البارئ
(البارئ): اسمٌ من أسماء الله الحسنى، يدل على صفة (البَرْءِ)، وهو...
Dari Jubair bin Muṭ'im -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Seorang Arab Badui datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu berkata, "Wahai Rasulullah, jiwa-jiwa sudah binasa, keluarga sudah lapar, dan harta benda sudah hancur. Karena itu, mohonlah kepada Rabbmu agar menurunkan air hujan. Sesungguhnya kami meminta syafaat kepada Allah untuk (menyampaikannya) kepadamu dan meminta syafaat denganmu untuk (disampaikan kepada) Allah." Lantas Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Maha Suci Allah! Maha Suci Allah!" Beliau terus bertasbih hingga nampak pada wajah para sahabatnya (perasaan takut karena kemarahan beliau). Kemudian beliau bersabda, "Celakalah engkau, tahukah engkau, siapakah Allah itu? Sesungguhnya perkara Allah jauh lebih agung dari itu, sesungguhnya tidak dibenarkan menjadikan Allah sebagai perantara kepada siapapun."
Sahabat ini menuturkan bahwa seorang lelaki dari padang pasir datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan kebutuhan manusia berupa pada hujan, dan ia meminta kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar memohon kepada Rabbnya supaya menurunkan hujan untuk mereka. Akan tetapi orang itu berakhlak buruk kepada Allah, yaitu ketika mereka meminta syafaat kepada Allah untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ini merupakan kebodohannya terhadap hak Allah. Sebab, syafaat itu dari yang paling rendah kepada yang paling tinggi. Karena itulah Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengingkarinya, dan menyucikan Rabbnya dari kekurangan tersebut, dan beliau tidak mengingkari meminta dengan syafaat Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk disampaikan kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dengan doanya kepada-Nya.