syuyu’iyah fi Mawazin Al-Islam,Labib As-Sa’id; dan Naqd Ushul Asy-Syuyu’iyah, Syaikh Shalih bin Sa’ad Al -Luhaidan. Tentang sekularisme lihat Al-Ilmaniyah DR. Safar bin Abdurrahman Al -Hawali, hal. 21-24,132-134; dan Al-Ilmaniyah wa Tsimariha Al-Khabitsah, Syaikh Muhammad Syakir Asy-Syarif[4] ) Lihat Al-Mahdi Haqiqah La Khurafah, Syaikh Muhammad bin Isma’il, hal. 14[5] ) Lihat Al -Adillah wa Al-Qawathi ’ wa Al-Barahin fi Ibthali Ushul Al-Mulhidin, Syaikh Ibnu Sa’di,hal. 309[6] ) Lihat Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, 1/36-38, no. 8[7] ) 8 Lihat Tarjih Asalib Al-Qur’an ‘Ala Asalib Al-Yunan, Ibnul Wazir, hal. 21-22[8] ) Lihat Al-Adillah wa Al-Qawathi ’ wa Al-Barahin, hal. 348[9] ) 10 Al-Mujaz fi Al-Madzhib wa Al-Adyan Al-Mu’ashirah, DR. Nashir Al-Aql, Dr. Nashir Al-Qifari,hal. 124; Aqidah Al-Imamiyah Inda Asy-Syi ’ah Al -Itsnay Asyariyah, DR. Ali As-Salus, hal. 80-85; Aqidah Al-Imamah Inda Al-Ja’fariyah fi Dlau’I As-Sunnah, As-Salus, Badzlu Al-Majhud fiMusyabahati Ar-Rafidlah li Al-Yahud, Abdullah Al-Jumaili, 2/456-467. Dan lihat Al-KhuthuthAl-Aridlah, Muhibbuddin Al-Khathib, tahqiq: Muhammad Malullah, hal. 69, Asy-Syi ’ah wa As-Sunnah, Ihsan Ilahi Dzahir, hal. 66, Asy-Syi ’ah Al-Imamiyah Al-Itsnay Asyariyah fi Mizan Al-Islam, Rabi’ bin Muhammad As-Su’udi, hal. 190-193, dan Al-Khumaini wa Tafdlilu Al -A’immah‘Ala Al-Anbiya’, Muhammad Malullah.[10] ) 11 Lihat Hadzihi Hiya Ash-Shufiyah, Syaikh Abdurrahman Al -Wakil, hal. 74-75; dan Al -FikrAsh-Shufi fi Dlau’I Al-Kitab wa As-Sunnah, Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, hal. 38[11] ) Lihat Dar’u Ta’arudli Al-Aqli wa An-Naqli, 3/147, Al-Fi raq Baina Auliya’ Ar-Rahman waAuliya’ Asy-Syaithon, hal. 89; dan Ad-Durroh Al-Mukhtahsarah fi Mahasin Ad-Diin Al-Islami,Ibnu Sa’di, hal. 40[12] ) Perjamuan Tuhan termasuk salah satu keyakinan umat Nashrani yang sesat. Hakikatnya,mereka beranggapan bahwa Yesus pernah mengumpulkan murid-muridnya pada malam harisebelum penyalibannya. Konon, ketika itu Yesus membagikan khamr (minuman keras) danroti kepada mereka. Yesus memotong-motong roti itu dan membagikannya kepada merekauntuk dimakan. Karena –menurut mereka- khamr mengisyaratkan darah Yesus dan rotimengisyaratkan jasadnya. Sehingga, barangsiapa memakan roti dan meminum khamr digereja pada hari Paskah, maka makanan dan minuman itu akan berubah wujud di dalamdirinya. Jadi, seolah-olah ia memasukkan daging dan darah Yesus ke dalam perutnya, dandengan demikian ia telah larut di dalam ajaran-ajarannya.Keyakinan ini merupakan suatu perkara yang pasti ditolak oleh akal. Karena, mana mungkinbisa digambarkan bahwa roti dan khamr berubah wujud menjadi daging dan darah,sementara orang-orang yang makan itu merasakan cita rasa roti dan khamr pada umumnya?!Dikatakan bahwa jasad Yesus itu satu, sedangkan Perjamuan Tuhan berjumlah ribuan setiaptahunnya dan tersebar di mana-mana. Lantas, mana mungkin jasad dan darahnya bisadibagikan kepada semua orang?!Sedangkan serti fikat pengampunan dosa merupakan salah satu lelucon gereja dan ketololanyang tidak akan sudi dilakukan oleh orang yang sedikit berakal sehat.Hal itu semacam pembagian Surga dan