الغفور
كلمة (غفور) في اللغة صيغة مبالغة على وزن (فَعول) نحو: شَكور، رؤوف،...
Tindakan melampaui batas dalam memuji manusia dan melakukan kebohongan di dalamnya.
Al-Iṭṭirā` ialah guluw dan berlebihan dalam memuji seseorang dengan nama dan sifat-sifat yang tidak ditunjukkan oleh syariat, dan terkadang juga merupakan kebatilan. Contohnya pujian berlebihan orang-orang Nasrani kepada Isa 'alaihissalām, karena mereka menyanjungnya dengan sesuatu yang tidak dia miliki. Mereka mengatakan, dia satu dari tiga (trinitas) dan bahwa dia putra Allah. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan. Pujian yang berlebihan bisa disebabkan karena pengagungan, juga bisa kecintaan. Dan hal itu bisa dicegah dengan dua hal: 1. Memberikan kepada setiap hamba haknya sesuai dengan yang diberikan oleh Allah kepadanya dan menempatkan manusia di posisi mereka. Maka, mereka tidak boleh diangkat di atas kedudukannya dan tidak diberikan sebagian dari keistimewaan ulūhiyyah dan rubūbiyyah. 2. Cinta yang benar, dengan cara mengikuti Rasul ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, serta menempuh jalan mereka tanpa ada penambahan atau pengurangan. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah memberikan bimbingan terkait hal itu dengan sabda beliau, "Janganlah kalian berlebihan terhadap diriku sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani kepada Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya.
Berlebihan dan melewati batas dalam memuji. Dikatakan, "Aṭrā fulānun fulānan yuṭrīhi iṭrā`an" apabila dia berlebihan dalam memujinya. Al-Iṭrā` berasal dari kata "aṭ-ṭarāwah", artinya lembut dan sungguh-sungguh. Dari makna itulah perbuatan berlebihhan dalam pujian dinamakan iṭrā` karena orang yang memuji senantiasa memperbaharui penyebutan sifat-sifat orang yang dipuji.
رمضانُ شهرُ الانتصاراتِ الإسلاميةِ العظيمةِ، والفتوحاتِ الخالدةِ في قديمِ التاريخِ وحديثِهِ.
ومنْ أعظمِ تلكَ الفتوحاتِ: فتحُ مكةَ، وكان في العشرينَ من شهرِ رمضانَ في العامِ الثامنِ منَ الهجرةِ المُشَرّفةِ.
فِي هذهِ الغزوةِ دخلَ رسولُ اللهِ صلّى اللهُ عليهِ وسلمَ مكةَ في جيشٍ قِوامُه عشرةُ آلافِ مقاتلٍ، على إثْرِ نقضِ قريشٍ للعهدِ الذي أُبرمَ بينها وبينَهُ في صُلحِ الحُدَيْبِيَةِ، وبعدَ دخولِهِ مكةَ أخذَ صلىَ اللهُ عليهِ وسلمَ يطوفُ بالكعبةِ المُشرفةِ، ويَطعنُ الأصنامَ التي كانتْ حولَها بقَوسٍ في يدِهِ، وهوَ يُرددُ: «جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا» (81)الإسراء، وأمرَ بتلكَ الأصنامِ فكُسِرَتْ، ولما رأى الرسولُ صناديدَ قريشٍ وقدْ طأطأوا رؤوسَهمْ ذُلاً وانكساراً سألهُم " ما تظنونَ أني فاعلٌ بكُم؟" قالوا: "خيراً، أخٌ كريمٌ وابنُ أخٍ كريمٍ"، فأعلنَ جوهرَ الرسالةِ المحمديةِ، رسالةِ الرأفةِ والرحمةِ، والعفوِ عندَ المَقدُرَةِ، بقولِه:" اليومَ أقولُ لكمْ ما قالَ أخِي يوسفُ من قبلُ: "لا تثريبَ عليكمْ اليومَ يغفرُ اللهُ لكمْ، وهو أرحمُ الراحمينْ، اذهبوا فأنتمُ الطُلَقَاءُ".