البحث

عبارات مقترحة:

الأحد

كلمة (الأحد) في اللغة لها معنيانِ؛ أحدهما: أولُ العَدَد،...

القوي

كلمة (قوي) في اللغة صفة مشبهة على وزن (فعيل) من القرب، وهو خلاف...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya! Apabila ia mengerjakannya, tulislah (dosa) seperti keburukan itu! Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan!"

شرح الحديث :

Seruan dari Allah -Ta'ālā- ini untuk para malaikat yang bertugas menjaga dan mencatat amal manusia. Ini menunjukkan karunia Allah kepada manusia dan ampunan-Nya baginya. Sabdanya, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya!" Perbuatan di sini bisa dimaksudkan perbuatan hati dan anggota badan, inilah makna yang tampak. Sebab, ada keterangan yang menunjukkan bahwa perbuatan hati mendapatkan siksaan dan balasan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim di dalamnya, niscaya akan Kami timpakan kepadanya siksa yang pedih." Dalam hadis sahih disebutkan, "Apabila dua orang muslim saling bertemu dengan membawa pedang, maka pembunuh dan yang dibunuh berada di neraka." Para sahabat bertanya, "Ini (vonis) pembunuh, bagaimana dengan yang dibunuh?" Beliau bersabda, "Tadinya dia juga berkeinginan keras untuk membunuh saudaranya." Nas-nas ini layak untuk mengkhususkan keumuman sabda beliau, "Apabila hamba-Ku hendak melakukan keburukan, janganlah kalian (malaikat) mencatatnya sampai dia mengerjakannya!" Ini tidak bertentangan dengan sabdanya tentang keburukan, "Tidak dicatat." Sebab, tekad dan kehendak hati adalah suatu perbuatan. Sabdanya, "Apabila ia mengerjakannya, maka tulislah (dosa) seperti keburukan itu." Yakni, satu keburukan. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). " Allah -Ta'ālā- berfirman, "Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tak terhingga." Sabda beliau, "Jika dia meninggalkan keburukan tersebut demi Aku, catatlah baginya satu kebaikan." Beliau itu mensyaratkan tindakan meninggalkan keburukan karena Allah -Ta'ālā-, yakni karena takut dan malu kepada-Nya. Adapun bila ia meninggalkan keburukan itu karena tidak mampu melakukannya atau takut kepada manusia atau karena sebab lain, maka hal itu tidak dicatat sebagai satu kebaikan baginya, tetapi mungkin saja dicatat sebagai satu keburukan baginya. Sabda beliau, "Apabila ia hendak melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, tulislah satu kebaikan baginya! Jika ia melaksanakannya, tulislah baginya sepuluh kebaikan seperti itu sampai tujuh ratus kali lipat!" Ini merupakan karunia dari Allah -Ta'ālā- Yang Maha Pemurah dan Pemberi karunia kepada hamba-hamba-Nya. Dengan demikian, segala puji dan karunia hanya milik-Nya. Kemurahan hati yang manakah lebih besar dari ini? Dia mendapatkan ilham untuk melakukan kebaikan maka Allah mencatat kebaikan yang sempurna baginya dan bila ia mengerjakan satu kebaikan, maka dicatat baginya sepuluh sampai tujuh ratus kebaikan. Dalam hadis ini Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyandarkan sabdanya kepada Allah -Ta'ālā- dengan sabdanya, "Allah berfirman, "Apabila hamba-Ku hendak." menggambarkan hal itu bagi-Nya. Firman ini merupakan bagian dari syariat-Nya yang mengandung janji bagi hamba-hamba-Nya dan karunia-Nya kepada mereka. Firman tersebut bukan Al-Qur`ān dan bukan pula makhluk. Perkataan Allah -Ta'ālā- bukan makhluk-Nya.


ترجمة هذا الحديث متوفرة باللغات التالية