memperjualbelikannya secara terbuka denganmenulis serti fikat untuk para pembeli, yang berisi perjanjian bahwa pihak gereja menjaminpihak pembeli akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu maupun yangakan datang, dan dibebaskan dari segala bentuk kejahatan dan kesalahan yang lalu maupunyang akan datang. Kemudian, apabila pihak pembeli sudah menerima sertifikat pengampunan dosa danmemasukkannya ke dalam tasnya, maka sejak saat itu yang bersangkutan telah bebasmelakukan apa saja yang dilarang, dan dihalalkan baginya apa saja yang semuladiharamkan. Lihat Al-Ilmaniyah, hal. 99, 110-111, dan Muhadlarat fi An-Nashraniyah, Syaikh MuhammadAbu Zahrah, hal. 114-115[13] ) Al-Jawab Ash-Shahih li Man Baddala Diin Al -Masih, Ibnu Taimiyah, 2/155. Dan lihat Al- Hayara fi Ajwibati Al-Yahud wa An-Nashara, Ibnul Qayyim, hal. 321[14] ) 15 Lihat Ar-Radd ‘Ala Ar-Rafidlah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 31-32; dan At-Tasyayyu’ wa Asy-Syi ’ah, Ahmad Al-Kasrawi, hal. 87[15] ) Lihat Al-Harakat Al-Bathiniyah fi Al-Alam Al-Islami, DR. Muhammad bin Ahmad Al-Khathib,hal. 365 [16] ) Lihat An-Nushairiyah, DR. Suhair Al-Fiil, 2/93-103[17] ) Lihat Al -Baha’iyah Naqd wa Tahlil, Ihsan Ilahi Zhahi ﷺ, hal. 150; Aqidah Khatmi An-Nubuwwah, DR. Ahmad bin Sa’ad bin Hamdan, hal. 223; Al-Baha’iyah, Abdullah Al -Hamawi, hal. 31-38; Haqiqat Al-Babiyah wa Al-Baha’iyah, DR. Muhsin Abdul Hamid; dan Al-Baha’iyah, Muhibbuddin Al-Khathib, hal. 14-15[18] ) Lihat Tsabat Al-Aqidah Al-Islamiyah Amama At-Tahaddiyat, Syaikh Abdullah Al-Ghunaiman[19] ) Lihat Dzammu Al-Furqah wa Al-Ikhtilaf di Al-Kitab wa As-Sunnah, Syaikh Abdullah Al- Ghunaiman, hal. 15[20] ) Lihat Tanzih Ad-Diin wa Hamalatihi wa Rijalihi, Ibnu Sa’di, hal. 444; Al-Adillah wa Al-Barahin, hal. 303; dan Al-Adhomah, Muhammad Al -Khadlir Husain, hal. 24[21] ) 22 Lihat Naqdlu Al-Mathiq, Ibnu Taimiyah, hal. 48[22] ) Lihat Fi Dhilli Asy-Syari ’ah Al-Islamiyah Yatahaqqaqu Al-Amnu wa Al -Hayat Al-Karimah liAl-Muslimin, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, hal. 306[23] ) Lihat Al-Fawaid, Ibnul Qayyim, hal. 129-130; Al-Hurriyah fi Al-Islam, hal. 33; dan Rosa’il Al - Ishlah, Muhammad Al-Khodlir Husain, 1/58,59,70[24] ) Lihat Ar-Riyadl An-Nadlirah, Ibnu Sa’di, hal. 8[25] ) Tambahan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz[26] ) Lihat Ad-Diin Ash-Shahih Yahullu Jami ’al Masyakil, Syaikh As-Sa’di, hal. 20; Ad-Dala’il Al-Qur’aniyah fi Anna Al-Ulum An-Nafi ’ah Dakhilah di Ad-Diin Al -Islami, Ibnu Sa’di, hal. 6; danMajmu’ Fatawa wa Rosa’il, Syaikh Muhammad bin Utsaimin, 3/77[27] ) Lihat Ad-Diin Ash-Shahih Yahullu Jami ’al Masyakil, Syaikh As-Sa’di, hal. 16; Ad-Durroh Al - Mukhtasharah fi Mahasin Ad-Diin Al-Islami, hal. 37-38; dan Al-Hurriyah fi Al-Islam, Syaikh Muhammad Al-Khodlir Husain, hal. 41[28] ) Tambahan dari Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz[29] ) Lihat Al-Aqidah Al-Islamiyah Baina Al-Aqli wa Al-‘Athifah, DR. Ahmad Syari f, hal. 4, 74-79[30] ) Lihat Al-Aqidah Al-Islamiyah Baina Al-Aqli wa Al-‘Athifah, DR. Ahmad Syarif, hal. 4, 104-105[31] ) Lihat Ad-Diin Ash-Shahih Yahullu Jami ’al Masyakil, Syaikh As-Sa’di