المليك
كلمة (المَليك) في اللغة صيغة مبالغة على وزن (فَعيل) بمعنى (فاعل)...
Menjelaskan bagaimana sifat-sifat yang dimiliki Allah -Ta'ālā-, atau menanyakan bagaimana bentuknya.
At-Takyīf adalah seseorang membayangkan suatu bentuk sifat di dalam pikirannya yang ia asumsikan, baik ini dilakukan dengan menganalogikan terhadap sifat makhluk -dan ini disebut at-tamṡīl- atau dengan memperkirakan suatu perkara dalam pikiran yang dicapai dengan membayangkan dan memahaminya. Ini adalah keyakinan batil berdasarkan dalil sam’i (wahyu: Alquran dan Sunah) dan akal. Adapun dalil sam’i, di antaranya firman Allah -Ta'ālā-, "Sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya." Juga firman Allah Ta'ālā, "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." Sebagaimana diketahui, kita tidak memiliki ilmu tentang bentuk sifat-sifat Allah; karena Dia mengabarkannya kepada kita tanpa memberitahukan bentuknya. Dengan demikian, penetapan kita mengenai bentuknya termasuk berbicara tentang Allah -Ta'ālā- tanpa ilmu dan mengatakan sesuatu yang tidak mungkin kita ketahui. Adapun dalil akal: bahwa sesuatu tidak akan diketahui bentuk sifat-sifatnya kecuali setelah mengetahui bentuk zatnya, atau mengetahui padanannya yang semisal, atau berdasarkan berita yang benar tentangnya. Sementara semua jalur ini tidak ada dalam bentuk sifat-sifat Allah -'Azza wa Jalla-. Dengan demikian, maka penetapan bentuk sifat-sifat tersebut adalah batil. Selanjutnya dikatakan bahwa bentuk apapun yang Anda perkirakan dalam pikiran, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- jauh lebih agung dan lebih mulia dari itu. Tapi perlu dicatat bahwa yang dinafikan dalam sifat-sifat itu adalah pengetahuan tentang bentuknya, bukan bentuknya itu sendiri; karena setiap sifat memiliki bentuk, hanya saja kita tidak mengetahuinya.
Ini adalah derivasi dari kata al-kaif, yaitu kondisi, substansi, dan bentuk. At-Takyīf artinya menyebutkan kondisi sifat dan bentuknya atau keadaannya, seperti panjang, lebar, besar kecil, dan sebagainya.
رمضانُ شهرُ الانتصاراتِ الإسلاميةِ العظيمةِ، والفتوحاتِ الخالدةِ في قديمِ التاريخِ وحديثِهِ.
ومنْ أعظمِ تلكَ الفتوحاتِ: فتحُ مكةَ، وكان في العشرينَ من شهرِ رمضانَ في العامِ الثامنِ منَ الهجرةِ المُشَرّفةِ.
فِي هذهِ الغزوةِ دخلَ رسولُ اللهِ صلّى اللهُ عليهِ وسلمَ مكةَ في جيشٍ قِوامُه عشرةُ آلافِ مقاتلٍ، على إثْرِ نقضِ قريشٍ للعهدِ الذي أُبرمَ بينها وبينَهُ في صُلحِ الحُدَيْبِيَةِ، وبعدَ دخولِهِ مكةَ أخذَ صلىَ اللهُ عليهِ وسلمَ يطوفُ بالكعبةِ المُشرفةِ، ويَطعنُ الأصنامَ التي كانتْ حولَها بقَوسٍ في يدِهِ، وهوَ يُرددُ: «جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا» (81)الإسراء، وأمرَ بتلكَ الأصنامِ فكُسِرَتْ، ولما رأى الرسولُ صناديدَ قريشٍ وقدْ طأطأوا رؤوسَهمْ ذُلاً وانكساراً سألهُم " ما تظنونَ أني فاعلٌ بكُم؟" قالوا: "خيراً، أخٌ كريمٌ وابنُ أخٍ كريمٍ"، فأعلنَ جوهرَ الرسالةِ المحمديةِ، رسالةِ الرأفةِ والرحمةِ، والعفوِ عندَ المَقدُرَةِ، بقولِه:" اليومَ أقولُ لكمْ ما قالَ أخِي يوسفُ من قبلُ: "لا تثريبَ عليكمْ اليومَ يغفرُ اللهُ لكمْ، وهو أرحمُ الراحمينْ، اذهبوا فأنتمُ الطُلَقَاءُ".