الرحمن
هذا تعريف باسم الله (الرحمن)، وفيه معناه في اللغة والاصطلاح،...
Berita yang diriwayatkan sekelompok orang yang tidak bisa dibayangkan bersepakat melakukan dusta karena banyaknya jumlah mereka dari awal sanad sampai akhirnya apabila sumbernya adalah indrawi.
Al-Mutawātir adalah hadis yang diceritakan sekelompok besar orang yang tidak terbatas pada jumlah tertentu, dan keyakinan akan kejujuran mereka diperoleh secara pasti, mengingat mereka merupakan sekumpulan orang yang tidak mungkin bersepakat melakukan kedustaan dari jumlah orang seperti mereka, dari awal sanad hingga akhirnya. Maksudnya, hadis tersebut diriwayatkan sejumlah besar dari para sahabat, dan dari para sahabat itu diriwayatkan oleh jumlah besar dari para tabiin, dan dari tabiin ini diriwayatkan lagi oleh jumlah besar dari atbā` at-tabi'in (generasi setelah tabiin) dan seterusnya hingga tingkatan perawi paling bawah. Hadis Mutawatir ada dua macam: 1. Mutawatir secara lafal dan makna. Yaitu hadis yang para perawinya sepakat mengungkapkan lafal yang sama. Seperti hadis mengenai orang-orang mukmin yang akan melihat Rabb pada hari kiamat. Lafalnya sebagai berikut: "Ketahuilah, sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan di malam purnama, kalian tidak berselisih dalam melihat-Nya." (Bukhari no.554 dan Muslim no.633). 2. Mutawatir secara makna, tidak secara lafal. Yaitu hadis yang para perawi menyepakati maknanya tanpa ada kesamaan lafal (redaksi), seperti hadis-hadis tentang al-'uluw (keberadaan Allah di atas) dan al-istiwā` (bersemayam). Dan berdasarkan penuturnya, Mutawatir terbagi menjadi tiga: 1. Alquran Al-Karim, seperti al-qirā`ah al-'asyr (sepuluh jenis qira`at Alquran). 2. Hadis nabi yang mutawatir. 3. Berita-berita manusia secara umum yang mutawatir di berbagai masa dan tempat. Ahlu Sunnah tidak membedakan antara hadis Mutawatir dan hadis Ahad dalam berdalil dalam masalah akidah dan lainnya.
Sesuatu yang berturut-turut. Dikatakan, "Tawātarat al-ibilu fahiya mutawātiratun", artinya unta datang satu per satu tanpa terputus. Asalnya dari kata al-watr yang berarti satu. Lawan kata at-tawātur adalah al-inqiṭā` (terputus).