الواحد
كلمة (الواحد) في اللغة لها معنيان، أحدهما: أول العدد، والثاني:...
Dari Yazīd bin Ḥayyān, ia berkata, “Aku pergi ke Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- bersama Ḥuṣain bin Sabrah dan 'Amr bin Muslim. Setelah kami duduk, Ḥuṣain berkata kepada Zaid bin Arqam, “Wahai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Engkau telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, engkau mendengar sabda beliau, engkau bertempur menyertai beliau, dan engkau telah salat di belakang beliau. Sungguh, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak wahai Zaid. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada kami apa yang engkau dengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.“ Zaid bin Arqam berkata, “Wahai keponakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku dengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu maka terimalah, dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah engkau memaksaku untuk menyampaikannya.” Kemudian Zaid bin Arqam mengatakan, “Pada suatu hari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri ke arah kami menyampaikan khutbah di suatu tempat (persinggahan) yang memiliki air bernama Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu beliau bersabda, “Ammā ba’d. Ketahuilah wahai saudara-saudara sekalian, bahwa aku adalah manusia seperti kalian. Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat pencabut nyawa) akan datang lalu aku memperkenankannya. Aku akan meninggalkan untuk kalian aṡ-ṡaqalain (dua hal yang berat), yaitu: Pertama, Kitabullah yang padanya berisi petunjuk dan cahaya, karena itu ambillah ia (yaitu laksanakan kandungannya) dan berpegang teguhlah kalian kepadanya!” Beliau lantas menghimbau serta memotivasi pengamalan Kitabullah. Kemudian beliau melanjutkan, “(Kedua), dan Ahli Bait-ku. Aku ingatkan kalian akan Allah terhadap Ahli Bait-ku, aku ingatkan kalian akan Allah terhadap Ahli Bait-ku.” Ḥuṣain bertanya kepada Zaid bin Arqam, “Wahai Zaid, siapakah Ahli Bait Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlul-baitnya?” Zaid bin Arqam menjawab, “Istri-istri beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memang Ahli Bait-nya, namun Ahli Bait (yang dimaksud) beliau adalah semua (keluarganya) yang diharamkan menerima zakat sepeninggal beliau.” Ḥuṣain berkata, “Siapakah mereka itu?” Zaid menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga 'Aqīl, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.” Ḥuṣain berkata, “Apakah mereka semua itu diharamkan menerima zakat?” Zaid menjawab, “Ya.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Ketahuilah sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang sangat besar. Salah satunya adalah Alquran dan ia adalah tali (agama) Allah yang kokoh, barang siapa mengikuti petunjuknya maka dia akan mendapat petunjuk, dan barang siapa meninggalkannya maka dia akan tersesat.”
Dari Yazīd bin Ḥayyān, ia berkata, “Aku pergi ke Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- bersama Ḥuṣain bin Sabrah dan 'Amrr bin Muslim. Setelah kami duduk. Ḥuṣain berkata kepada Zaid bin Arqam, “Wahai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Engkau telah melihat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, engkau mendengar sabda beliau, engkau berjihad bertempur menyertai beliau, dan engkau telah salat di belakang beliau. Sungguh, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak wahai Zaid. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada kami apa yang engkau dengar dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.“ Zaid bin Arqam berkata, “Wahai keponakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku hafal dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu maka terimalah, dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah engkau memaksaku untuk menyampaikannya.” Kemudian Zaid bin Arqam menceritakan kepada kami, “Pada suatu hari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri menyampaikan khutbah di suatu lembah yang terdapat air bernama Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan atas kelalaian mereka karena kesibukan dengan keluarga dari pengabdian serta melaksanakan hak-hak penghambaan, lalu beliau bersabda, “'Ammā ba’d. Ketahuilah wahai sekalian manusia, sungguh aku adalah manusia biasa seperti kalian. Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat pencabut nyawa) akan datang lalu aku memperkenankannya. Aku akan meninggalkan untuk kalian aṡ-ṡaqalain (dua hal yang berat), yaitu: Pertama, Kitabullah yang padanya berisi petunjuk dan cahaya, karena itu ambillah ia (yaitu melaksanakan kandungannya) dan berpegang teguhlah kalian dengannya.” Beliau lantas menghimbau untuk mengimplementasikan Alquran, dan berpegang teguh dengannya serta memotivasi hal tersebut. Kemudian beliau melanjutkan, “(Kedua), dan Ahli Bait-ku. Aku perintahkan kalian untuk taat kepada Allah dalam perkara Ahli Bait-ku serta untuk menunaikan hak-hak mereka.” Beliau menyampaikannya sebanyak dua kali. Ḥuṣain bertanya kepada Zaid bin Arqam, “Wahai Zaid, siapakah Ahli Bait Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlul-baitnya?” Zaid bin Arqam menjawab, “Istri-istri beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memang termasuk dari Ahli Bait-nya yang beliau tinggal bersama mereka serta menafkahi mereka, dan kita diperintahkan untuk memuliakan mereka, namun Ahli Bait beliau yang dimaksud secara mutlak adalah orang-orang yang diharamkan untuk menerima zakat sepeninggal beliau.” Ḥuṣain berkata, “Siapakah mereka itu?” Zaid menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga 'Aqīl, keluarga Ja’far; semua itu keturunan Abu Thalib, dan juga keluarga Abbas, mereka semua diharamkan untuk menerima sedekah wajib berupa zakat, nazar dan kafarat.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Ketahuilah sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara yang sangat besar. Salah satunya adalah Alquran dan ia adalah perjanjian Allah serta sarana yang menghantarkan kepada rida dan rahmat-Nya, cahaya-Nya yang memberikan petunjuk. Barang siapa mengikuti petunjuknya dengan melaksanakan segala bentuk perintahnya dan meninggalkan segala larangannya, maka dia akan berada diatas petunjuk, dan barang siapa meninggalkannya maka dia akan tersesat.”