اللطيف
كلمة (اللطيف) في اللغة صفة مشبهة مشتقة من اللُّطف، وهو الرفق،...
Dari Abu Wāqid Al-Laiṡi -raḍiyallāhu 'anhu- ia mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menuju (perang) Ḥunain, sedang saat itu kami baru terbebas dari kekufuran (Muallaf). Sementara orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon bidara di mana mereka beribadah di hadapannya dan menggantungkan senjata mereka padanya. Pohon ini dikenal dengan nama Żātu Anwāṭ. Kemudian kami melewati sebuah pohon bidara lain, lantas kami berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Żātu Anwāṭ sebagaimana mereka memiliki Żātu Anwāṭ." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allahu akbarAkbar, itu adalah sunan (tradisi). Demi (Allah) yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dahulu diucapkan Bani Israil kepada Musa, "...buatlah untuk kami sebuah Ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Ilah)"." (Al-A'rāf: 138). Sungguh kalian akan mengikuti sunan (tradisi) orang sebelum kalian."
Abu Wāqid Al-Laiṡi -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan sebuah peristiwa yang mengandung keanehan sekaligus nasehat. Kisahnya, mereka bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memerangi kabilah Hawāzin. Mereka ini belum lama masuk Islam, sehingga mereka tidak mengetahui perkara kesyirikan. Manakala mereka melihat apa yang dilakukan orang-orang musyrik berupa mencari berkah pada pohon, mereka meminta kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar menetapkan untuk mereka sebuah pohon seperti pohon tersebut. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertakbir karena mengingkari sekaligus mengagungkan Allah dan heran terhadap ucapan ini. Lantas beliau memberitahukan perkataan ini menyerupai ucapan kaum Nabi Musa kepadanya ketika mereka melihat orang yang menyembah berhala, "Buatlah untuk kami sebuah Ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Ilah (berhala)", dan bahwa permintaan ini sama dengan mengikuti jalan mereka. Selanjutnya, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa umat ini akan mengikuti jalan Yahudi dan Nasrani, meniti metode mereka dan melakukan perbuatan mereka. Berita ini berarti celaan dan peringatan dari perbuatan tersebut.